Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab berkata bahwa : Ada
suratnya Sayydina Ali indah sekali, bahasanya terlalu indah. Ini surat ditulis
Sayydina Ali setelah beliau pulang dari peperangan Shiffin. Dia tulis kepada
anaknya Sayyidina Hasan. Itu dimulai dengan menjelaskan tentang dirinya bahwa,
“ Saya seorang ayah yang pasti berakhir wujudnya di dunia ini. Tidak lama lagi pasti
mati”. Sosok yang menyadari dan mengakui betapa sulitnya menghadapi perjalanan
hidup.
Sayydina Ali berkata : “Saya tadinya berkesimpulan
bahwa saya tidak mau lagi memperhatikan selain diri saya karena semua
nafsi-nafsi, tetapi kemudian tidak lama saya sadar bahwa engkau wahai anakku
adalah diriku. Jadi, saya harus mengingat engkau, saya harus memperhatikan
engkau”.
Prof. M Quraish Shihab berkata “ Kalau ada yang
meninggal sebenarnya dia masih ada di dunia karena anak itu kan berasal dari
ibu dan bapaknya ? Sayydina Ali berkata begini, “saya tidak bisa hanya memikirkan diri saya sekarang karena
engkau saya lihat adalah diriku”. Maka dia tulis surat ini”.
Sayydina Ali katakan bahwa hidupkanlah hatimu dengan menerima nasihat,
padamkan nafsumu dengan zuhud dan kekuatan keyakinan, terangi hatimu dengan
hikmah dan tundukan ia dengan mengingat maut serta mantapkan dia dengan kesadaran
akan kepenuhan segala sesuatu yang berada di alam-alam raya ini, tunjukan
kepadanya yakni kepada hatimu aneka petaka dadakan di dunia, peringatkan dia
dengan pergolakan masa dan keburukan yang terjadi pada pergantian malam dan
siang”.
Sayydina Ali berkata : “Banyak keburukan yang terjadi,
ingatkan hatimu tentang itu, paparkan kebenakmu sejarah generasi masa lalu dan
ingatkan juga yakni ingatkan dibenakmu tentang apa yang menimpa orang-orang
sebelummu, jelajahilah pemukiman dan peninggalan mereka lalu renungkanlah apa
yang mereka telah lakukan, dari mana mereka datang lalu kemana mereka berpindah
dan dimana kemudian mereka akan tinggal menetap”.
M Quraish Shihab berkata : “ Jadi sebenarnya Sayydina
Ali ini kalau analisa ilmuwan, Sayydina Ali pindah dari Madinah ke Irak,
masyarakatnya sudah terpukau oleh dunia sedang Sayydina Ali mau bawa mereka ke
akhirat, jadi dia tidak diterima akhirnya dia pindah diharapkan disana dia
dapat. Dulu zaman Nabi, zaman Sayydina Abu Bakar awalnya itu dunia belum terbuka, begitu zaman
Sayydina Umar, harta benda banyak, di zaman Sayydian usman harta benda banyak.
Orang sudah foya-foya dengan itu, Sayydina Ali mau bawa mereka ke akhirat,
tidak bisa!”.
Ada tulisan Abbas Al-Aqqad yang menyangkut ‘abawariyyat ‘Ali, bagaimana kejeniusan
Imam Ali, Imam Ali berkata pada anaknya: “ Engkau akan menemukan mereka
meninggalkan kekasih dan bermukim di negeri yang asing bagi mereka, dan engkau
seakan-akan tidak akan lama lagi menjadi salah seorang dari mereka itu”.
Sayydina Ali berkata “ Pasti kita mati, oleh karena
itu perbaikilah tempat tinggalmu, jangan menjual akhiratmu dengan duniamu dan
hindari berucap menyangkut apa yang tidak engkau ketahui atau berbicara
menyangkut yang bukan urusanmu. Jangan ikuti satu jalan jika engkau takut tersesat
bila menelusurinya,. Ikuti jalan yang kamu pasti yakin jalan ini. Jangan engkau
ikuti jalan yang engkau takut tersesat bila menelusurinya karena berhenti pada
kebingungan tersesat lebih baik daripada mengarungi bahaya kesesatan”.
Sayydina Ali berkata pada anaknya : “ Ketahuilah wahai
anakku, bahwa yang paling kusukai untuk engkau amalkan dari wasiatku ini adalah
bertaqwa pada Allah dan membatasi diri mengamalkan apa yang diwajibkan atas
kamu”. M Quraish Shihab berkata : Jadi, tidak usah yang sunnah-sunah dulu, yang
wajib dulu, apa kewajibanmu ?, itu nanti kita baca di hadis : Allah paling
senang seseorang yang mengamalkan kewajibannya, Sayydina Ali berkata bahwa yang
paling kusukai bertaqwa dan amalkan apa yang wajib serta meneladani leluhurmu dan
orang-orang yang saleh dari keluargamu. Maksud leluhur itu adalah leluhur
Sayydina Ali yaitu Abdul Muthalib, Hasyim dan boleh jadi meneladani sikap yang
lain.
Sayydina Ali berkata : “ Seandainya jiwamu, enggan
menerima begitu saja apa yang mereka ketahui, sebelum engkau mengetahuinya
melalui cara mereka tahu maka hendaklah engkau mempelajarinya dengan tekun dan
dengan seksama tetapi bukan tujuan untuk berbantah-bantahan”.
Sayydina Ali berkata pada anaknya : “ Hai
anaku,jadikanlah dirimu neraca antara dirimu dengan selainmu karena itu
sukailah untuk orang lain apa yang engkau sukai buat dirimu dan bencilah
untuknya apa yang engkau benci. Jangan menganiaya orang lain sebagaimana engkau
enggan dianiaya dan berbuat baiklah sebagaimana engkau senang diperlakukan
baik. Anggap buruklah apa yang terdapat pada dirimu yang engkau anggap buruk
disandang oleh orang lain”.
Sayydina Ali berkata : “ Puaslah dengan apa yang engkau
terima dari orang lain sebagaimana kepuasanmu memberi untuk orang lain. Jangan
mengucapkan apa yang tidak engkau ketahui walau pengetahuanmu sedikit”. Ada
orang pengetahuannya sedikit,dia takut dikira bodoh jadi dia ngomong.
Sayydina Ali berkata : “ Jangan engkau mengucapkan
yang engkau tidak senang orang lain mengucapkannnya kepadamu. Ketahuilah bahwa
kebanggan yang tidak berdasar pada dirinya sendiri merupakan lawan dari
kebenaran serta penyakit yang menimpa pemikiran yang jernih.”.Sayydina Ali
berkata : “ Nafkahkanlah hasil jerih payahmu dan jangan jadi penyimpan buat
orang lain”. Maksudnya adalah kita punya duit, kita simpan tidak mau kasih
orang lain. Kita mati sebenarnya kita simpankan buat orang lain.
Kemudian
Sayydina Ali berkata : “Jika engkau telah menerima hidayah menuju kebenaran
maka hendaklah engkau menjadi orang yang paling khusyuk dan patuh kepada Tuhanmu. Ketahuilah bahwa dihadapanmu
ada jalan yang berjarak sangat jauh dan kesulitan yang sangat berat sehingga
engkau harus pandai-pandai menempuh jalan dengan benar dan pandai-pandai juga
mengukur kadar bekalmu agar engkau
sampai ketujuan, jangan sampai bekal itu memberatkamu sehingga mengakibatkan
bencana atas dirimu”.
Sayydina Ali berkata : “ Apabila engkau mendapat
seorang butuh dan bersedia memikul
bekalmu denganmu menuju hari kiamat untuk kemudian dia menyerahkan kepadamu maka
sambutlah keinginannya itu”. Ada orang pinjam duit sama anda, kasih dia karena
itu sebenarnya bekal anda yang dia akan serahkan pada hari kiamat. Sayydina Ali
berkata : “ Gunakanlah kesempatan mengutangi siapa yang meminta diberi utang
pada saat engkau mampu agar dia dapat mengembalikan utangnya saat krisis
menimpamu. Ketahuilah bahwa dihadapanmu terdapat jalan mendaki yang sulit yang
tidak ringan bebannya”.
