(Sumber Gambar: Redaksi Kuliah Al-Islam, Metrotv) |
KULIAHALISLAM.COM – Partai Nasdem menyelenggarakan acara bedah buku “Pancasila Di Rumahku” karya Anggota DPR RI dari Fraksi NasDem, Willy Aditya, yang di laksanakan di Gedung Nusantara V, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (24/6/2024). Hadir juga bapak Surya Paloh (Ketua Umum Partai Nasdem), hadir sebagai pembicara dan penyampaian orasi ilmiah terkait kondisi bangsa melalui karya buku, dari kader partai Nasdem tersebut.
Sebelumnya, narasumber bedah buku ini, Dr. Sukidi Mulyadi, menyampaikan pesan wakil presiden pertama RI, Bung Hatta, bahwa Pancasila itu merupakan pengalaman tentang UUD 1945 di mana negara menjamin kemakmuran untuk seluruh rakyat/warga Indonesia. “Saya mengingatkan pesan Bung Hatta, dalam pancasila ini, negara diamanahkan untuk menjamin kemakmuran seluruh rakyat. Intinya, negara harus menyediakan sarana pendidikan untuk kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia,” ujar dia.
Selalu senang, menyimak uraian gagasan di setiap forum-forum intelektual saat berbicara konteks kemanusiaan dan kebangsaan. Karena, dari setiap uraian (Cendekiawan Sukidi PhD). Sebab dari setiap uraian gagasannya di setiap forum-forum selalu menemukan diksi baru, seperti “Pancasila sebagai Gerakan”, “Pancasila Sebagai Jalan Kebenaran”, “Pancasila Sebagai Penyambung Lidah Pendiri Bangsa”, selain itu penyampaian yang tajam, kritis, bernas dan jiwa berani untuk mengatakan kebenaran terkait proses penyelenggaraan pemerintahan secara serampangan menyimpang, penyalahgunaan kewenangan, dan cenderung menyalahgunakan kekuasaan, sewenang-wenang dalam berbuat untuk masyarakat, menggunakan hukum sebagai senjata mematikan lawan atau musuh politik, dan mengabaikan keluhan aspirasi masyarakat yang minim akses kebutuhan pendidikan, agama dan kesehatan.
Betapa banyak tokoh-tokoh Intelektual dan Cendekiawan yang menulis buku-buku tentang Pancasila, jurnal-jurnal dan hasil penelitian diterbitkan dan didiskusikan bahkan kontestasi kalangan akademisi dan intelektual. Tetapi, Pancasila hanya didiskusikan sebagai slogan retorika, saling kontestasi dan menyalahkan yang lain, lebih-lebih muncul intelektual yang mau memonopoli/otoritas berbicara Pancasila.
(Sumber Gambar: Redaksi Kuliah Al-Islam, Metrotv) |
Lebih lanjut, beliau juga yang senantiasa menjaga, merawat dan menyebarluaskan pemikiran gagasan Bung Hatta, dan menjalin simbiosis mutualis intelektualis dan humanis dengan setiap tokoh-tokoh intelektual cendekiawan yang membaca dan menyebarkan gagasan bung Hatta melalui buku-bukunya, hasil penelitian, dan diskusi kajian hingga sampai menjiwai hayati dalam setiap alam fikiran gerakan untuk mewujudkan gagasan bung Hatta terhadap kondisi sosial ekonomi politik dan pendidikan budaya di negara ini menuju cita-cita sesuai amanat konstitusi.
Karena itu, membaca dan menyimak uraian gagasan dari tokoh-tokoh Cendekiawan dan Intelektual Kebangsaan, ini adalah pandangan yang sangat kuat biasa kritis cerdas dan mencerahkan, sebab intelektual tersebut yang senantiasa setia untuk terus tajam, kritis, cerdas dan solutif mencerahkan dalam merawat pemikiran tokoh-tokoh pendiri bangsa, dan berusaha menjiwainya serta implementasi dalam aktivitas kehidupan sehari-hari juga menjawab setiap problematika yang terjadi ditengah gejolak kegelisahan masyarakat dan kondisi kebobrokan negara Indonesia dan dunia kini.
Peran Cendekiawan Sukidi pada Kondisi Bangsa
Pun, adalah Sukidi Mulyadi, PhD seorang (Cendekiawan Muhammadiyah, Intelektual Muslim lulusan Harvard University). Beliau adalah satu-satunya era modern ini, seorang Cendekiawan yang terus menerus berusaha membaca, menjaga, merawat dan menyebar luaskan gagasan pemikiran Bung Hatta melalui karya-karya buku nya, hasil pidatonya, diskusi-diskusi penelitian dan kajian tentang keislaman, kebhinekaan keindonesiaan dan kebangsaan lainnya.
Langkah-langkah yang diperjuangkan Sukidi, PhD (Pemikir Kebinekaan), tersebut adalah langkah sangat mulia dan strategis sebagai upaya, Pertama, adalah untuk senantiasa sadar dengan akar sejarah, silsilah beragama dan bernegara, falsafah arah dan tujuan hidup yang di cita-citakan seluruh warga negara dan masyarakat melalui gotong-royong bersama kolaborasi warga untuk meraih kemerdekaan kebebasan dan keluar dari kemelut penjajahan, penindasan, dan perampasan kekayaan sumber daya alam, eksploitasi manusia dengan manusia, hingga pembersihan genosida harkat martabat sesama manusia. Kedua, adalah kelahiran serta muncul (raison d etre) dan hidup tumbuh berkembangnya sebuah negara bangsa ibarat kelahiran seorang bayi dari kandungan seorang ibu, lahir tumbuh dari ibu bumi, ibu bumi Pertiwi bernama Indonesia, tanah air yang kaya sumber daya alam dan beranekaragam karakter warga masyarakat yang hidup didalamnya.
Dengan demikian, terkait kondisi tumbuh berkembang dan maju beradab nya suatu negara bangsa bergantung kepada kelanjutan dari kesadaran kolektif setiap warganya dalam lintas generasi, agar cita-cita impian menuju negara yang adil, makmur dan sejahtera menjadi dambaan tersebut bisa terus difahami, dirfeleksi dan dijiwai setiap tokoh-tokoh politik, politisi-politisi, cendekiawan dan intelektual serta tokoh-tokoh agama dan masyarakat yang senantiasa mengambil peran-peran strategis bersama untuk meraih suatu cita kemerdekaan, kedamaian, keadilan, kesejahteraan dan kemajuan bagi seluruh warga masyarakat dan negara dimasa kini dan masa yang mendatang.