Oleh: Sukma Wisnu*
KULIAHALISLAM.COM – Di dalam sejarah, banyak terdapat tokoh-tokoh Muslim yang mereka pernah menyerukan Renaissance Islam, gerakan kebangkitan Islam yang paling fenomenal.
Misalnya digelorakan oleh Syekh Muhammad Abduh beserta muridnya, Rasyid Ridho melalui al-urwah al-wusqa, Syaikh Naquib Al Attas dan Ismail Raji` Al Faruqi melalui semangat Islamisasi ilmu pengetahuan, serta Jamaluddin Al Afghani dengan Pan Islam.
Apabila dikaitkan dengan ilmu pengetahuan, proyek-proyek ini melahirkan program pengIslaman ilmu pengetahuan yang dalam perspektif Syekh Naquib Al Attas disebut dengan “Islamisasi ilmu”.
Gerakan ini, dalam satu sisi memberikan optimisme baru dalam perkembangan ilmu-ilmu keagamaan. Akan tetapi disisi lain, menjadi upaya reaktif masyarakat Islam terhadap ilmu umum yang hegemoni-barat.
Dan yang kedua ini nampaknya mendominasi corak ilmu pengetahuan Islam, yang mana Islam hanya menjadi stempel akan ilmu umum, namun sebenarnya sepi dan kosong dari ruh-ruh substansi Islam itu sendiri.
Maka semestinya, kaum-kaum pemikir dari kalangan Muslim mulai saat ini harus berpikir bagaimana caranya menghadirkan ilmu Islam itu melalui holistik terhadap kesadaran masyarakat Islam.
Selama ini ada semacam dualisme atau pemisahan yang membatasi antara ilmu Keislaman dengan ilmu umum (barat). Ini berefek pada pola pikir umat Islam, seakan belajar ilmu barat itu adalah sebuah keharaman.
Padahal realitanya, ilmu-ilmu tersebut sangatlah dibutuhkan oleh umat manusia. Maka saat ini sudah saatnya kesadaran ini dibangun, sudah saatnya masyarakat muslim tidak hanya berfokus pada ilmu teks saja.
Walau usaha ini telah dilakukan oleh sebagian umat muslim, namun kesadaran ini harus terus didoktrinkan kepada generasi muda muslimin.
Keberadaan perguruan tinggi Islam, misalnya Universitas Islam Negeri (UIN) yang mana mereka tidak hanya fokus pada ilmu keagamaan Islam saja, telah memberi kesan tersendiri dalam bidang pendidikan Islam.
Dalam Universitas ini tidak hanya tersedia fakultas-fakultas keagamaan saja, tetapi ada juga fakultas yang mana itu dibangun untuk menfokuskan seorang mahasiswa pada keilmuan umum tanpa melalaikan agamanya.
Pengilmuan Islam diharapkan mampu menjadi landasan teoritis dalam menghadirkan kejayaan pendidikan Islam yang sebenarnya.
Jika rencana ini sukses, maka garis batas antara ilmu fisik dan metafisik akan dapat dilebur, sehingga menjadi sebuah kesatuan komprehensif.
Sehingga pada akhirnya, pendidikan Islam sebagai teologi dan paradigma berpikir dapat menjadi solusi bagi pemecahan problematika umat dalam mewujudkan tatanan Islam rahmatan lil `alamin.
*) Mahasiswa UIN Raden Mas Said Surakarta program studi S-1 Pendidikan Agama Islam.