Esai

Islam Kemanusiaan Mewujud Kedamaian

8 Mins read
(Sumber Gambar: Redaksi Kuliah Al-Islam)
                                            

Oleh: Fitratul Akbar

KULIAHALISLAM.COMTak dipungkiri, dewasa
ini kita melihat dan mengamati bahkan mungkin terlibat dalam pertikaian antar
umat Islam. Satu dengan yang lainnya saling menyalahkan, bahkan sampai terjadi
pertumpahan darah. Di Pakistan, antara Suni dan Syiah tak henti saling
menyakiti hingga membunuh. Di Iran dan beberapa negara lain hal ini juga dapat
kita temukan. Sungguh pemandangan yang memperihatinkan dan membuat kita semua
untuk introspeksi diri.

Sudah sejak zaman nabi
Muhammad perbedaan perbedaan antarumat Islam itu hadir. Sepanjang perbedaan itu
tidak keluar dari prinsip mendasar Islam, maka dialog harus diutamakan.
Membangun saling pengertian dan memahamkan satu dengan lainnya adalah upaya
bijak yang diajarkan agama.

Pertikaian umat Islam
dengan umat lain terjadi karena kekurangan pemahaman agama kita sendiri dan
agama lain. Selain itu, sebab muncul pertikaian umat bergama adalah karena
kebodohan kita akan ajaran agama sendiri. Sudah jelas tertera di dalam
Al-Qur’an, demikian pula dicontohkan oleh nabi Muhammad Saw sepanjang hidupnya,
bagaimana penghargaan sesama manusia adalah hal yang utama.

Ta’aruf, saling kenal
mengenal, dalam pelaksanaan nya bisa melalui ilmu dan budaya, sehingga Islam
bisa diterima oleh umat lain. Lihatlah para penyebar Islam dulu, para wali,
para kiai, dan tokoh-tokoh agama lain di Indonesia ini, sejak awal Islam hingga
dewasa ini. Cara-cara yang santun, damai, toleransi dan pendekatan ilmu budaya
pun mudah diterima secara luwes oleh masyarakat lokal.

Rahamatan Lil Alamin
mengandung arti bahwa Islam hadir membawa kesejukan. Keberadaan nya, di mana
pun, memberi solusi bagi kerukunan dan ketenangan masyarakat. Bukannya
sebaliknya, memberi kesan tidak nyaman dan tidak aman. 
Pemahaman tentang Islam
yang membawa Rahmat ini sudah seharusnya dilakukan sejak anak anak masih kecil. 

Bicara karakter Islam
yang sesungguhnya, jika menilik kepada Al-Qur’an, maka kita bisa mengutip salah
satu ayat yang bisa menjadi dasar. Ayat itu tersebut di dam surah Al-Baqarah
ayat 143, yang berbunyi: 
Artinya, “dan demikian
pula kami telah menjadikan kamu umat Islam, umat pertengahan agar kamu menjadi
saksi atas perbuatan manusia dan agar rasul Muhammad menjadi saksi atas
perbuatan kamu. Dan kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblat mu
sekerang melainkan agar kami mengetahui supaya juta siapa yang mengikuti rasul
dan siapa yang membelot. Dan, sungguh pemindahan kiblat itu amat berat, kecuali
bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, dan Allah tidak akan
menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah maha pengasih lagi maha penyayang
kepada manusia”
.

Didalam ayat ini
disebutkan umat Islam adalah ummatan washatan, yang jika menilik terjemahan
Al-Qur’an yang dikeluarkan oleh departemen agama, maka diartikan sebagai umat
pertengahan atau umat tengah tengah. Artinya, umatan washatan adalah umat jalan
tengah, yang tidak esktrim kanan dan ekstrim kiri.

Jika ikatan Islam
adalah moderat, maka istilah ini hanya sebagai istilah baru yang sesungguhnya
sekeras dengan istilah ummatan washatan. Sebab kata moderat, dipahami sebagai
berkecenderungan ke arah dimensi atau jalan tengah. Moderat inilah sejatinya
umat Islam sejak dibawa oleh nabi Muhammad Saw hingga hari ini. Islam moderat
sebagai mainstream pemahaman yang terpatri pada umat Islam.

Baca...  Hapus Sistem Monarki Tunisia Menjadi Negara Republik di Afrika Utara

Meskipun dalam
perjalanan nya ada warna warni yang berbeda, tapi hal itu tidaklah mewakili
Islam yang sesungguhnya. Warna atau karakter yang berbeda itu muncul disebabkan
oleh pertentangan: konflik politik, konflik sosial, konflik pemahaman agama.
Dari berbagai peristiwa sejarah itulah, lahir berbagai paham dan aliran yang
berbeda dengan pemahaman Islam moderat.

