Esai

Refleksi Kini: Konteks Al-Qur’an Dalam Berbuat Kebaikan

9 Mins read

 

(Sumber Gambar Redaksi Kuliah Al-Islaam)


KULIAHALISLAM.COM – Sebagai agama paripurna, Islam telah mengandung seperangkat ajaran yang komprehensif dan universal. Islam telah menyediakan segala hal yang dibutuhkan manusia termasuk kebutuhan untuk membangun peradabannya, jika manusia mau berpikir dan merenungkan ayat-ayat Nya; baik ayat qouliyah maupun ayat kauniyah. Maka benar adanya, jika Islam disebut sebagai agama yang senantiasa relevan disegala tempat dan waktu. Namun perlu dipahami juga, bahwa nilai-nilai ideal dalam ajaran Islam tidak akan bermakna apa-apa jika tidak sampai dan dipahami oleh umat manusia. Oleh karenanya, upaya menyampaikan dan memahamkan ajaran Islam kepada orang-orang yang belum mengerti dan memahami menjadi hal penting yang harus dilakukan.

Doktrin Islam
menyatakan bahwa setiap kebaikan akan mendapatkan balasan, begitupun dengan kejahatan. Hal ini berdasarkan firman Allah swt., dalam
Qs. Al-Zalzalah/99 ayat 7-8: Siapa yang
mengerjakan kebaikan seberat zarah, dia akan melihat (balasan)-nya.
Siapa yang
mengerjakan kejahatan seberat zarah, dia akan melihat (balasan)-nya
. Kebaikan dan
kejahatan dalam Islam merupakan hal yang mendasar dalam
kehidupan
bertetangga dan bermasyarakat. Menyeru kepada kebaiakan dan
mencegah
kepada keburukan adalah ayat yang sering sekali didalilkan dalam
landasan
dakwah. Ayat tersebut digunakan sebagai pendamping dari ayat yang diatas telah disebutkan guna penguatan. Kebaikan yang dimaksud adalah kebaikan yang bersifat global dan mayoritas sepakat mengatakan hal tersebut baik.
Seperti membantu anak yatim, sedekah, dan hal-hal lain yang serupa. Kebaikan umum yang tidak kontroversi secara subjektif dimana menurut pandangan satu baik dan pandangan lainnya buruk.

Allah Swt Pencipta Yang Baik

Allah swt adalah pencipta
yang baik. Segala ciptaannya tidak seorang pun mampu menandinginya, baik
kuantitas maupun kualitasnya. Manusia sebagai makhluk ciptaannya hadir ke pentas
dunia dalam bentuk yang sebaik baiknya, jasmani dan rohani.
Manusia secara qudrati mempunyai kebutuhan
untuk hidup bertahan dan berkesinambungan (survival). Untuk itu Tuhan
yang maha luas kebaikannya (al
barru), dengan penuh kasih sayang
menganugerahkan segala nikmat yang bermanfaat, lezat serta menyenangkan melalui
rahmatnya. Untuk itu manusia harus berbuat baik dengan memanfaatkan sebaik
mungkin segala apa yang di anugerahkan Tuhan.

Informasi tentang
kebajikan, secara gamblang dikemukakan dalam alquran dalam berbagai term yang
tersusun pada redaksi (uslub) teks ayat ayat yang beragam.
Termterm
kebajikan dalam al
quran di antaranya al birr, al hasanah, al
khair,
dan
al
tayyibah. 
Ayat ayat alquran
yang memuat term
term
tersebut cukup banyak, dengan berbagai derivasi (tashrif) dalam
menyampaikan pesan
pesannya. Misalnya dalam nQs. Al-Baqarah
ayat 77.
Terdapat kata al-birr. Kebajikan
dalam ayat tersebut dinamakan al birr. Kata al birr terambil dari tashrif (barra,
yabiorru, birran, wa barra tan)
mengandung arti taat berbakti pada,
bersikap baik, benar, banyak berbuat baik. Al
birru
seperti al
barru
(daratan). Daratan berbeda dengan lautan., daratan adalah area yang luas untuk
bisa banyak berbuat baik, jadi al
birr banyak
berbuat baik. Kata al
birr
juga bisa berarti memperbanyak kiebaikan. Menurut istilah syariah, al
birr berarti
setiap sesuatu yang dijadikan sebagai sarana untuk taqarrub kepada allah yakni
iman, amal shaleh, dan akhlak mulia.