Sayydina Ali berkata : “ Ketahuilah bahwa penguasa
perbendaharaan langit dan bumi yakni Allah mengizinkanmu berdoa dan menjamin
untuk mengabulkannya. Dia tidak menjadikan antara engkau dengan Dia Yang Maha
Kuasa itu siapapun yang menghalangimu, tidak juga menjadikan penghalang antara
engkau dengan Dia, seseorang yang engkau mintai pertolongan untuk mendoakanmu.
Dia tidak menghalangimu untuk bertaubat, Dia tidak mengejek dan mengecammu jika
engkau kembali kepada-Nya. Dia juga tidak bergegas menjatuhkan siksa sebagaimana
Dia tidak mempermalukanmu disaat engkau berpotensi dipermalukan”.
Sayydina Ali berkata : Keadaan yang suatu ketika
terbetik keinginanmu untuk bertaubat tapi ada aral yang merintangi engkau
dengan keinginanmu itu, lalu tiba-tiba maut datang merenggut nyawamu sehingga
engkau tidak sempat bertaubat. Sebentar lagi akan tersingkap kegelapan, para
musafir pun segera akan tiba. Ketahuilah wahai anakku, bahwa siapa yang kendaraannya adalah malam
dan siang maka pasti malam dan siang itu akan membawanya walau ia menetap tanpa
bergerak’’.
Sayydina Ali berkata : “Temanilah orang-orang baik
maka engkau menjadi bagian dari mereka dan hindari serta berbedalah dengan
orang-orang yang buruk. Seburuk-buruk makanan adalah yang haram, seburuk-buruk
penganiayaan adalah menganiaya yang lemah. Penggunaan kelemah lembutan jika
bukan pada tempatnya menambah kekerasan sedang bersikap tegas pada tempatnya
melahirkan kelemahlembutan. Bisa jadi yang memberi nasihat adalah orang yang
tidak wajar memberinya dan bisa jadi juga yang dimintai nasihat justru
menjerumuskannya”.
Sayydina Ali mengatakan : “ Jangan sekali-kali
mengandalkan angan-angan kosong karena ia adalah sikap yang picik. Kecerdasan
adalah memelihara pengalaman dan sebaik-baiknya pengalamanmu adalah yang
menasehatimu. Jangan terlalu berani mengorbankan sesuatu dengan mengharapkan perolehan
lebih banyak. Jangan mengendarai peredebatan karena dia menjerumuskanmu,
pertahankan jalinan hubungan saudara dan temanmu saat dia memutus hubungan
denganmu dan teruslah berbuat baik kepadanya kendati dia menolakmu, mendekatlah
kendati dia menjauhimu, berilah kendati dia kikir, berlemahlembutlah kendati
dia kasar tapi jangan letakan itu pada tempatnya atau bukan sosok yang wajar
menerimanya”.
Sayydina Ali berkata : “ Jangan menjadikan musuh
sahabatmu sebagai sahabat karena itu engkau berarti memusuhi sahabatmu.
Tuluslah menasehati saudara atau temanmu baik itu bermanfaat untukmu maupun
merugikanmu. Pendamlah amarah, aku tidak peranah melihat sesuatu yang dipendam
lebih manis dan juga lebih baik dampaknya sebagaimana memendam amarah. Bersikap
lemah lebutlah terhadap yang kasar padamu niscaya dia akan segara bersikap baik
kepadamu. Perlakukanlah musuhmu dengan baik karena itu adalah kemenangan
terbaik.Apabila engkau hendak memutus hubungan dengan orang lain maka simpan
sedikit peluang di dalam hatimu, siapa tahu suatu ketika dia berniat
memperbaiki diri”.
Sayydina Ali berkata “ Hormatilah keluarga besarmu
karena mereka sayap yang membawamu terbang dan merekalah asal usulmu yang
engkau berakhir pada mereka dan mereka juga tangan yang engkau gunakan berjuang.
Akhirnya suratnya dia tutup dengan mengatakan : Aku menitipkan agama dan
duniamu kepada Allah, aku bermohon sebaik-baiknya ketetapan-Nya untukmu dimasa
datang yang dekat maupun masa datang yang jauh di dunia dan akhirat”.