KULIAHALISLAM.COM – Pada abad awal kepemimpinan Islam banyak melahirkan gagasan Islam dan pewujudan spiritualitas yang mendalam di kalangan Muslim. Sejak awal kemunculan Islam telah nampak gaya hidup zuhud dan wara’ lebih khusunya pada diri Rasulullah SAW dan para sahabat.
Dalam hal ini, perilaku tasawuf sudah tercetak pada diri masyarakat saat itu, namun secara teknis mereka bukan sufi. Dewasa ini banyak kelompok tarekat yang berfokus pada pembersihan jiwa dari dosa atau yang disebut tasawuf.
Tasawuf memiliki makna yang beragam dari para ahli, tergantung dari sudut pandang aktivitas dan pengalaman spiritual para sufi.
Namun, secara umum tasawuf memiliki pengertian kesadaran murni yang mengarahkan jiwa pada amal saleh, menjauhkan diri dari keduniaan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT, agar dapat terhubung erat denganNya. Lantas siapakah yang pertama kali memperkenalkan Ilmu Tasawuf?
Dalam ajaran tasawuf banyak menyebut istilah khauf, raja’, zuhud, syukur, shabr, ridha, zikr, dan sebagainya. Semua itu bertujuaan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Salah satu tokoh sufi klasik segaligus sufi pertama yang membawa ajaran Tasawuf pada masyarakat, yakni Hasan Al Bashri dengan ajaran tasawufnya al-Khauf wa al-Raja’.
Sekilas Mengenal Hasan Al Bashri
Hasan Al-Bashri atau nama lengkapnya adalah Al Hasan bin Abi Al Hasan Abu Sa’id bin Yasar. Lahir di Madinah tahun 21 H /642 M. Dia adalah putra dari pasangan budak, Yasar dan Khairah.
Khairah sendiri adalah budak dari ummul mu’minin, Ummu Salamah. Hasan hidup dilingkungan yang dikelilingi orang-orang saleh. Dia telah berjumpa dengan tujuh puluh orang sahabat yang turut serta dalam perang Badar.
Hasan menerima banyak riwayat hadis dari para sahabat. Kepribadiannya seperti Ali bin Abi Thalib dalam ketegaran memegang agama. Pada usianya ke empat belas keluarganya pindah ke Basrah. Disinilah ia mulai di sebut Hasan Al Basri.
Hasan Al Basri adalah zahid termashur di kalangan tabi’in. Ajaran tasawufnya senantiasa menggunakan prinsip dalam Alqur’an dan as-Sunnah. Menurutnya zuhud hanya memerlukan dunia sebagai jembatan untuk dilalui dan tidak membangun apa-apa di atasnya.
Hasan lah yang mula-mula membahas masalah hidup kerohanian, tentang ilmu yang berhubungan dengan menyucikan jiwa dan membersihkan dari sifat tercela.
Zuhud Hasan dibarengi dengan rasa takut, sekaligus mengharap karunia-Nya. Ia meninggal di Basrah pada malam Jum’at awal Rajab tahun 110 H /728 M pada usia 88 tahun.
Perjalanan Tasawuf Hasan al-Bashri
Pada mulanya Hasan dan keluarga memutuskan hijrah ke kota Basrah berkaitan dengan isu politik. Saat itu terjadi pemberontakan terhadap Khalifah Ali bin Abi Thalib.
Setelah kepindahannya Hasan sukses menjadi ulama besar dan mendirikan madrasah Zuhud. Pemikiran tasawufnya murni etika yang didapatkannya dari para sahabat.
Kehidupan yang jauh dari kemewahan, tawakkal, takut akan murka Allah, dan selalu mengharapkan karunia-Nya.
Setelah meninggalnya Khalifah Ali bin Abi Thalib kepemimpinan jatuh ditangan dinasti Umayyah. Pemerintah gencar melakukan ekspansi sehingga tanpa sadar kehilangan idealitasnya sebagai muslim.
Diperkuat lagi dengan putra Mu’awiyah, Yazid bin Mu’awiyah adalah seorang pemabuk berat. Menemukan kebejatan moralitas dari kalangan pemerintahan terjadi perlawanan kuat dari masyarakat terutama orang-orang saleh.
Sebagai bentuk protes terhadap pemerintahan Hasan Al Bashri mendorong masyarakat untuk bersikaap zuhud dan memperingatkan untuk kembali kepada ajaran Alqur’an.
Salah satu syairnya yang terkenal;
Hai anak Adam kau akan mati sendirian, masuk ke dalam kubur sendirian dan akan dibangkitkan sendirian, nanti kau akan menerima perhitungan. Mengapa begitu memperdulikn dunia yang akan lenyap ini? bersikaplah terhadap dunia seakan-akan kau belum pernah di sini, dan bersikaplah terhadap akhirat seolah-olah kau tidak akan meninggalkannya.” Syair tersebut juga ditulis dalam bahasa Pasri, Turki, dan Pashto.
Hasan Al Bashri Penggagas Sufi Pertama
Hasan Al Bashri dikenal sebagai seorang sufi, dan karangannya menjadi kitab pertama tentang tasawuf yang berjudul Ri’ayat Huquq Allah.
Menurut Ibn Taimiyah, sufi pertama-tama muncul dari Bashrah, dan yang mendirikan adalah salah seorang teman abd Al Ualud ibn Zayd, yaitu Hasan Al Bashri.
Hasan Al Bashri yang pertama kali meletakan prinsip-prinsip zuhud (asketis), khauf (takut), dan muhasabah diri. Konsep asketisnya berdasarkan rasa takut, takut yang dimaksud bukan takut karena siksa Tuhan dalam neraka melainkan takut akan murka Tuhan.
Rasa takut yang meliputi seakan-akan neraka diciptakan untuk dirinya seorang. Bagi Hasan ilmu pengetahuan harus selalu dibarengi dengan asketisme.
Dari pemikiran tasawuf Hasan Al Bashri di atas, menjadi awal perjalanan sufi. Kemudian terus dikembangkan oleh para sufi hebat di zaman, seperti Robi’ah Al Adawiyah, Al Ghazali.