KULIAHALISLAM.COM – Dinasti Al-Muwahhidun merupakan dinasti Islam yang pernah berjaya di Afrika Utara selama lebih satu abad yaitu dari tahun 515-667 H/1121-1269 M, yang didirikan oleh Muhammad bin Tumart (1080-1130 M) yang lebih dikenal dengan Ibnu Tumart.
Penamaan dinasti dengan Al-Muwahhidun yang berarti golongan berpaham tauhid, didasarkan atas prinsip dakwah Ibnu Tumart yang memerangi paham At-Tajsim yang menganggap bahwa Tuhan mempunyai bentuk (Antropmorfisme).
Ia berkembang di Afrika Utara pada masa itu di bawah kekuasaan Dinasti Al-Murabitun (448-541 H/1056-1147 M) atas dasar bahwa ayat-ayat yang berkaitan dengan sifat-sifat Tuhan yang tersebut dalam Alquran seperti tangan Tuhan tidak dapat ditakwilkan dan harus dipahami Seperti apa adanya. Menurut Ibnu Tumart menganggap bahwa untuk menegakkan kebenaran dan memberantas kemungkaran harus dilakukan dengan kekerasan.
Ibnu Tumart Pendiri Dinasti Al Muwahhidun
Ibnu Tumart nama aslinya adalah Abu Abdullah Muhammad bin Abdullah Al Mashmudi Al-Harghi. Dia berasal dari marga Harghah, marga terbesar suku Barbar. Dalam satu riwayat disebutkan bahwa pada saat ibunya melahirkan dirinya, sang Ibu diliputi oleh perasaan bahagia dan secara spontan mengatakan suatu kalimat dalam bahasa Barbar : Atumart Aino aisak aibawe ( Duhai alangkah gembiranya aku atas kelahiranmu wahai anakku).
Sejak usia muda ia telah meninggalkan kota Sus, sebuah kota di wilayah Maghrib menuju negeri-negeri Timur. Dia menunaikan ibadah haji dan menuntut ilmu kepada para ulama di negeri Hijaz dan Irak. Ada yang menyebutkan dia panah belajar kepada Imam Al Ghazali walau riwayat ini diperselisihkan kebenarannya oleh para ulama ahli sejarah.
Dia menetap di Kota Mekah selama satu tahun dan ia mendalami ilmu Kalam dan Aqidah Asy’ariyah. Dia selalu mengejek dan menjuluki kelompok Ahlussunnah Wal Jamaah yang menetapkan nama-nama dan sifat-sifat Allah sebagai metode generasi Salafus shaleh sebagai kelompok Mujassimah.
Imam Adz-Dzahabi menulis :
Ibnu Tumart menekuni ilmu kalam dan menceburkan diri ke dalam hal-hal yang menggelincirkan, bahkan dia menyusun sebuah kitab aqidah yang diberi judul Al-Mursyidah yang di dalamnya ada tauhid dan kebaikan namun dengan penyimpangan.
Dia menjuluki orang-orang yang menyelisihi kitabnya sebagai kelompok Mujassimah dan menghalalkan darahnya untuk dibunuh. Sikap Ibnu Tumart ini banyak mendapat perlawanan dari para ulama dizamannya. Sultan Ali bin Yusuf bin Tasyfin melindunginya dan hanya memberikan hukuman kepadanya berupa pengusiran dari ibukota Dinasti Al-Murabitun yakni Marrakech.
Pada mulanya Gerakan dakwah Ibnu Tumart tidak dilandasi kepentingan politik namun semata-mata hanya untuk menegakkan dakwah tauhid yang murni namun ketika dakwahnya mendapat sambutan dan Dinasti Murabitun sudah mulai melemah, dia kemudian berambisi untuk menjatuhkan kekuasaan kaum Murabitun.
Pada tahun 514 H, ia menobatkan dirinya sebagai Imam Al Mahdi dan dibaiat oleh pengikutnya untuk melaksanakan maksudnya itu. Ia dinamai oleh pengikutnya sebagai Al-Muwahhidun dan wilayah kekuasannya adalah Tinmmallal dan sekitarnya sebagai Ad-Daulah al-Muwahhidiniyyah.
Ibnu Tumart Menyusun struktur negaranya atas dasar struktur militer dengan perincian sebagai berikut (1). Al-‘Asyarah (Dewan Sepuluh), semacam Dewan Menteri : disebut juga Ahl-al-Jama’ah, (2). Ahl as-Sab’in (Dewan Tujuh Puluh), semacam Dewan Rakyat. (3). Ahl al-Khamsin (Dewan Lima Puluh), semacam Senat. (4). At-Talabah (Dewan yang terdiri dari Ulama senior). (5). Al-Huffaz, Dewan ahli dari Ulama yunior. (6). Ahl ad-Dar (Keluarga Istana). (7). Kabilah Haragah yaitu Kabilah Ibnu Tumarat sendiri. (8). Ahl Tainmul (pasukan inti) mewakili beberapa kabilah. (9). Kabilah Jadmiwah. (10). Kabilah Janfisah. (11). Kabilah Hantanah. (12). Kabilah-kabilah Muwahhidun. (13). Prajurit. dan (14). Al-Girat atau rakyat biasa.