Karena itu, untuk
membangun kehidupan yang harmonis antar umat Islam bahkan dengan umat umat yang
lain, Islam menjadi rahmatan Lil Alamin, maka ada dua panduan yang memberi
jalan bagi kita.

Pertama, nabi Muhammad
Saw mengatakan, “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan
akhlak”. 
Jadi Islam menjadi Rahmatan Lil Alamin jika umat Islam itu mempunyai akhlak mulia, moralitas yang
baik. 
Kedua, nabi Muhammad
Saw juga mengatakan, “Khoirul an nas anfuhum Li an nas”, sebaik baik
manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya. 
Semakin banyak manfaat
yang diberikan oleh seorang muslim, maka semakin kelihatan rahmatnya bagi alam
semesta. Setiap muslim harus diajarkan supaya dia bermanfaat bagi yang
lain.

Islam dikenal sebagai
Din Ar Rahmah wa as Salamah, agama yang penuh kasih sayang dan perdamaian. Hal
ini sejalan dengan firman Allah SWT, 
Artinya, “dan
tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk menjadi Rahmat bagi semesta
alam”.

Misi kerasulan nabi
Muhammad Saw adalah membawa Rahmat bagi alam semesta. Dengan demikian, apapun
bentuk kekerasan nya ,semua bertentangan secara diametral dengan karakter nabi
Muhammad Saw. Ia merupakan pelanggaran Hukum yang memiliki konsekuensi dalam
perundang-undangan.

Dalam Islam, sesuai
dengan namanya, datang membawa salam artinya kedamaian, ketenangan, kesejukan
dan tidak membawa gerakan maupun pemikiran yang ekstrem. Dengan Islam tuhan ini
menebar rasa damai di kalangan umat manusia.

Islam Moderat: antara
eksistensi dan toleransi

Sebenarnya istilah
moderat atau istilah lain, misalnya inklusif tidak tumbuh dari istilah Islam.
Ini hanyalah sebutan pihak luar untuk mengidentifikasi karakteristik Islam.
Jika dikatakan Islam moderat, itu adalah maksudnya Islam yang natural dan
proporsional. Natural disini artinya keaslian Islam, sedangkan proposional
ditujukan dalam rangka tata hubungan Islam dengan lingkungan yang berbeda.

Karena itu, moderasi
adalah keseimbangan antara eksistensi dan toleransi. Jadi eksistensi Islam itu
harus ditegakkan, tidak boleh dirugikan karena toleransi. Tapi toleransi itu
pun harus diberi proporsional pada eksistensi itu sendiri. Toleransi yang
merugikan eksistensi maka akan menjadi toleransi kebablasan, sementara
eksistensi tanpa toleransi maka akan menjurus pada ekstrimisme.

Eksistensi Islam atau
Islam yang natural, yang sudah ditetapkan secara azali oleh Allah adalah
emiliki karakter toleran, sehingga ia menjadi rahmatan Lil Alamin, bukan hanya
rahmatan Lil muslimin. Hanya saja memang implementasi nya di lapangan tidaklah
mudah.

Rahmatan Lil Alamin

Jika kita mengkaji dari
definisinya, maka Rahmat sesungguhnya adalah masih sayang Allah. Manifestasi
dari hal ini adalah sifat Allah yang Rahman dan rahim. Rahman berarti ammah
kulla syain, bagi segala sesuatu. Maksudnya sifat kasih sayang Allah meliputi
segala makhluk, tanpa kecuali. Karena Rahman Allah-lah yang menentukan adanya
kehidupan ini. Tangan Rahman Allah, maka sirnalah kehidupan. 
Sedangkan rahim Allah
adalah kasih sayang Allah hanya pada yang beriman dan taat kepada-nya. Karena
itu rahim bersifat khusus dan terbatas bagi umat beriman. 
Berbicara mengenai konsep Islam rahmatan Lil Alamin yang berkembang di Indonesia, maka imam dan kemanusiaan sebagai dasar pijakannya. Sebab sebagaimana cita cita ia. Sebagai agama Rahmat yang membangun harkat dan martabat manusia, maka kemanusia tidak terlepas dari titik fokus pembicaraan.

Baca...  Dusta Orang-Orang Buta (+21)

Dan makna inilah Rahmatan Lil Alamin dalam kenyataannya bisa dipilah menjadi dua. Pertama, rahmatan Lil
Alamin akan berlaku jika umat Islam sudah benar dan proporsional dalam
menjalankan ajaran Islam. Seorang muslim yangvtelah mempraktikkan secara
sungguh-sungguh nilai, maka otomatis akan memberi manfaat, mengayomi umat yang
lain.
Kedua, Rahmat itu juga
berlaku bagi siapapun yang mengamalkan nilai-nilai Islam. Misalnya, dingera
Taiwan, bahwa ketika mereka jujur, maka akan mendapat Rahmat dalam kejujurannya
itu.

Dengan modal modal ini,
mudah mudahan Islam yang moderat dan adil dapat mengikis habis karakter
karakter Islam yang ekstrem dan radikal. Indonesia tetaplah menjadi payung umat
Islam, sehingga memberi pula hak agama lain untuk hidup bersama fi negeri ini.
Sebab Islam tetap menyebarkan Islam yang Rahmatan Lil Alamin.

Ajaran Islam mengandung
dan mengajarkan kebaikan atau kemaslahatan di dunia dan di akhirat. Artinya,
Islam membawa kebaikan bagi segenap makhluk hidup yang ada di bumi. Ian
mengajarkan seorang muslim berbuat baik kepada siapa saja, tak terbatas hanya
sesama muslim. Sekalipun orang itu musuh dan orang jahat, Islam tetap mengajarkan
untuk berbuat baik kepadanya. Selain manusia, seorang muslim juga diwajibkan
untuk berbuat baik kepada makhluk yang lain, apakah itu binatang, tumbuhan, dan
lainnya. Bahkan di jalan saja seorang muslim diajarkan bagaimana beretika dan
berakhlak mulia.

Ukhuwah Diniyah,
manifestasi ajaran Islam

Islam juga mengajarkan
tidak boleh berbuat kerusakan, baik di darat dan di laut. Menyanyangi orang
lain seperti halnya menyanyangi diri sendiri. Didalam hadits dikatakan,
“tidaklah sempurna iman seseorang dari kalian, sampai ia mencintai
saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri”(HR Bukhari Muslim).

Yang dimaksud
“saudara” di dalam hadist ini adalah: 
Pertama, ukhuwwah
nasabiyah, yaitu saudara yang berhubungan darah atau saudara dalam satu
keluarga. 
Kedua, ukhuwwah
Diniyyah, artinya saudara seagama, sesama Islam. 
Ketiga, ukhuwwah
watabiyyah, saudara setanah air, saudara sebangsa. 
Keempat, Ukhuwwah
alamiyah, artinya persaudaraan secara global seluruh dunia.

Oleh karena itu, kalau
saja hubungan antara usia ini didasari oleh prinsip prinsip Islam seperti kasih
sayang dan cinta sesama bangsa, maka konsekuensinya adalah kita seluruh dunia
ini menjadi kal jasad Al wahid, tubuh yang satu. Ini mengandaikan bahwa jika
salah satu bagian tubuh yang sakit, maka seluruhnya akan ikut merasakan. 
Demikian pula sebagai
sesama umat Islam juga merasa sebagai satu tubuh. Di mana satu dengan yang lain
saling menguatkan, saling membantu, dan saling mengingatkan.

Seperi kita ketahui,
nabi kita yang diutus Allah menyampaikan firman-nya kepada hamba hambanya,
adalah contoh manusia yang paling manusia. Manusia yang mengerti manusia dan
memanusiakan manusia. Rasulullah Saw seperti biasa dengan mudah kita kenal
melalui Sirah dan sejarah kehidupan nya, adalah pribadi yang sangat lembut,
ramah dan menarik. Diam dan bicaranya menyejukkan dan menyenangkan. Beliau
tidak pernah bertindak atau berbicara kasar.

Hampir semua orang
Islam mengetahui bahwa Rasulullah Saw diutus untuk menyempurnakan Budi pekerti.
Karena itu, Rasulullah Saw sendiri Budi pekertinya sangat luhur (QS, 68:4).
Mencontohkan dan mengajarkan keluhuran Budi. Sehingga semua orang tertarik. Ini
sekaligus merupakan pelaksanaan perintah Allah untuk berdakwah. Berdakwah
adalah menarik orang, bukan membuat orang lari,(QS, 3:159). 
Seandainya umat islam
mau meniru sifat mulia Rasul mereka itu dan mengikuti jejanya, pastilah banyak
persoalan persoalan keumatan khususnya dalam pergaulan hidup mereka sendiri,
dapat dengan mudah teratasi.

Baca...  Negara, Hukum dan Keadilan di Indonesia

Islam Pesan Perdamaian

Islam sebagai pesan
perdamaian perlu terus menerus dikumandangkan di seluruh dunia melalui sebagai
sarana modern: media cetak, elektronik, mimbar dan sebagainya. Jika pihak yang
memilih kekerasan sebagai bagian dari agama yang dipahami secara salah itu
telah menyebarkan gagasannya secara sangat massif, maka tidak ada pilihan lain
bagi pengusung bendera perdamaian kecuali secara aktif mengimbanginya dengan
massif pula, tetapi melalui cara cara beradab dan santun. Keadaban dan
kesantunan adalah simbol dari masyarakat yang stabil secara kronologis. Sebaliknya,
kebiadaban dan budaya kekerasan adalah lambang dari komunitas yang goyah,
reaktif, karena tidak percaya diri. Umat Islam harus berupaya secara maksimal
untuk tampil sebagai komunitas yang dapat dijadikan tenda besar tempat orang
berlindung. Tetapi semuanya ini hanyalah mungkin terwujud, jika kita unggul
dalam ilmu pengetahuan dan anggun dalam moral.

