KULIAHALISLAM.COM – Pemerintah dan Bank Indonesia mengeluarkan 7 uang baru 2022 pada 17 Agustus 2022. Uang baru ini memiliki desain yang agak berbeda dengan uang yang telah beredar selama ini. 7 Pecahan yang diperbaharui oleh BI ini adalah 100.000, 50.000, 20.000, 10.000, 5.000, 2.000 dan 1.000.
Sumber gambar: detik.com |
Tiga Tokoh Islam Dalam Uang Baru 2022, Siapa Saja Mereka?
1. Tjut Nyak Meutia
Kecintaannya terhadap tumpah darah dan rakyat Aceh telah mengobarkan semangat perlawanan pada dirinya. Muslimah pemberani itu pun angkat senjata, meski harus mengarungi lembah dan hutan. Semua dilakukannya demi mempertahankan kedaulatan negerinya.
Sang mujahidah pun gugur sebagai syahidah. Pada 25 Oktober 1910, Muslimah pemberani itu menghembuskan nafas terakhirnya, setelah tiga peluru yang meletus dari moncong senapan tentara Belanda menembus kepada dan badannya.
Meski begitu, Cut Nyak Meutia telah meniupkan semangat juang bagi kaumnya. Sebuah semangat yang tak akan pernah padam dan selalu dikenang sejarah.
Cut Nyak Meutia terlahir di Perlak, Aceh pada 1870. Suami pertamanya bernama Teuku Muhammad alias Teuku Cik Tunong, wafat Mei 1905. Suami keduanya bernama Pang Nangru meninggal pada September 1910 di Paya Cicem. Semangat jihad fi sabilillahnya begitu tinggi. Ia pun menamai putranya, Raja Sabil.
Tokoh pahlawan Tjut Meutia tergambar di uang pecahan Rp 1.000 yang berukuran 121 mm x 65 mm. Uang kertas tersebut bernuansa hijau. Sementara sisi belakang uang Rp 1.000 bergambar Tari Tifa, pemandangan alam Banda Neira, dan bunga anggrek larat.
2. KH. Idham Chalid
3. Ir. H. Djuanda
Djuanda mulai menjadi anggota kabinet di tahun 1946 dalam Kabinet Sjahrir II sebagai menteri muda perhubungan, berbarengan dr Leimena sebagai menteri muda kesehatan. Selama di kabinet karirnya melesat; ia bak “pendekar dengan 1000 jabatan” karena sering merangkap-rangkap jabatan yang rata-rata berat. Kinerja dan kerja kerasnya yang luar biasa membuat Djuanda selalu menjadi pilihan pertama guna memimpin tugas-tugas penting.
Gelar lainnya adalah “super teknokrat” karena ia mampu melaksanakan tugas apa saja dengan baik. Ia diakui sebagai salah satu teknokrat paling jempolan yang pernah dimiliki Indonesia. Pengabdiannya baru terhenti di tahun 1963 ketika mengalami serangan jantung dan wafat. Secara harafiah, Djuanda bekerja keras sampai mati. Hanya ada satu lagi tokoh bangsa yang seperti itu, yakni DR Sahardjo SH.
Juanda juga pernah aktif sebagai guru di sekolah Muhammadiyah. Hal ini menjadikan dia sebagai tokoh yang aktif dalam gerakan Islam.