Esai

Kaum Muda dalam Pusaran Radikalis Terorisme (2)

5 Mins read

(Sumber Gambar: Fitrah)

Oleh:
Fitratul Akbar*

KULIAHALISLAM.COM – Perbincangan tentang
radikalisme dan upaya pencegahannya bukanlah hal yang baru (B, 2018).
Radikalisme adalah paham yang radikal dalam politik dan paham yang menginginkan
perubahan dan pembaharuan sosial politik dengan cara kekerasan atau drastis,
dan sikap ekstrem (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2017). Isu radikalisme
akibat begitu masivnya gerakan radikal yang ditandai dengan munculnya beberapa
sekte, aliran, dan kelompokkelompok baru yang mengatasnamakan Islam (Yunus,
2017). Radikalisme agama sering kali digerakkan oleh pemahaman keagamaan yang
sempit (Naharong, 2014), perasaan tertekan, terhegemoni, tidak aman secara
psikososial, serta ketidakadilan local dan global (Jurgensmeyer, 2003, p. 16).
Paham yang radikal, ekstrim, dan fundamental akan melahirkan acaman sehingga
perlahan menjadi isu teror sbagaimana yang telah dan sedang terjadi saat ini
(Misrawi, 2013). Gerakan radikalisme terus berkembang dan merambah pada
kalangan anak usia dini (Anwar, 2021a). Keterlibatan anak-anak dalam gerakan
radikalisme terjadi pada kasus terror bom bunuh diri di Kota Surabaya
(Suara.com, 2018). Ancaman radikalisme pada anak usia dini dapat bersumber dari
sebuah proses yang “terselip” dalam pengasuhan yang diperoleh (Yani &
Jazariyah, 2020).

Radikalisme dapat
muncul dalam berbagai elemen kehidupan, tak terkecuali pada dunia pendidikan.
Penataan pendidikan harus dilakukan dengan sungguh-sungguh melalui penguatan
Islam yang moderat dengan konsep rahmatal lil alamin (Anwar & Muhayati,
2021). Upaya pencegahan radikalisme dapat dilakukan dengan revitalisasi
nilai-nilai wasathiyah (Hakam & Anggraeni, 2019). Islam adalah agama
wasathan (Yusuf, 2018). Wasathiyah berarti moderasi beragama (Fahri &
Zainuri, 2019). Moderasi beragama perlu ditanamkan kepada anak sejak dini
(Anwar, Priyanti, Sukowati, Mubarokah, & Yuniya, 2020). Upaya penangkalan
radikalisme pada anak usia dini memerlukan pengaruh dan keteladanan dari orang
dewasa, karena anak usia dini memiliki kecenderungan menirukan apa yang mereka
lihat (Fajarwati, 2014). Upaya tersebut bisa dilakukan oleh para pendidik (guru
dan orang tua) sejak usia dini, yakni ketika masa kanak-kanak.[1]

Penelitian Badan
In­telijen Negara (BIN) mencatat pada 2017 sekitar 39% mahasiswa dari sejumlah
perguruan tinggi (PT) di In­donesia terpapar radikalisme. BIN melaporkan
terdapat 24% mahasiswa di PT dan 23,3% siswa di sekolah lanjutan atas (SLTA)
setuju dengan jihad da­lam rangka menegakkan Ne­gara Islam Indonesia. Malah
temuan GP Anshor me­nye­butkan sejumlah masjid di ber­bagai lembaga negara
terma­suk di PT, BUMN, hingga in­ternal Polri sudah terpapar pa­ham tersebut.
Bahkan ada ang­gota Polri yang tertarik dengan ideologi radikal itu. Hasil pe­ne­litian
Lembaga Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada 2016 le­bih gawat lagi, ter­dapat
84,8% sis­wa dan 76% guru di sekolah se­tuju dengan pe­n­e­rap­an sya­riat
Islam dan yang cukup me­ngejutkan dalam sur­vei itu di­temukan 4% orang Indo­nesia
menyatakan setuju dengan ISIS (Lampost , 22 Mei 2018).

Baca...  Perempuan dan Peradaban

Dalam pandangan Badan
Nasional Penanggulangan Te­rorisme(BNPT), radikalisme merupakan embrio
terorisme. Ia merupakan sikap yang men­dambakan perubahan se­cara total dan
bersifat re­vo­lu­sioner dengan menjung­kir­ba­likkan nilai-nilai yang ada se­cara
drastis melalui kekerasan dan aksi-aksi yang ekstrem. Ciri yang bisa dikenali
dari pa­ham radikal, yaitu 1) intoleran, ti­dak mau menghargai pen­da­pat dan
keyakinan orang lain; 2) fanatik, selalu merasa benar sendiri; 3) eksklusif,
mem­be­dakan diri dari umat Islam pada umumnya; dan 4) revo­lu­sio­ner,
cenderung menggunakan cara kekerasan untuk men­ca­pai tujuan.

Ciri radikalisme ini
mirip dengan apa yang di­ke­mukakan oleh Charles Kimball dalam Religion Becomes Evil  (2002) bahwa
aga­ma akan menjadi bencana atau radikal jika ditandai lima hal, yakni 1)
mengklaim kebenaran mutlak (absolute
truth claim)
, padahal kebenaran mutlak ha­nya milik Tuhan; 2) menuntut
ketun­duk­an buta (blind ob­e­dience)
yang mengingkari pe­rin­tah kitab suci untuk berpikir kritis; 3) menginginkan
kem­bali pada masa keemasan (es­tablishing
the ideal times)
  yang justru me­ng­ingkari gerak wak­tu yang tak
pernah surut ke masa lalu dan tiap zaman me­mi­liki problem tersendiri yang
menuntut ja­wab­an berbeda;  4) mem­be­nar­kan segala cara (the end justifies any means), pa­da­hal
tujuan yang baik harus di­tempuh de­ngan cara yang baik; 5) me­nya­takan perang
suci (de­cla­ring holy wars), di mana
perang se­ja­tinya kotor tidak ada yang suci.

Dalam jurnal penelitian
Abdul Munip, “Menangkal Radikalisme Di
Sekolah,” Jurnal Pendidikan Islam I, no. 1 (2012): 159–82.
[2] Menyatakan
bahwa, Tidak bisa dipungkiri bahwa masih banyak ditemukan kalangan milenial
mendukung tindakan ekstrim yang dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggung
jawab, antara lain; penelitian yang dilakukan oleh Muchith menjelaskan bahwa
tindakan radikalisme yang terjadi dalam pendidikan buah dari lemahnya posisi
guru sebagai jabatan profesi di Indonesia.[3]
Hal ini menjadi penyebab munculnya tindakan intimidasi baik dari guru kepada
siswa, dari manajemen sekolah kepada guru, dan dari masyarakat kepada guru atau
sekolah. Umro menguatkan pendapat di atas menyatakan bahwa gerakan terorisme
yang menjadi permasalahan seluruh negara di dunia termasuk Indonesia,
dilatarbelakangi oleh tindakan kekerasan yang mengatasnamakan agama atau sering
dikenal dengan radikalisme agama.[4]
Risma Savhira memberikan solusi dalam menangkal paham ekstrim bagi pemuda
dengan mengaplikasikan nilai-nilai yang terkandung dalam karakter wasathiyah.
Melalui sikap wasathiyah tersebut, diharapkan generasi muda lebih bijak dalam
menghadapi paham-paham baru yang bermunculan.[5]
Ikhsan menambahkan bahwa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah suburnya
pertumbuhan paham radikalisme bagi pemuda di perguruan tinggi ialah dengan
menanamkan sikap moderasi Islam dengan baik bagi mahasiswa, karena konsep Islam
wasathiyah hadir untuk untuk menjawab problematika kehidupan beragama di kampus.[6]
Amiruddin menilai paham radikalisme juga rawan muncul bagi kalangan santri di
pondok-pondok pesantren, sehingga ia menyarankan selain pembelajaran keislaman
yang mengedepankan toleransi, santri juga dibekali rasa cinta tanah air dengan
melakukan upacara hari santri dan hari kemerdekaan Republik Indonesia.[7]

Baca...  Kepemimpinan dalam Intelektual Profetik Konsep Liberasi (2)

Fenomena
radikalisme  dan terorisme sesungguhnya me­ru­pakan fenomena gunung es (iceberg) akibat berbagai hal yang
bersifat kompleks yang  telah berlangsung demikian lama. Ia muncul baik
akibat  ke­senjangan pemikiran, ke­ti­dak­adilan, pe­ma­ham­an 
konsep beragama dan ber­negara yang keliru, maupun akibat politik dan pengaruh
ideo­logi tran­s­na­sional melalui je­ja­ring sosial yang marak akhir-akhir
ini. Untuk itu, diperlukan ada pen­dekatan yang kom­pre­hen­sif dan integral
untuk meme­cah­kan masalah ter­se­but baik de­ngan cara soft power  seperti pen­de­katan kultural, sosial, me­lalui
kontranarasi di pel­ba­gai media dan sosial me­dia, ins­titusi pen­di­dikan,
dan lain­nya, maupun pen­dekatan hard po­wer 
dari aparat ke­aman­an agar lebih sigap lagi mem­be­ran­tas radikalisme dan te­rorisme.

*)Penulis adalah Pegiat Isu-isu Ekonomi, Filantropi Islam, Kemanusiaan, dan Perdamaian.



[1]
Moderasi
Beragama Untuk Mencegah Radikalisme Pada Anak Usia Dini Yuliana1 , Fitri
Lusiana1 , Dea Ramadhanyaty2, Anis Rahmawati3 , Rosyida Nurul Anwar1
1Pendidikan Guru PAUD, Universitas PGRI Madiun, Seminar Nasional Paedagoria
Volume 1, September 2021, pp. 10-15

[2]
KONSEP
INTERNALISASI NILAI-NILAI MODERASI BERAGAMA BAGI GENERASI MILENIAL BERBASIS
ALQUR’AN Apri Wardana Ritonga Thursina International Islamic Boarding School
Malang.  Vol. 4, No. 1, Februari 2021.
73-74.

[3]
13
Muhammad Saekan Muchith, “Radikalisme Dalam Dunia Pendidikan,” Addin 10, no. 1
(2016): 163,
https://doi.org/10.21043/addin.v10i1.1133.

[4]
14
Jakaria Umro, “Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Mencegah Radikalisme
Agama Di Sekolah,” Journal Of Islamic Education (JIE) II, no. 1 (2017): 89–108.

[5]
15
Alaika M. Bagus Kurnia PS Risma Savhira D.L.s, “Konsep Wasathiyyah Dan
Relavansinya Bagi Pemuda Dalam Menangkal Aliran Sesat,” Analisis: Jurnal Studi
Keislaman 19, no. 2 (2019): 321–38, https://doi.org/DOI:
http://dx.doi.org/10.24042/ajsk.v19i2.5372.

Baca...  Buya Syafii Maarif: Menuju Masyarakat Menulis, Membaca, Berpikir Dan Bertindak

[6]
16
M. Alifudin Ikhsan, “Al-Quran Dan Deradikalisasi Paham Keagamaan Di Perguruan
Tinggi: Pengarusutamaan Islam Wasathiyah,” Al-Bayan: Jurnal Ilmu Al-Qur’an Dan
Hadist 2, no. 2 (2019): 98–112,
https://doi.org/10.35132/albayan.v2i2.71.

[7]
17
Yoyok Amirudin, “Peran Pondok Pesantren Dalam Mencegah Paham Radikalisme Agama
( Studi Kualitatif Di Pondok Pesantren Sabilurrosyad Gasek Kecamatan Sukun Kota
Malang ),” Tabyin: Jurnal Pendidikan Islam 03, no. 01 (2020): 92–103,
http://e-journal.stai-iu.ac.id/index.php/tabyin%0APeran.

2369 posts

About author
KULIAHALISLAM.COM merupakan media berbasis online (paltform digital) yang menyebarkan topik-topik tentang wawasan agama Islam, umat Islam, dinamika dunia Islam era kontemporer. Maupun membahas tentang keluarga, tokoh-tokoh agama dan dunia, dinamika masyarakat Indonesia dan warga kemanusiaan universal.
Articles
Related posts
Esai

Naskah Bima "Bo Sangaji Kai" Sebagai Ingatan Kolektif Bangsa

7 Mins read
KULIAHALISLAM.COM – Bo Sangaji Kai adalah harta benda pusaka yang tidak ternilai harganya bagi pemerintah daerah dan masyarakat Bima. Karena itu, penting…
Esai

Makna Ziarah Kubur dalam Perpektif Islam

6 Mins read
KULIAHALISLAM.COM – Ziarah kubur bukanlah masalah yang baru di kalangan masyarakat. Tetapi sudah dimaklumi keberadaannya dan sudah direalisasikan pada masa Rasulullah SAW….
Esai

Melihat Pengkhianatan Yahudi Bani Quraizah

5 Mins read
Komunitas Yahudi selanjutnya yang melakukan pengkhianatan terhadap hak persamaan warga negara dalam negara Madinah adalah Bani Quraizah. Sampai dengan tahun 627 M…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights