KULIAHALISLAM.COM – Dr. Maurice Bucaille lahir 19 Juli 1920 – 17 Februari 1998 di Prancis. Ia merupakan pakar bedah berkebangsaan Prancis yang mengejutkan dunia karena ia mengumumkan keislamannya dan ia menjadi intelektual muslim yang berpengaruh di dunia.
Muhammad Quraish Shihab dalam “Mukjizat Alquran ” menjelaskan bahwa pada 1986 Loret menemukan jenazah mummi Fir’aun di Wadi el-Muluk (lembah para raja) berada di daerah Thaba, Luxor di sebrang Sungai Nil, Mesir.
Maurice Bucaille dalam bukunya berjudul “La Bible Le Coran Et La Science” ia menyatakan bahwa, pada waktu itu manusia tidak mengetahui apa-apa tentang adanya kuburan itu. Pada waktu itu jenazah Fir’aun itu disimpan di Museum Mesir dan dapat dilihat oleh penziarah.
Elliot Smith membuka perban-perbannya. Dalam bukunya berjudul “The Royal Mummies (1912)“ ia menjelaskan berdasarkan penelitiannya tubuh mummi itu dalam keadaan baik.
Pada bulan Juni 1975, penguasa Mesir memperbolehkan Dr. Maurice Bucaille memeriksa bagian tubuh Fir’aun itu. Jenazah Fir’aun itu pun dibawa dari Kairo ke Prancis.
Atas usulan Maurice Bucaille, dilakukan penyelidikan khusus terhadap jenazah mummi itu. Penyelidikan radio grafik dilakukan oleh Dr. El Melegy, Dr. Ramsys dan Dr. Mustafa Manialawi melakukan penyelidikan melalui thorax dan endoscopy (alat untuk mengetahui keadaan tubuh manusia).
Dengan cara ini kita dapat mengambil foto perincian-perincian dalam tubuh.
Dari hasil penelitian terhadap jasad mummi Fir’aun itu diketahui bahwa dalam tubuh Fir’aun tersebut mengandung bekas garam yang memenuhi sekujur tubuhnya.
Dr. Maurice Bucaille menyatakan badannya Fir’aun karena kehendak Tuhan selamat dari kebinasaan dan menjadi bukti bagi manusia, seperti yang diterangkan oleh Alquran.
وَجَاوَزۡنَا بِبَنِىۡۤ اِسۡرَآءِيۡلَ الۡبَحۡرَ فَاَتۡبـَعَهُمۡ فِرۡعَوۡنُ وَجُنُوۡدُهٗ بَغۡيًا وَّعَدۡوًا ؕ حَتّٰۤى اِذَاۤ اَدۡرَكَهُ الۡغَرَقُ قَالَ اٰمَنۡتُ اَنَّهٗ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا الَّذِىۡۤ اٰمَنَتۡ بِهٖ بَنُوۡۤا اِسۡرَآءِيۡلَ وَ اَنَا مِنَ الۡمُسۡلِمِيۡنَ
Artinya : Dan Kami selamatkan Bani Israil melintasi laut, kemudian Fir‘aun dan bala tentaranya mengikuti mereka, untuk menzalimi dan menindas (mereka). Sehingga ketika Fir‘aun hampir tenggelam dia berkata, “Aku percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan aku termasuk orang-orang muslim (berserah diri). (Q.S Yunus ayat 90).
آٰلۡــٰٔنَ وَقَدۡ عَصَيۡتَ قَبۡلُ وَكُنۡتَ مِنَ الۡمُفۡسِدِيۡنَ
Artinya : Mengapa baru sekarang (kamu beriman), padahal sesungguhnya engkau telah durhaka sejak dahulu, dan engkau termasuk orang yang berbuat kerusakan, (Q.S Yunus 91).
ؕ وَاِنَّ كَثِيۡرًا مِّنَ النَّاسِ عَنۡ اٰيٰتِنَا لَغٰفِلُوۡنَ فَالۡيَوۡمَ نُـنَجِّيۡكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُوۡنَ لِمَنۡ خَلۡفَكَ اٰيَةً
Artinya : Maka pada hari ini Kami selamatkan jasadmu agar engkau dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang setelahmu, tetapi kebanyakan manusia tidak mengindahkan tanda-tanda (kekuasaan) Kami, (Q.S Yunus 92).
Dr. Maurice Bucaille menyatakan alangkah agungnya contoh-contoh yang diberikan oleh ayat-ayat Alquran tentang tubuh Fir’aun yang sekarang berada di ruang mummi di Museum Mesir di Kota Kairo, penyelidikan dan penemuan-penemuan modern telah menunjukan kebenaran Alquran.
Yang perlu digaris bawahi adalah “Maka pada hari ini Kami selamatkan jasadmu agar engkau dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang setelahmu, tetapi kebanyakan manusia tidak mengindahkan tanda-tanda (kekuasaan) Kami, (Q.S Yunus 92).
Matinya Fir’aun pada waktu eksodus merupakan suatu bagian yang sangat penting dalam riwayat Alquran dan Bible. Namun hanya Alquran sajalah menurut Maurice Bucaille yang secara jelas menyebutkan Allah akan selamatkan badan Fir’aun dan sebagai buktinya adalah temukan jasad Fir’aun tersebut yang diselamatkan Allah ketika tenggelam di laut mati.
Jasad Fir’aun itu terawetkan dengan sempurna hal ini disebabkan karena adanya kandungan garam air laut mati ditubuhnya. Nama Fir’aun tersebut adalah Merneptah. Ia yang mengejar Bani Israil dan Nabi Musa hingga pada akhirnya Fir’aun binasa di laut mati.
La Bible Le Coran Et La Science
Maurice Bucaile menulis buku La Bible le Coran Et La Science. Buku tersebut diterjemahkan oleh Prof. M. Rasjidi dengan judul “Bible, Qur’an dan Sains Modern”. Pada saat selesai menyelesaikan tesisnya di Sarbone, M. Rasjidi mengunjungi Masjid di Paris dan ia menemukan buku tersebut.
Buku tersebut menarik hati M. Rasjidi, menurutnya Maurice Bucaille telah mengadakan studi perbandingan agama serta sains modern.
Menurut M. Rasjidi bahwa Dr. Maurice Bucaille dalam bukunya itu berkesimpulan sangat mengherankan bahwa wahyu yang diturunkan 14 abad yang lalu (Alquran) memuat soal-soal ilmiah yang baru diketahui manusia pada abad ke 19-20.
Atas dasar itu Maurice Bucaille berkesimpulan bahwa Alquran adalah wahyu Illahi yang murni dan Nabi Muhammad Sallallahu Alahi Wasallam adalah Nabi terakhir.
Selanjutnya, buku tulisan Maurice Bucaille tersebut banyak mendapatkan penolakan dari sebagian ulama tafsir Alquran. Al Imam al Akbar Mahmud Syaltut mengecam penafsiran ayat-ayat Alquran berdasarkan teori-teori ilmiah kontemporer.
Sedangkan Prof. Yusuf al-Qaradawi dalam Fatwa Kontemporer Jilid III, membolehkan dengan syarat diantaranya adalah harus berpegang pada fakta ilmiah bukan hipotesis, menjauhkan pemaksaan diri dalam memahami nash, menghindari untuk menunduh umat seluruhnya bodoh.
Terlepas dari boleh atau tidaknya menafsirkan ayat Alquran dengan teori ilmiah kontemporer, yang jelas Maurice Bucaille termasuk intelektual muslim berkebangsaan Prancis yang memiliki jasa besar terhadap dunia Islam berkat penemuannya dan pemikirannya.
Sebagai insan harusnya setiap mengambil hikmah dari temuan jasad Fir’aun tersebut sehingga tidak ada lagi manusia berwatak Fir’aun pada dewasa ini karena Allah telah memberikan contoh nasib penentangannya seperti Fir’aun.
Oleh: Rabiul Rahman Purba,S.H