Kebajikan albirr
bisa dihubungkan kepada
Allah
dan bisa dihubungkan kepada hamba (manusia). Dihubungkan kepada
Allah disebut sifat al barru, yakni
begitu luas dan banyak menganugerahkan kebaikan kepada manusia dan makhluk
lainnya. Jika al birr dihubungkan kepada manusia “barr
u al-abdu rabbahu”
artinya hamba tersebut begitu banyak ketaatan kepada allah, dan tugas allah
untuk memberikan pahala kepadanya.

Ketaatan dan kebaikan hamba kepada Allah, tergambar dalam dua hal yaitu
kebaikan dalam akidah dan kebaikan atau ketaatan dalam amal perbutan. Kedua
macam kebajikan itu terkandung dalam ayat tersebut di atas (Qs
. AlBaqarah
ayat 177).
Dalam suatu
riwayat, ayat tersebut turun berkenaan dengan pertanyaan seorang laki
laki kepada Rasulullah Saw, tentang al
birr
(kebajikan), maka dibacakan ayat tersebut. Dalam ayat tersebut (2:
177) terkandung perbuatan baik menyangkut akidah yang benar seperti iman kepada
allah, haris akhir, para malaikat, kitab al quran dan para nabi. Terkandung
juga amal perbuatan yang fardu seperti shalat, dan zakat, yang sunnah seperti
berinfaq dengan harta yang dciintai dan bermanfaat. Kandungan lainnya adalah
akhlak mulia berupa kesabaran dan kebenaran.

Baca...  Kepemimpinan dalam Intelektual Profetik Konsep Liberasi (1)

Kebenaran adalah
kebajikan (al birr), maka orang yang berbuat baik termasuk orang yang
benar.
Benar itu berangkat atau berdasar pada
suatu kekuatan. Orang yang shiddiq, benar benar kuat istiqomah, konisiten
memegang teguh apa yang sudah doyakini, untuk selanjutnya dilaksanakan atau
untuk dihindari. Dengan demikian orang yang benar ini memiliki predikat
muttaqun yakni orang orang yang bertakwa.

1.     
Pengertian Baik

Dari segi bahasa baik
adalah
terjemahan dari kata khair dalam bahasa Arab, atau good dalam bahasa Inggris. Louis Ma‟luf dalam kitabnya, Munjid, mengatakan bahwa yang disebut baik adalah sesuatu yang telah mencapai kesempurnaan. Sementara itu dalam Webster’s New Twentieth Century Dictionary, dikatakan bahwa yang disebut baik adalah sesuatu yang menimbulkan rasa keharuan dalam kepuasan, kesenangan, persesuaian dan seterusnya. Dalam Ensiklopedia Islam baik itu adalah bila ia mendatangkan rahmat, memberikan perasaan senang atau bahagia,
baik bila ia dihargai secara
positif.

Selanjutnya yang baik itu
juga
adalah sesuatu yang punya nilai kebenaran atau nilai yang diharapkan, yang memberikan kepuasan. Yang baik itu dapat juga berarti sesuatu yang sesuai dengan keinginan. Dan yang disebut baik dapat pula berarti sesuatu yang mendatangkan rahmat, memberikan perasaan senang atau bahagia. Dan ada pula pendapat yang mengatakan bahwa secara
umum bahwa yang disebut baik
atau
kebaikan adalah sesuatu yang
diinginkan,
yang diusahakan dan menjadi
tujuan
manusia. Tingkah laku manusia
adalah
baik, jika tingkah laku tersebut
menuju
kesempurnaan manusia.

Kebaikan disebut nilai(Value), apabila kebaikan itu bagi seseorang menjadi kebaikan yang kongkret.13 Sedangkan baik dalam perspektif Islam, sesuatu yang mempunyai nilai kebenaran yang diharapkan manusia sesuai dengan keinginan syariat Islam dan tidak berbenturan dengan fitrah manusia. Term baik dalam bahasa Arab disebut al Khair, atau Hasanah dan Taibah. Adapun istilah buruk dalam bahasa Arab disebut Syirru, syaiah, dan khabisah.

Pada term baik saja Islam
memiliki
multi-term baik, kesemuanya ditujukan kepada perbuatan baik. Misalnya
:
al=hasanah, al-bir, al-thaiyibah,
alkarimah, al-khair
azizah.
Berikut ini
masing-masing term
dijelaskan sebagai
berikut:

1. Pada term al-hasanah.
Menurut al-Raghibal-Ashani, hasanah suatu term
yang
di gunakan untuk menunjukkan
sesuatu
yang disukai atau dipandang
baik.
Al-hasanah sebgai lawan assyaiah dapat dibagi menjadi tiga
bagian (1) hasanah dari segi akal, (2) hasanah dari segi hawa nafsu dan (3) hasanah dari segi pancaindera. Adapun
yang termasuk
dalam al-hasanah,
antara lain
keuntungan,
kesuksesan, kelapangan
rezeki.
Sedangkan yang termasuk alsayi‟ah, misalnya kesempitan,
kelaparan, tidak beruntung dan kesempitan rezeki. Al-Qur‟an banyak mengabadikan term al-hasanah yang dapat dijumpai dalam surat alBaqarah ayat
245, firman Allah„
Azza wa jallah: “Siapakah
yang mau memberi pinjaman
kepada
Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah ), maka
Allah akan melipat-ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan. (QS al-Baqarah (2) : 245). Maksud
ayat ini, siapa saja yang
menafkahkan
hartanya di jalan Allah
sama
halnya dengan memberikan
pinjaman
kepada Allah, dan Allah
memberi
tahukan kepada manusia bahwa
Dia
yang menyempitkan dan
melapangkan
rezeki manusia.

2. Term al-birra bermakna
baik, memiliki
makna yang
bervariasi, salah satunya
dapat
dilihat dalam al-Qur‟an surat
al-Baqarah
ayat 177, firman Allah
SWT: “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan. Akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi,
dan
memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
musafir (yang memerlukan pertolongan), dan orang-orang yang meminta-minta, dan (memerdekakan) hamba
sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat, dan
orang-orang
yang menepati janjinya apa bila
ia
berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam
kesempitan,
penderitaan dan peperangan.
Mereka
itulah orang-orang yang benar
(imannya);
dan mereka itulah orang-orang
yang
bertakwa (QS al-Baqarah (2) : 177 ).
Al-bir
lebih dikonotasikan pada
makna
baik. Baik hubungan individu
 dengan
Allah dan hubungannya dengan
sosial
kemasyarakatan.

3. Term al-Thaiyibah yang
dipandang
baik, dijelaskan
al-Qur’an dalam
surat
al-Baqarah ayat 168, firman
Allah
SWT:
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi,
dan
janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan; karena sesungguhnya setan itu
adalah
musuh yang nyata bagimu”.(QS al-Baqarah
(2) : 168).

Baca...  Benarkah Teori Sains tidak Selalu Identik dengan Fakta Empiris ?

Istilah halalan thaiyibah
dalam ayat ini,
dikonotasikan
dengan makanan yang
dikonsumsi
manusia. Manusia dilarang
untuk
tidak meminum dan memakan
minuman
dan makanan yang tidak
halalan
thaiyiban. Makna halalan
thaiyiban
di sini adalah minuman dan
makanan
yang dihalalkan syariat dan
makanan
yang memberi manfaat bagi
badan,
bergizi dan memiliki vitamin yang
dapat
menjadikan jasad menjadi sehat.
Jika
makanan dan minuman itu
diharamkan
syariat, sudah pasti
minuman
dan makanan itu akan
membahayakan
jasad manusia, dan pada
makanan
dan
minuman yang diharamkan itu sebagai alat dan wadah setan untuk menjatuhkan derajat manusia.

