Sumber gambar : Artikula.ID |
KULIAHALISLAM.COM – Jika Tuhan dipatok dalam definisi rigid adakah ruang bagi selainku—siapapun yang berbeda dianggap sesat. Tuhan manakah yang kita sembah ? Yang bersemayam di atas Arsy atau Tuhan yang di langit ? Tuhan yang jauh atau Tuhan yang dekat ? Lantas siapa berhak mendefinisikan Tuhan ?
*****
Tiap etape selalu ada yang eksotik. Al Hallaj salah satunya. Sufi ini begitu masyhur. Ia tawarkan konsep Hulul yang kontroversial, Tuhan mengambil tempat dalam tubuh manusia tertentu, yaitu manusia yang telah dapat melenyapkan sifat-sifat kemanusiaannya melalui fana.
Konsep Hulul ini bersandar pada awal penciptaan Adam as: Tuhan hanya melihat kemuliaan dan ketinggian Zat-Nya. Dia pun cinta terhadap Zat-Nya itu. Cinta yang tak dapat disifatkan dan cinta inilah yang menjadi sebab dari segala yang ada (makhluk-Nya). Kemudian Dia pun mengeluarkan dari yang tiada bentuk dari diri-Nya dan bentuk itu adalah Adam. Dalam diri Adamlah, Tuhan hadir dalam bentuk-Nya, terdapat sifat-sifat yang dipancarkan Tuhan.
Pun dengan teori lahut dan nasut berhujjah dalam Al-Quran : “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para Malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah iblis termasuk golongan orang-orang yang kafir.”
Ayat itu ditafsirkan sebab diperintahkannya malaikat untuk bersujud kepada Nabi Adam, karena pada diri Adam, Allah bersemayam di dalam dirinya. Maka sujudlah para malaikat kecuali iblis yang mengingkari keberadaan Tuhan dalam diri Adam.
*****
Tak sedikit yang mengagung dan mengkeramatkannya sebagai Sufi dipuncak ma’rifat. Tapi juga tak sedikit yang membenci menuduh sesat dan menyebar paham ekstrem. Ungkapan isi hati yang membawanya ke tiang salib karena dituduh sesat lagi kafir.
Bukan hanya itu, sebab yang lain adalah karena Al Hallaj membuat pecinta yang lain terganggu dan tak suka dengan caranya mencintai. Sebagian ada yang takut tempatnya disinggahi lantas menyudahi dengan cara tak patut.
Ungkapan isi hati Al Hallaj atas cinta pada kekasihnya sungguh menakjubkan dan membakar hati—luruh dalam kesatuan wujud, menghilang jarak membatas waktu. Ketersediaan Al Hallaj begitu menghentak hampir semua birokrasi transenden ditebas dengan sekali tempuh. Aku memuja-Mu seperti Engkau memujaku. Tak ada lagi hamba dan Khalik—batas itu telah dihilangkan Hallaj yang bikin semua pecinta marah dibakar cemburu.
*****
Itulah satu-satunya kesalahan Al Halaj karena ia nyatakan isi hati—sesuatu yang seharusnya dijaga kerahasiaannya. Ia ungkap pertemuan rahasianya dengan Rabb kekasihnya hingga banyak pecinta lainnya tak suka.
Al Hallaj berkata bahwa Rabb kekasihnya itu telah hadir menyatu dalam dirinya: ‘tidak ada apa-apa dalam jubahku ini kecuali kekasihnya’. (Laa fil jubah Ila llah). Para pecinta yang lain kaget dan tidak terima lantas marah dan menghukum Al Hallaj.
Aku adalah kekasih itu—yang selama ini kalian cari, kalian cintai, kalian puja dengan sanjung puji itu, ada dalam diriku, menyatu dalam gerak, pikiran dan seluruh energi yang bergerak dalam diriku. Aku adalah Dia Yang kucintai, Dan Dia yang kucintai adalah aku: Al Hallaj berkata :
“Kami adalah dua jiwa yang menempati satu tubuh, Jika engkau melihat aku, engkau lihat Dia, Dan jika engkau lihat Dia, Engkau lihat kami. Aku adalah rahasia Yang Maha Besar, Yang Maha Besar bukanlah aku, Aku hanya satu dari yang benar, Maka bedakanlah antara kami.”
*****
Jadi kenapa harus cemeti untuk pencinta yang membuka isi hati—para ahli kalam dan fuqaha mungkin saja cemburu atau tak rela jika kekasih yang di carinya ternyata hadir dalam diri pada kekasih yang lain.
Al Junaid gurunya atau Rummi atau Yazid Bustami atau Rabiah adalah deretan pecinta lain yang terus mengantre dengan ungkapan hati—pada diri mereka ini Tuhan kerap kali hadir menyatakan diri kepada seorang kekasih bukan seperti hubungan atas bawah antara Sang Khalik dan hamba.
Saat hendak disalib Al Hallaj berkata: ‘Mereka semua adalah hamba-Mu, mereka berkumpul untuk membunuhku, karena kefanatikan terhadap agama-Mu dan untuk mendekatkan diri kepada-Mu. Maka, ampunilah mereka. Andaikata Kau singkapkan kepada mereka apa yang Kau singkapkan kepadaku, niscaya mereka tidak melakukan apa yang mereka lakukan”.
Oleh: Ustaz Nurbani Yusuf, Komunitas Padhang Makhsyar, Batu, Jawa Timur.
Artikel di terbitkan atas izin Ustaz Nurbani Yusuf