Kesadaran politik merupakan salah satu kunci dalam pembangunan demokrasi yang berkelanjutan. Namun, dalam konteks politik modern, kesadaran politik sering kali tersingkirkan oleh dinamika kekuasaan dan kepentingan elite.
Membangun kesadaran politik masyarakat menjadi tantangan utama di tengah realitas politik yang sering kali dikendalikan oleh oligarki, kapitalisme, dan minimnya partisipasi aktif masyarakat. Kesadaran politik yang lemah berpotensi melanggengkan ketidakadilan, ketimpangan sosial, dan korupsi, serta menghilangkan esensi dari sebuah demokrasi yang sesungguhnya.
Anthony Giddens, dalam bukunya “The Third Way”, menekankan pentingnya keseimbangan antara negara, pasar, dan masyarakat dalam menciptakan sistem politik yang inklusif . Namun, dalam kenyataannya, politik sering kali menjadi alat kekuasaan yang digunakan oleh elite untuk mempertahankan dominasi mereka.
Miriam Budiardjo berpendapat bahwa politik sebagai sarana untuk mencapai kesejahteraan umum sering kali dikompromikan oleh kepentingan pribadi . Di Indonesia, fenomena oligarki menunjukkan bagaimana kelompok-kelompok tertentu memonopoli kekuasaan, mengendalikan sumber daya ekonomi, dan mempengaruhi kebijakan politik demi keuntungan mereka.
Kesadaran politik masyarakat yang rendah memberikan peluang bagi para elite untuk terus memanipulasi sistem politik. Seperti yang dinyatakan oleh Niccolò Machiavelli dalam karyanya “The Prince”, kekuasaan sering kali diperoleh dan dipertahankan dengan cara-cara yang tidak etis.
Elite politik yang cerdas dapat menggunakan segala cara untuk mempertahankan posisi mereka, termasuk manipulasi, kekerasan, dan tipu daya. Dalam konteks ini, kesadaran politik menjadi penting agar masyarakat tidak terjebak dalam permainan kekuasaan semata. Kesadaran politik seharusnya terwujud dalam demokrasi yang nyata dan sejatinya demokrasi merupakan sistem yang memberikan kekuasaan kepada rakyat.
Namun, tanpa kesadaran politik yang memadai, demokrasi hanya akan menjadi alat untuk melanggengkan kekuasaan elite. Hannah Arendt dalam karyanya The Origins of Totalitarianism menyatakan bahwa masyarakat yang tidak sadar politiknya akan mudah terjebak dalam sistem yang otoriter . Arendt juga mengingatkan bahwa tanpa partisipasi aktif dari masyarakat, demokrasi akan kehilangan substansinya dan berubah menjadi sekadar formalitas belaka.
Indonesia, sebagai negara demokrasi tentu menghadapi tantangan besar dalam membangun kesadaran politik masyarakatnya. Banyak warga yang apatis terhadap politik, melihatnya sebagai sesuatu yang jauh dari kehidupan sehari-hari mereka.
Padahal, politik adalah bagian integral dari kehidupan setiap individu, yang mempengaruhi kebijakan-kebijakan penting seperti pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial. Oleh karena itu, membangun kesadaran politik yang inklusif dan partisipatif menjadi tugas yang sangat penting untuk mempertahankan demokrasi.
Salah satu cara agar terbangunnya kesadaran politik ialah dengan penanaman ideologi. Ideologi tentunya memainkan peran penting dalam membentuk kesadaran politik masyarakat. Ideologi memberikan pandangan dunia yang sistematis, membantu individu memahami realitas sosial dan politik di sekitar mereka.
Anthony Giddens, dalam pendekatannya mengenai “The Third Way”, menekankan bahwa ideologi harus beradaptasi dengan perubahan zaman tanpa kehilangan esensinya . Artinya, dalam menghadapi era globalisasi dan digitalisasi, ideologi politik harus mampu memberikan jawaban terhadap tantangan-tantangan baru yang dihadapi masyarakat.
Di Indonesia sendiri, ideologi seperti nasionalisme, sosialisme, dan agama sering kali menjadi landasan dalam membangun kesadaran politik. Miriam Budiardjo berpendapat bahwa ideologi memberikan kerangka berpikir bagi masyarakat untuk memahami peran mereka dalam politik dan bagaimana mereka dapat berkontribusi terhadap pembangunan negara.
Dalam hal ini, pemahaman yang mendalam tentang ideologi-ideologi tersebut dapat membantu masyarakat dalam mengambil keputusan politik yang lebih bijak. Namun, tantangan terbesarnya ialah bagaimana ideologi dapat diterapkan dalam konteks yang konkret.
Kesadaran politik tidak hanya tentang memahami konsep-konsep besar seperti demokrasi atau keadilan, tetapi juga tentang bagaimana konsep-konsep tersebut diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, ideologi harus mampu diterjemahkan ke dalam tindakan politik yang nyata dan relevan bagi masyarakat.
Cara yang lain dan efektif untuk membangun kesadaran politik adalah melalui pendidikan politik. Pendidikan politik tidak hanya mengajarkan tentang sistem politik dan pemerintahan, tetapi juga membentuk sikap kritis dan partisipatif terhadap isu-isu politik.
Pendidikan politik yang baik harus mampu membekali generasi muda dan masyarakat luas, dengan pemahaman yang mendalam tentang hak dan kewajiban mereka sebagai warga negara, serta mendorong mereka untuk terlibat aktif dalam proses politik.
Di Negara yang sangat kita cintai ini, pendidikan politik masih sering dianak-tirikan dalam pendidikan formal maupun non-formal. Partau politik yang seharusnya memberikan pemahaman mengenai polutik secara mendalam, justru tak menjalankan fungisnya dengan pemahaman politik yang hanya dipendam oleh kalangan mereka sendiri.
Padahal, seperti yang dikatakan oleh Niccolò Machiavelli, pemimpin yang bijaksana adalah mereka yang memahami dinamika politik dan mampu mengarahkan rakyatnya dengan cara yang tepat.
Oleh karena itu, penting untuk memasukkan pendidikan politik dalam sistem pendidikan nasional, sehingga generasi muda dapat tumbuh menjadi warga negara yang sadar politik dan siap untuk berpartisipasi dalam pembangunan demokrasi.
Membangun kesadaran politik merupakan suatu langkah yang sangat penting dalam mempertahankan dan memperkuat demokrasi. Tanpa kesadaran politik yang kuat, masyarakat akan mudah terjebak dalam manipulasi kekuasaan dan kepentingan elite.
Oleh karena itu, upaya untuk meningkatkan kesadaran politik harus dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan, melalui pendidikan politik, penguatan ideologi, dan partisipasi aktif masyarakat.
Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Hannah Arendt, tanpa kesadaran politik yang mendalam, demokrasi akan kehilangan maknanya dan berubah menjadi sekadar formalitas. Oleh karena itu, membangun kesadaran politik tidak hanya penting bagi kelangsungan demokrasi, tetapi juga bagi terciptanya masyarakat yang adil, sejahtera, dan berdaulat.
Daftar Pustaka
Arendt, H. (1976). The Origins of Totalitarianism. New York: Harcourt.
Budiardjo, M. (2008). Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Giddens, A. (1998). The Third Way: The Renewal of Social Democracy. Cambridge: Polity Press.
Machiavelli, N. The Prince. London: Penguin Books.