Sumber gambar : twibbonize Milad ke-56 Kokam Pemuda Muhammadiyah |
KULIAHALISLAM.COM – Siapa yang tidak membaca sejarah, maka selamanya akan tetap menjadi ‘anak kecil’. KOKAM diawal berdirinya adalah sebagai badan paramiliter di tubuh Muhammadiyah, ditempa oleh RPKAD untuk membantu tugas penumpasan PKI.
Seiring bergantinya kekuasaan dari Orde Lama ke Orde Baru aktivitas KOKAM berangsur surut, karena kebijakan Pak Harto waktu itu melarang kegiatan Kelaskaran / Satgas, hingga akhirnya dimunculkan kembali di awal 90-an untuk back up kegiatan Bapak Reformasi kala itu.
Uniform Kokam
Uforia KOKAM bergema saat Dahnil Anzar Simanjuntak menjadi Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah dengan Trilogi KOKAM, Merawat Ukhuwah Islamiyah, Menjaga NKRI dan Menggembirakan Kemanusiaan. Uniform KOKAM diproduksi secara bebas, semua orang dapat membeli dan memakai tanpa mengikuti aturan yang ada, sehingga terkadang usah membedakan mana yang benar-benar anggota KOKAM, pernah diklat dan aktif di kegiatan Persyarikatan, dengan KOKAM yang hanya ikut-ikutan.
Kebiasaan yang mungkin kurang baik adalah setiap ganti kepemimpinan maka akan ganti slogan, ketika zaman Dahnil Anzar Simanjuntak ada Trilogi KOKAM, hari ini ada lagi Trilogi Pelayanan KOKAM, Kemanusiaan, Kebencanaan dan Ekologi yang digagas oleh Sekretaris Bidang KOKAM Nasional.
Dimasa Pandemi ini mungkin banyak terfokus untuk kerja kemanusiaan sehingga banyak yang melupakan untuk mengulang Kesamaptaan—PBB, berlatih beladiri, Apel Show of Force dan kewajiban lain dalam rangka mempersiagakan diri.
Apapun slogan yang akan diusung setiap ganti periode, harapan kami sebagai orang yang berangkat dari aktivis KOKAM Ranting hanyalah mari bersama kita jaga KOKAM ini jangan sampai hanya dijadikan alat untuk meraih ketenaran, kedudukan ataupun hanya sebagai alat promo untuk mendapatkan proyek dari Pemerintahan, karena harga kita terlalu mahal jika hanya untuk hal-hal seperti itu.
Aturan Kokam dan Keluarga Anggota Kokam
Kedalam lebih diperhatikan lagi soal aturan KOKAM, siapa saja yang berhak memakai uniform, diatur produksi dan penjualannya agar tidak sembarang orang memakai, malu kita jika melihat orang petentang-petenteng memakai uniform tapi tidak paham apa maksud dan tujuannya.
Belum lagi soal kesejahteraan anggota, betapa banyak anggota yang sangat tulus ikhlas, berangkat kegiatan dengan merogoh kocek sendiri bahkan mungkin dirumah anak istri juga tidak ada tinggalan, berbeda jauh dengan mereka yang menyebut dirinya relawan yang di back up penuh oleh lembaga amil zakat punya Persyarikatan.
Tapi disisi lain yang menjadi dilema manakala anggota KOKAM menjadi karyawan AUM, akan menjadi masalah tersendiri karena sering dipersulit untuk aktif dalam kegiatan.
Buku Pedoman KOKAM 2003 yang sudah diperbaharui di 2019 tentunya harus segera disosialisasikan, jangan sampai amal jariyah yang disusun sejak lama itu hanya tercetak tanpa dipahami para anggota.
Dan yang harus digaris bawahi, apapun slogan baru yang dipakai, mau kemanusiaan, kebencanaan atau yang lain. Ingatlah kita ini adalah laskar yang dipersiapkan untuk menjaga Islam dan Persyarikatan.
Yang harus selalu bersiapsiaga menghadapi pertarungan, dalam darah kita mengalir darah pejuang laskar Diponegoro, laskar Imam Bonjol, laskar Hasanudin, laskar Sisingamangaraja, laskar Pattimura. Jangan sampai pola pikir anti militerisme yang pada dasarnya adalah pola pikir anak-anak Komunis yang berusaha melemahkan semangat kita.
Oleh: Tawfiq Ndon
Editor: Adis