Urutan dalam kelompok-kelompok tersebut di atas menunjukan kepada peranan dan fungsi masing-masing. Yang paling tinggi adalah Al-‘Arsyrah. Mereka mempunyai hak memilih, mengangkat dan membaiat Imam atau kepala negara dalam tradisi Al-Muwahiddun. Kepala negara disebut Khalifah. Penentuan Dewan Menteri berjumlah sepuluh orang. Dewan inilah yang nantinya mengangkat Abdul Mu’min bin Ali sebagai pengganti Ibnu Tumart.
Akan tetapi, semua kelompok tersebut di atas mempunyai kewajiban yang sama yaitu menyukseskan dakwah Muwahhidiyyah. Langkah pertama yang diambil oleh Ibnu Tumart dalam meraih ambisinya adalah mengajak kabilah-kabilah Barbar ikut bergabung bersamanya. Kabilah-kabilah yang menolak bergabung akan dibaginya Sehingga dalam waktu yang relatif singkat banyak kabilah-kabilah Barbar yang tunduk di bawah perintahnya.
Pada tahun 524 H/1129 M dengan jumlah pasukan sebanyak 40.000 orang di bawah komando Abu Muhammad al Basyir al Wansyarisi, kaum Al-Muwahiddun menyerang ibukota dinasti Al Murabitun di Marrakech. Peristiwa ini dikenal dengan nama Perang Buhairah. Dalam perang itu kaum Muwahidun mengalami kekalahan sehingga banyak baju komandannya. Kekalahan ini mengakibatkan gugurnya Ibnu Tumart.
Setelah Ibnu Tumart wafat, Abdul Mu’min bin Ali dibaiat sebagai pemimpin Dinasti Al-Muwahhidun. Ia dipilih karena ia dikenal dekat dengan Ibnu Tumart. Selain itu ia dikenal sebagai orang yang berpengetahuan luas, dan pemberani. Di bawah kepemimpinannya, kaum Al Muwahhidun meraih kemenangan. Pada tahun 534 H/1138 M, kaum Al Muwahhidun menyerang Dinasti Al Murabitun dan berhasil menguasai ibukota Marrakech. Dinasti Al Murabitun pun runtuh.
Setelah berhasil menjatuhkan dinasti Al Murabitun dan menguasai seluruh wilayah Maghrib, Abdul Mu’min bin Ali berambisi memperluas kekuasaannya. Untuk itu ia memindahkan ibukota pemerintahan dari Tinmallal ke Marrakech. Dari situ ia melancarkan ekspedisi jauh ke wilayah timur. Mereka berhasil menguasai wilayah Tunisia dan Libya. Selain itu di Spanyol, kaum Al-Muwahhidun berhasil menguasai wilayah-wilayah kaum Al-Murabitun yang dikuasai oleh kaum Nasrani.
Pada masa Abdul Mu’min, wilayah Dinasti Al-Muwahhidun membentang dari Libya hingga ke Samudra Atlantik sebelah barat, suatu prestasi Gemilang yang belum pernah dicapai oleh dinasti atau kerajaan manapun di Afrika Utara. Pada tahun 1162 Masehi, Abdul Mu’min bermaksud memperluas wilayah kekuasaannya jauh ke wilayah-wilayah Spanyol yang dikuasai oleh Kristen.
Untuk itu dia menyiapkan pasukan yang cukup besar akan tetapi nasib menentukan lain. Sebelum niatnya tercapai, pada tahun itu juga ia meninggal dunia dan digantikan oleh putranya Abu Ya’kub Yusuf bin Abdul Mu’min (wafat 1184 M), seorang Khalifah yang cakap, ahli ilmu dan senang berjihad. Dia berambisi memperluas wilayah kekuasaannya jauh ke sebelah utara dan timur. Untuk itu dia tidak segan-segan langsung memimpin pasukan dan meninggalkan ibukota untuk jangka waktu yang lama.
Dia berhasil merebut kota Toledo di Andalusia pada tahun 1169 Masehi. Kemudian dia juga berhasil menguasai wilayah Syatarin di sebelah barat Andalusia dan menghancurkan tentara Kristen di daerah Lisabon (Ibukota Portugal). Akan tetapi dalam pertempuran merebutkan Lisabon itu, Abu Ya’kub terluka berat dan meninggal dunia.
Kemudian dia digantikan oleh putranya bernama Abu Yusuf Ya’kub Al-Mansur. Di antara penguasa-penguasa Dinasti Al-Muwahhidun, Abu Ya’kub adalah yang paling dekat dengan kaum ulama. Pada masanya hidup ulama-ulama yang sangat terkenal sepanjang masa seperti Ibnu Rusyd dan Ibnu Tufail.
Pada masa pemerintahan Abu Yusuf Ya’kub Al-Mansur, terjadi pemberontakan di Spanyol yang dilakukan oleh cucu Ibnu Ganiyah yakni Ali ibn Ishaq bin Muhammad, penguasa Kepulauan Miurqah, Maburqah dan Yabisah dan pemberontakan kedua dilakukan oleh kaum Kristen yang berusaha merebut wilayah-wilayah Islam di Spanyol. Dia berhasil mengalahkan pasukan Kristen dan menawan sekitar 13.000 orang Kristen dan memaksa Raja Alfonso bertekuk lutut dengan menerima konsesi konsensi terhadap Dinasti Al Muwahidun.
Akan tetapi, setelah beberapa tahun tepatnya pada tahun 1194 Masehi, Raja Alfonso kembali membentak dengan keyakinan bahwa dia akan membebaskan wilayah-wilayah Spanyol dari penguasaan kaum muslimin. Untuk itu aja Alfonso mempersiapkan pasukan yang sangat banyak namun pemberontakan itu dapat dipatahkan oleh tentara Al Muhhidun yang langsung dipimpin oleh khalifah sendiri dengan dukungan kabilah-kabilah Arab. Kemenangan ini merupakan kemenangan terakhir kaum muslimin terhadap orang-orang Kristen di Spanyol setelah itu dalam peperangan-peperangan selanjutnya antara kaum muslimin dengan kaum Kristen, kaum muslim tidak pernah menang.
Dalam pada itu, di wilayah Maghrib sendiri terjadi beberapa pemberontakan yang ingin melepaskan diri dari kekuasaan kaum Al Muwahidun. Pemberontakan yang terbesar dilakukan oleh Ali Ibnu Ishaq selagi pasukan Al Muwahhidun berperang melawan pasukan Kristen di Spanyol tetapi pemberontakan itu dapat dipatahkan.
Setelah itu, Akibat perang salib yang berlangsung di wilayah timur antara kaum muslimin di bawah pimpinan Salahuddin al Yusuf Al Ayyubi dan kaum Kristen telah terjalin hubungan yang erat antara Khalifah Abu Yusuf Ya’kub al Mansur dan Salahuddin Yusuf Al Ayyubi. Disebutkan bahwa Abu Yusuf membantu pasukan Salahuddin Al Ayyubi dengan mengirimkan 180 unit kapal perang untuk melawan tentara Kristen. Namun demikian, hubungan baik antara Abu Yusuf dan Salahuddin Al Ayyubi itu tidak lantas melupakan ambisi sang khalifah untuk menguasai Mesir.
Pada tahun 1198 M, Abu Yusuf meninggal dunia dan dimakamkan di tim Tinmalla di samping makam Abdul Mu’min. Ya digantikan anaknya yang bernama Muhammad an-Nasir pada saat itu belum mencapai usia 17 tahun. Akibatnya kendali negara lebih banyak dipegang oleh menteri-menterinya yang saling berebut mengambil simpati khalifah yang masih muda. Keadaan ini dimanfaatkan lawan-lawan dinasti Al Muwahhidun.
Khalifah Abbasiyah di Baghdad berhasil merebut wilayah-wilayah yang dikuasai kaum Al Muwahidun. Wilayah-wilayah yang dikuasai Al Muwahidun di Spanyol berhasil direbut kaum Kristen karena pada saat itu Dinasti Al Muwahhidun tidak mendapat dukungan dari kaum muslimin untuk mempertahankan wilayah-wilayah yang ada di Andalusia tersebut.
Kekalahan di Spanyol mengakibatkan kaum Kristen dapat menguasai seluruh wilayah-wilayah yang pernah dikuasai oleh kaum muslimin dan pada akhirnya pada tahun 667 Hijriyah atau 1269 Masehi dinasti Al Muwahidun lenyap dari bumi Afrika Utara dan digantikan oleh Dinasti Al-Mariniyyah. Hancurny kekuasaan kaum Muslimin di Spanyol selama berabad-abad adalah akibat kesalahan kaum muslimin sendiri yang saling berperang antara kaum muslimin yang satu dengan yang lain demi ambisi politik ataupun kekuasaan.
.