Dalam perjalanan waktu
kita percaya bahwa kekuatan pesan perdamaian akan memenangkan pergumulan itu,
karena kultur kekerasan tidak punya tempat sedikitpun dalam ajaran Islam.
Sesuatu yang tidak punya tempat berpijak secara teologis, tentu akan sirna
ditelan musim. Dalam Al-Qur’an ada ungkapan Al-zabad (buih) yang mewakili
kebaikan yang tak akan tahan lama, lalu sirna ,berhadapan dengan Al-ma (air)
sebagai simbol kebenaran, yang abadi di bumi. Oleh sebab itu, pengusung Panji
perdamaian harus meyakinj ayat ini dengan sepenuh hati agar tetap tegar dalam
menjalankan misi kemanusiaan nya tanpa henti, tanpa ragu, dan tanpa lelah.
Islam sungguh memerlukan banyak pasukan perdamaian ini, karena para nabi diutus
ke muka bumi adalah salah satu nya untuk memperbaiki jaman jahiliyyah yang
barbar menuju jaman perdamaian yang penuh keadaban.

Cita cita Islam adalah
membangun harkat dan martabat manusia, sejala dengan tujuan Allah yang telah
menciptakan manusia sebagai Khalifah di muka bumi ini. Pengalaman nya telah
dicontohkan oleh Rasulullah dan para sahabat sahabat nya. Tetapi dalam
mewujudkan cita cita Islam atau prinsip prinsip dasar Islam, tidak seperti yang
digambarkan secara normatif, dan dalam pelaksanaan nya memang terkadang tidak
sesuai dengan tuntutan yang telah digambarkan, karena harus berhadapan dengan
realitas yang ada di tengah-tengah masyarakat. Prinsip prinsip dasar Islam
harus berhadapan dengan kepentingan kepentingan manusiawi seperti halnya
politik, budaya, ekonomi, dan lain sebagainya.

Secara substantif,
sebenarnya tindak kekerasan tidak pernah dibenarkan oleh prinsip prinsip dasar
Islam, karena Islam adalah agama rahmatan Lil Alamin. Agama yang mengajarkan
nilai-nilai toleransi, sebagaimana yang telah dicantumkan dalam beberapa ayat
suci Alquran.

Untuk tetap menjaga
kerukunan diantara sesama dan menjaga dasar dasar prinsip Ian yang
mengedepankan ajaran toleransi, salah satu upaya yang dapat kita lakukan adalah
mencegah penyeragaman, mencegah pemaksaan berkembangnya salah satu golongan,
baik yang bersifat rasional maupun yang irasional. Sebab, dengan mencegah
pemaksaan penyeragaman tersebut kita dapat belajar memahami, mensinergikan
sekaligus menikmati setiap perbedaan yang ada. Dengan demikian setiap perbedaan
pandangan akan menghasilkan suatu hal yang konstruktif dan produktif.

Dengan demikian, umat
Islam Indonesia untuk senantiasa mendalami, memahami dan merefleksi
nilai-nilai luhur agama Islam dalam kehidupan bermasyarakat agar supaya mampu
memberikan rasa kedamaian, keharmonisan, dan kemajuan ditengah masyarakat
muslim, dan agama lainnya.

2366 posts

About author
Merupakan media berbasis online (paltform digital) yang menyebarkan topik-topik tentang wawasan agama Islam, umat Islam, dinamika dunia Islam era kontemporer. Maupun membahas tentang keluarga, tokoh-tokoh agama dan dunia, dinamika masyarakat Indonesia dan warga kemanusiaan universal.
Articles
Related posts
Esai

Menggali Ajaran Alqur'an Tentang Bullying: Larangan dan Hikmah Dibaliknya

1 Mins read
Bullying, suatu perbuatan tercela yang dapat menjatuhkan martabat dan psikis seseorang – yang berupa tindakan fisik, verbal, atau psikologis – perilaku tersebut…
Esai

Dinamika Perkembangan Islamic Studies

2 Mins read
Dinamika perkembangan Islamic studies. Pada tulisan singkat ini, penulis hendak menelisik tentang sejarah Islamic studies, menguraikan sejarah awal perkembangan studi Islam yang…
Esai

Persepsi Warga Dalam Pemilukada 2024

4 Mins read
KULIAHALISLAM.COM – Pemilihan Umum Kepala Daerah di Indonesia 2024 (Pemilukada) digelar secara serentak untuk daerah-daerah yang masa jabatan kepala daerahnya berakhir pada…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights