Pendidikan

Sejarah Kerajaan Mataram Islam di Pulau Jawa

5 Mins read

Kerajaan Mataram merupakan kerajaan Islam di Jawa
Tengah yang berdiri sejak runtuhnya Kesultanan Pajang pada tahun 1582. Pada
mulanya, daerah Mataram merupakan wilayah kekuasaan Kesultanan Pajang. Sebagai
balas jasa atas perjuangannya terhadap Kesultanan Pajang, Sultan Hadiwijoyo
(1550-1582) menghadiahkan daerah ini kepada Kiai Ageng Pamanahan.

Selanjutnya daerah ini oleh Kiai Ageng Pamanahan dibangun
sebagai tempat pemukiman baru dan persawahan. Namun, kehadirannya di daerah ini
dan usaha pembangunannya mendapat tanggapan pro dan kontra dari para penguasa
setempat. Misalnya, Kiai Ageng Giring Yang berasal dari Wangsa Kajoran secara
terang-terangan menentang kehadirannya.

Namun masih ada yang menerima kehadirannya misalnya
Kiai Ageng Karanglo. Meskipun demikian, tanggapan dan sambutan yang beraneka
itu tidak mengubah pendirian Kiai Ageng Pamanahan untuk melanjutkan pembangunan
daerah itu. Ia membangun pusat kekuasaannya di Plenred dan menyiapkan strategi
untuk menundukkan para penguasa yang menentang kehadirannya serta menaklukkan
daerah-daerah sekitarnya.

Pada tahun 1575, Kiai Ageng Pamanahan meninggal dunia.
Ia digantikan puteranya yaitu Sutowijoyo atau Pangeran Ngabehi Lor Ing Pasar.
Di samping bertekad melanjutkan sifat ekspansif orang tuanya, Ia pun mempunyai
cita-cita utama sejak diangkat sebagai penguasa yakni membebaskan diri dari
kekuasaan Kesultanan Pajang yang menyebabkan hubungannya dengan Kesultanan
tersebut kurang baik. Ia sering melakukan tradisi Selamatan sebagai pesta politik untuk
meningkatkan solidaritas di kalangan para pengikutnya. Selain itu, ia
menahlukan Kiai Ageng Mangir dan Kiai Ageng Giring.

Hubungan yang tegang antara Pangeran Ngabehi Lor ing Pasar
dan Kesultanan Pajang akhirnya menimbulkan peperangan. Dalam peperangan ini,
Kesultanan Pajang mengalami kekalahan. Pangeran Ngabehi Lor ing Pasar mengangkat
dirinya sebagai Raja Mataram dengan gelar Pebembanan Senopati Ing Alogo setelah
Sultan Pajang meninggal dunia tahun 1582. Ia mulai membangun kerajaannya dan
kemudian memindahkan pusat pemerintahannya ke Kotagede.

Untuk memperluas daerah kekuasaannya, ia melancarkan
ekspansi ekspansi. Pada tahun 1950, ia menyerang Madiun yang waktu itu
bersekutu dengan Surabaya. Tahun 1591, ia menyerang Kediri dan Jipang dan tahun
1598/1599 menyerang Pasuruan dan Tuban. Panembanan Senopati terus-menerus
memeperluas kekuasannya sampai ia meninggal tahun 1601. Ia digantikan putranya
bernama Mas Jolang atau Panembanan Krapyak (1601-1613).

Sebagai Raja Islam yang baru, Panembanan Senopati
melaksanakan ekspansi ekspansi itu sebagai perwujudan dari cita-cita dan
gagasannya bahwa Mataram harus menjadi pusat budaya dan agama Islam untuk
menggantikan atau melanjutkan Kesultanan Demak. Usaha untuk mewujudkan
cita-cita itu semakin kuat karena Adipati Mandakara dan Sunan Kalijaga
memebrikan dukungan padanya. Sebutkan pula bahwa cita-cita itu berasal dari
wangsit atau Ilham yang diterimanya di Lipura (sebelah Barat kota Yokyakarta)
melalui mimpi dan pertemuannya dengan Nyai Roro Kidul ketika bersemedi di
Parangritis dan Gua Langse di selatan Yokyakarta.

Baca...  Membangun Budaya Growth Mindset di Sekolah

Dari pertemuan itu diketahui bahwa ia kelak akan
menguasai seluruh tanah Jawa. Karena itu, pada masa berikutnya Di sini terjadi
suatu rumusan sejarah bahwa manusia itu mengikuti agama yang dianut oleh
penguasanya (an-nas ‘ala dini mulukihim). Dengan kata lain, para
penduduk di daerah-daerah yang ditaklukannya menganut agama Islam. Hal ini
merupakan salah satu jasa kerajaan Mataram dalam pengembangan Islam di Jawa.

Sistem pemerintahan yang dianut kerajaan Mataram Islam
adalah sistem Kultus Dewa Raja artinya kekuasaan tertinggi dan
mutlak ada pada diri Sultan. Seorang raja seringkali digambarkan memiliki sifat
magis dan keramat yang kebijaksanaannya terpancar dari kejernihan air muka dan
kewibawaan yang tiada tara.

Raja menampakan diri pada rakyatnya sekali seminggu di
alun-alun Keraton. Selain Sultan, pejabat penting lainnya adalah kaum Priyayi
yang merupakan penghubung antara raja dan rakyat. Di samping itu ada pula
panglima perang yang bergelar Kusumayudha dan perwira rendahan atau Yudhanegara.
Pejabat lainnya adalah Sasranegara (pejabat adiministrasi).

Setelah Panembanan Krapyak meninggal, ia digantikan
oleh Raden Mas Rangsang (1613-1645). Pada masa pemerintahannyalah Kerajaan
Mataram meraih kejayannya baik dalam bidang ekpansi militer untuk memperluas
daerah kekuasaannya maupun dalam bidang agama dan kebudayaan.

Selama pemerintahannya, Raden Mas Rangsang yang
bergelar Sultan Agung Senopati Ing Alongo Ngabdurrahman telah melancarkan sejumlah
serangan ke berbagai daerah di sekitar Jawa yang menyebabkan daerah kekuasannya
luas. Pada tahun 1614, ia menyerang Kediri, Pasuruan, Lumajang, Malang dan
selanjutnya menuju Surabaya.

Namun Pangeran Pekik dari Surabaya mengerahkan
kekuatan para penguasa Pesisir antara lain K.T Kapulungan dan Ranggalelanan dari
Pasuruan, Dipati Pasagi dan K. Patih Jayasaputra dari Tuban dan K. Martanegara
dari Sedayu yang menyebabkan  pasukan
Mataram terpukul mundur.

Baca...  7 SMA/MA Muhammadiyah Ini Masuk Top 1000 Terbaik Di Indonesia

Pada tahun 1615 serangan Mataram lebih difokuskan ke
daerah Wirasaba tempat yang sangat strategis untuk menghadapi Jawa Timur.
Daerah ini berhasil ditahlukan. Tahun 1616 terjadi pertempuran antara Mataram
dan tentara sekutu (Surabaya, Pasuruan, Tuban, Jepara, Wirasaba, Arosbaya, dan
Sumenep). Peperangan ini dimenangkan Mataram. Mataram berhasil menahlukan
Sumenep dan Surabaya.

Pada tahun 1627, Kerajaan Mataram menyiapkan pasukan
untuk menggempur Batavia (Jakarta) di bawah pimpinan Tumenggung Baurekso dan
Tumenggung Suro Agulagul. Namun serangan ini gagal. Kegagalan ini menyebabkan
Mataram bersemangat menyusun kekuatan yang lebih terlatih dan persiapan yang
lebih matang.

Pada tahun 1969, pasukan Mataram kembali menyerang
Batavia namun tetap gagal.  Mataram
berhasil menguasai Jawa kecuali Batavia dan Banten. Mataram juga berhasil
menguasai beberapa daerah Palembang, Jambi, dan Banjarmasin. Di samping sukses
dalam pengembangan wilayah, Kerajaan Mataram juga memperlihatkan keberhasilan
dalam bidang agama dan kebudayaan karena ekspansi ini disemangati oleh
keinginan untuk mengislamankan daerah-daerah tersebut.

Sebelum peradaban Islam Mataram terbentuk, di daerah
aliran Kali Opak dan Kali Progo telah terdapat peradaban bercorak Hindu-Budha. Hal
ini dibuktikan dengan penemuan reruntuhan Candi-Candi Siwa dan Budha  di Yokyakarta. Bukti-bukti ini memperkuat
dugaan peradaban Islam Mataram identik dengan budaya pesisir Utara Jawa Tengah
yang bercampur unsur Hindu-Budha seperti terlihat dalam upacara sesaji dan kurban.

Mata pencaharian penduduk Mataram pada umumnya
bertani. Mereka hidup bergantung pada gula aren dan kelapa. Apabila telah
memasuki musim panen, mereka memetiknya secara bergotong-royong dan setelah
selesai panen mereka sama-sama mendirikan Masjid, membangun balai desa,
dilakukan berbagai kegiatan keagamaan dan upacara-upacara adat.

Dalam cerita-cerita babad dilukiskan betapa Sultan
Agung telah berhasil membangun ibu kota Mataram di Kerta dan mendirikan Kraton
Plered yang seringkali dikaitkan dengan lahirnya peradaban Jawa. Peninggalan
Sultan Agung yang legendaris adalah usaha pembaharuannya dalam kalender Jawa.

Sebagaimana diketahui, Sebelum masuknya pengaruh
Islam, kalender yang dikenal di Pulau Jawa didasarkan pada sistem Matahari yang
lebih terkenal dengan  kalender Saka. Sementara
Islam memakai kalender yang dengan sebutan bulan Qomariah yang juga disebut
sebagai kalender Hijriyah.

Baca...  Imajinasi Tanpa Sains

Upacara peninggalan leluhur mereka sejak zaman
Majapahit sekitar abad ke13 dan 15 M seperti Aswamenda dan Asmaradhahana
tetapa dilakukan. Misalnya, dalam upacara Garabeg telah dimodifikasi dalam
beberapa bentuk yakni Garebeg Pasa, Garebeg Besar pada hari Idul
Adha, dan Garebeg Mulud pada saat memperingati kelahiran Nabi Muhammad Shalalllahu
alaihi wasalam
.

Kerajaan Mataram Islam memiliki andil besar dalam
pengembangan dan penyiaran Islam di Jawa melalui ekspansi-ekspansinya. Hingga
abad ke-18 sebagian orang Jawa telah menganut ajaran agama Islam. Meskipun ada
pengaruh Sinkretik, Islam yang mereka anut mempunyai sifat yang tidak ekslusif.
Banyak usaha yang dilakukan pada masa itu antara lain pendirian rumah ibadah,
penerjemahan Al-Qur’an ke dalam bahasa Jawa dan pendirian Pesantren.

Sultan Agung meninggal dunia pada tahun 1645.
Selanjutnya, Mataram diperintah oleh putranya Sunan Tegalwangi dengan gelar
Amangkurat I. Namun, dalam masa pemerintahannya dan masa-masa selanjutnya,
Kerajaan Mataram mengalami kemunduran. Wilayah kekuasannya berangsur-angsur
menyempit karena aneksasi yang dilakukan oleh Hindia Belanda.

Raja Amangkurat I membantai 5000-6000 Ulama yang
dikumpulkan dari seluruh Jawa tahun 1646 M hanya karena untuk melestarikan
persekutuannya dengan kolonial Belanda demi melanggengkan kekauasannya. Ahmad
Hartono Jaiz menyebutkan bahwa para Ulama yang tak setuju pada sikap kompromi
pada Belanda dipanggil, dikumpulkannya semuanya sejawa dan dibantai, betapa
goncangnya umat Islam saat itu.

Pada tahun 1659, Raja Amangkurat I juga memerintahkan Pangeran
Pekik (mertuanya) dibunuh beserta keluarganya. Raja Amangkurat I menjadi sekutu kolinal padahal sebelumnya Sultan Agung memusuhi Kolonial Belanda. Raja Amangkurat I wafat dan dimakamkan di Desa Pesaren, Kabupaten Tegal. Ia digantikan oleh Raden Mas Rahmat (Amangkurat II). Amangkurat II berhasil mengakhiri pemberontakan Trunaya

Setelah Perang Trunojoyo berakhir 1678. Mataram harus
melepaskan daerah Karawang, sebagian daerah Priangan dan Semarang pada VOC. Demikian
pula setelah perlawanan Untung Suropati dapat dipadamkan (1705), daerah Cirebon
yang mengakui kekuasaan Mataram, sebagaian daerah Priangan dan Madura diambil
Hindia Belanda. Wilayah kekuasaan Mataram semakin terpecah setelah berakhirnya
Perang Giyanti (1755) 

Berdasarkan Perjanjian Giyanti, Mataram dibagi dua
yakni Mataram Surakarta dan Mataram Yokyakarta. Pada tahun 1757 dan 1813,
perpecahan terjadi lagi dengan munculnya Mangkunegara dan Pakualam.

 

 

 

2366 posts

About author
KULIAHALISLAM.COM merupakan media berbasis online (paltform digital) yang menyebarkan topik-topik tentang wawasan agama Islam, umat Islam, dinamika dunia Islam era kontemporer. Maupun membahas tentang keluarga, tokoh-tokoh agama dan dunia, dinamika masyarakat Indonesia dan warga kemanusiaan universal.
Articles
Related posts
Pendidikan

Menghayati Pendidikan Sebagai Bagian dari Kehidupan

3 Mins read
“Pendidikan (opvoeding) dan pengajaran (onderwijs) merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya…
Pendidikan

Membangkitkan Kekuatan Membaca dan Menulis

3 Mins read
Kebangkitan literasi Qur’ani: membangkitkan kekuatan membaca dan menulis. Literasi merupakan kemampuan mendasar dalam membaca, menulis, dan memahami informasi yang mendasari kemajuan individu…
Pendidikan

Utopis Pendidikan Inklusif di Indonesia

1 Mins read
Utopis Pendidikan Inklusif di Indonesia. Tulisan yang menurut penulis sangat singkat ini menunjukkan imajinasi, Impian, khayalan ataupun ekspektasi dari keresahan penulis akan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights