Shalat berjamaah
adalah salah satu ibadah yang sangat dianjurkan dalam Islam. Saking
dianjurkannya, Alquran menyatakan bahwa shalat berjamaah memiliki 27 derajat
lebih tinggi dibanding shalat sendiri. Jauh sekali bedanya kan? Untuk
menjelaskan keutamaan ini, penulis ingin menyajikan manfaat shalat berjamaah
dari sudut pandang psikologi dan sosiologi. Dalam artikel ini, kita juga akan
bisa sadar, mengapa jamaah shalat Jumat bisa lebih banyak daripada jamaah
shalat Subuh.
Keutamaan Shalat Berjamaah dari
Perspektif Psikologi
1. Membuat emosi dan mental kita lebih tenang
Menurut penelitian
Hobbes, ritual bersama seperti shalat berjamaah memiliki fungsi regulasi emosi
yang kuat. Ketika kita ikut serta dalam shalat berjamaah, kita bisa merasakan
penurunan tingkat kecemasan dan peningkatan kesejahteraan emosional melalui
tindakan berulang yang dilakukan bersama-sama. Kok bisa?
Karena Shalat
berjamaah membuat pikiran kita lebih terstruktur dan disiplin. Kedisiplinan ini
secara tidak sadar membantu mengurangi stres dan meningkatkan perasaan tenang. Ternyata,
Gerakan fisik dan bacaan dalam shalat yang berulang-ulang itu membantu kita mengarahkan
perhatian dan fokus. sehingga pikiran-pikiran negatif kita bisa berkurang dan rasa keteraturan serta
kontrol dalam hidup bisa meningkat.
2.Menciptakan Rasa Keterhubungan dan Dukungan oleh orang lain
Padahal kita Cuma datang
ke masjid dan sholat. Tapi nyatanya Shalat berjamaah membuat kita tidak merasa
kesepian. Ada rasa keterhubungan di
antara jamaah. Menurut penelitian psikologis, partisipasi dalam kegiatan
berkelompok seperti shalat berjamaah dapat meningkatkan rasa keterhubungan
sosial dan dukungan emosional. Ketika kita merasa didukung oleh komunitas kita,
hal ini bisa meningkatkan kesejahteraan mental. Emosi positif ini tentu sangat
dianjurkan bagi mereka yang sehari-hari merasa sendiri. Semisal para lansia
yang mengalaminya. Ajaklah kakek kita ke masjid. Atau jangan-jangan malah kakek
kita yang mengajak ke masjid? Berarti kakek kita telah menyadari hebatnya efek
sholat jamaah.
Keutamaan Shalat Berjamaah dari
Perspektif Sosiologi
1. Memperkuat ikatan Sosial
Selain psikologi
mari kita juga ambil dari seorang ahli sosiologi. Emile Durkheim berpendapat
bahwa ritus memiliki peran penting dalam memperkuat kohesi sosial. Shalat
berjamaah adalah salah satu ritus yang memperkuat ikatan sosial di antara
jamaah. Ketika kita berkumpul untuk beribadah bersama, kita merasa menjadi
bagian dari komunitas yang lebih besar, yang pada gilirannya memperkuat rasa
persatuan dan solidaritas.
Dalam konteks
sosiologi, shalat berjamaah juga bisa dilihat sebagai cara untuk memperkuat
norma dan nilai-nilai bersama. Sebuah masyarakat jadi lebih mudah dalam
memutuskan sesuatu. Menyatukan pikiran-pikiran yang berbeda dari setiap sisi
egois anggotanya.
2. Membangun Identitas Kolektif
Shalat berjamaah
berfungsi untuk membangun dan memperkuat identitas kolektif. Victor Turner
menekankan pentingnya ritus dalam menciptakan “communitas,” yaitu
rasa kebersamaan dan kesetaraan yang dialami selama pelaksanaan ritual (Haas
faculty). Dalam shalat berjamaah, semua individu, terlepas dari status sosial
atau ekonomi mereka, berdiri sejajar dalam barisan, yang mencerminkan
kesetaraan dan kebersamaan.
Pengaruh Psikologis dari Shalat
Berjamaah
1. Meningkatkan Kualitas Ibadah
Shalat berjamaah
sering kali dianggap memiliki kualitas ibadah yang lebih baik dibandingkan
shalat sendirian. Kehadiran imam yang memimpin shalat dapat membantu jamaah
untuk lebih fokus dan khusyuk dalam ibadah mereka. Selain itu, tekanan sosial
positif dari beribadah bersama-sama dapat mendorong kita untuk melaksanakan
shalat dengan lebih baik dan disiplin.
2. Pengalaman Spiritual yang Lebih Dalam
Partisipasi dalam
shalat berjamaah juga bisa meningkatkan pengalaman spiritual kita. Ketika
shalat dilakukan bersama-sama, kita bisa merasakan kehadiran dan dukungan dari
komunitas kita, yang dapat memperdalam makna dan pengalaman spiritual kita. Hal
ini sejalan dengan pandangan bahwa ritus religius bisa memberikan rasa
keterhubungan dengan sesuatu yang lebih besar dari diri kita sendiri.
Integrasi Perspektif Psikologi
dan Sosiologi
Dengan memahami
keutamaan shalat berjamaah secara psikologis dan sosiologis ini, kita bisa melihat
betapa pentingnya kita ke masjid bersama-sama. Kebersamaan ini secara tidak
sadar menciptakan kesejahteraan
emosional dan sosial. Melalui partisipasi yang konsisten dalam shalat
berjamaah, kita bisa merasakan kedamaian batin, dukungan sosial, dan rasa
keterhubungan yang mendalam dengan komunitas kita. “saling mengingatkan dalam
kebaikan dan kesabaran” agar tidak menjadi orang yang selalu rugi menurut surat
demi masa. kita tidak hanya memperbaiki diri sendiri. tetapi juga secara tidak
langsung ikut memperbaiki orang lain. Membuat orang Ian lebih nyaman dan
tenang. Wah.. ini kan ibarat membantu diri sendiri tetapi efek positif juga
untuk orang Ian. Yuk ke masjid.
Referensi:
“The Psychology of Rituals:
An Integrative Review and Process-Based Framework” oleh Hobson et al
Oleh: Julhelmi Erlanda (Mahasiswa
Doktoral Pendidikan Kader Ulama & Universitas PTIQ Jakarta)