4. Term al-Karimah yang
bermakna baik
lagi mulia,
digunakan untuk
menunjukkan
pada akhlak yang
mulia.
Hal ini, dijelaskan al-Qur‟an,
firman
Allah
Tabaraka wa ta’ala: “Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu yang mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga). (QS. Al-Nisaa‟ (4) :31).

Sikap menjauhkan diri
dari dosadosa besar, merupakan sikap yang amat
mulia,
yang berimplikasi pada hilangnya
dosa-dosa
kecil, dan akan ditempatkan
pada
tempat yang amat mulia.
Menjauhkan
diri dari dosa besar,
berkorelasi
dengan tempat mulia. Tempat
mulia
yang dimaksud di sini, bisa
dimaknai
tempat dan derajat seseorang
akan
meningkat di dunnia bila ia
menjauhkan
diri dari dosa-dosa besar dan
ditempatkan
di akhirat ke dalam surga.
Jadi,
term kariman dalam ayat ini,
memiliki
multi implikasi, baik semasa di dunia maupun di akhirat kelak nantinya.

5. Term al-Mahmudah yang
bermakna
baik lagi terpuji, digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang utama sebagai balasan dari melakukan sesuatu yang diredhoi Allah. Dengan demikian, term al-Mahmudah lebih menunjukkan pada kebaikan yang bersifat spiritual. Hal ini, dapat dilihat dalam al-Qur‟an suat al-Isra ayat 79, firman Allah Azza wa Jalla: “Dan pada bagian malam hari shalat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. (QS al-Isra (17) : 79).

Allah akan mengangkat
derajat
seseorang, bila ia menggunakan sebagian malam untuk beribadah tambahan, seperti shalat tahajud di tengah malam atau sepertiga malam. Jadi, shalat tahajud berkorelasi dengan “maqaman mahmudaan”. Tempat terpuji itu ada kaitannya dengan shalat tahajud di tengah malam. Jika
dicari implikasi apa yang
dimiliki
oleh kata maqaman mahmudan?
meniscayakan
seseorang itu akan
memperoleh
tempat yang terpuji di sisi
Tuhan.
Jika Tuhan sudah mengatakan
tempat
yang terpuji, maka tidak ada lagi
tempat
istimewa daripada tempat
lainnya.

6. Term al-Khair digunakan
untuk
menjelaskan sesuatu yang dipandang baik, seperti dapat menggunakan akal, berbuat adil dan semua yang bermanfaat bagi kepentingan manusia secara keseluruhan. Term al-Khair ini, paling banyak dijumpai dalam al-Qur’an
dibanding dari term-term
lainnya,
salah satunya term al-Khair yang digunakan al-Qur‟an, antara lain
surat
al-Baqarah ayat 197, firman Allah SWT:
“(Musim) haji
adalah beberapa bulan yang
dimaklumi,
siapa saja yang menetapkan
niatnya
dalam bulan itu akan mengerjakan
haji,
maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan
berbantah-bantahan
di dalam masa
mengerjakan haji.
Dan apa yang kamu
kerjakan
berupa kebaikan, niscaya Allah
mengetahuinya.
Berbekallah, dan
sesungguhnya
sebaik-baik bekal adalah takwa
dan
bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang
yang
berakal ( QS Al-Baqarah (2) : 197)

Penjelasan ayat ini,
bahwa bulan
Syawal, Zulqa’idah
dan Zulhijjah disebut
musim
haji, bagi yang melaksanakan haji
tidak
diperbolehkan berkata keji, bercarut
dan
berkata porno. Terlarang juga berbuat
fasik,
bertengkar antar sesama. Semua
yang
dikerjakan pada musim haji itu
mestilah
hal-hal yang menimbulkan
kebaikan
dan kebajikan. Dan cukuplah
bekal
sekadar keperluan saja, dan bekal
takwa
itulah yang terlebih baik. 
Demikianlah Allah
memperingatkan
manusia supaya
manusia menggunakan akalnya. Jadi, dalam ayat ini, ditemukan
kata
khair sebanyak dua kali, yaitu Allah mengetahui apa yang baik dilakukan, dan
sebaik-baik
bekal adalah takwa.

Berbuat Dalam Kebaikan

Al Qur’an pada Surah
al-Baqarah (2)
ayat 148, yang
berbunyi:
Artinya: Bagi
setiap umat ada kiblat yang
dia
menghadap ke arahnya. Maka,
berlomba-lombalah
kamu dalam
berbagai
kebajikan. Di mana saja
kamu
berada, pasti Allah akan
mengumpulkan
kamu semuanya.
Sesungguhnya Allah
Maha Kuasa
atas segala
sesuatu.
Secara umum ayat ini dapat dipahami sebagai dorongan kepada umat Islam agar selalu berlomba-lomba dalam kebaikan.

Baca...  Maulid Nabi Muhammad SAW: Makna, Sejarah dan Hikmahnya di Masa Kini

Pada ayat ini, Allah SWT.
Menerangkan
bahwa bagi setiap
pemeluk suatu agama
mempunyai
kiblatnya sendiri-sendiri, tentunya kiblat itulah yang menjadi kecenderungan
mereka untuk menghadap sesuai
dengan
keyakinan mereka, dan kaum
muslimin
mempunyai kiblat yang
ditetapkan
langsung oleh Allah SWT. Yaitu
Ka’bah. Dalam ayat tersebut juga, Allah SWT. selalu memerintahkan umat Islam untuk senantiasa berlomba-lomba dalam mengerjakan kebaikan (fastabiqul-khoirot).

Menghadap ke kiblat (Ka’bah)
harus
dipahami bahwa umat
Islam adalah satu.
Makna dalam ayat ini
yang dapat kita ambil
yaitu hendaknya kita
giat dalam bentuk
kebaikan. Selain itu
ayat ini juga
menjelaskan bahwa
Allah nantinya akan
mengumpulkan semua
manusia, di manapun
dan dari arah manapun
mereka berada.
Tidak ada seseorang
pun yang luput dari
pengawasan Allah SWT.
Semua akan
diperlihatkan seluruh
amalnya baik itu amal
baik maupun amal
buruk dan semuanya
akan mendapatkan
balasan sesuai dengan
amalnya
masing-masing.

Kesimpulan

Manusia pada umumnya
ingin
selalu berbuat baik dan selalu setiap hari berbuat baik, apalagi berbuat baik itu adalah menyenangkan, membawa keberkahan, tidak membawa beban, menimbulkan rasa keharuan, pokoknya selalu membawa dampak positif jika kita selalu melakukan aktivitas kebaikan. Disamping itu pula, jika kita selalu menawarkan kebaikan, maka kenangaan orang yang tak pernah putus untuk dikenang adalah kebaikan dan amal soleh seseorang, dan sampai matipun jasa kebaikan tidak pudar di makan oleh masa dan usia.

Kata / الخيرal-khair/dan
derivasinya terdapat sebanyak 192 kali dalam AlQuran, dan
dikategorikan ke dalam 5 bentuk yaitu
nomina tunggal, nomina jamak,
adjektiva
elatif, adjektiva kualitatif, dan verba. Kata/الطيّبat-tayyib/ dan
derivasinya terdapat sebanyak 46 kali
dalam Al-Quran, dan dikategorikan ke
dalam
3 bentuk yaitu nomina tunggal, nomina jamak, adjektiva kualitatif. Kata
/الحسنةal-h}asanah/ dan derivasinya
terdapat sebanyak 194 kali dalam Al-Quran.dan
dikategorikan
ke dalam 5 bentuk yaitu nomina tunggal, nomina jamak, adjektiva
elatif, adjektiva kualitatif, dan verba.

Kata / الخيرal-khair/,/الطيّبat-tayyib/,
dan /الحسنةal-h}asanah/ merupakan
tiga
kata yang memiliki hubungan relasi makna sinonimi. Ketiga kata tersebut
memiliki makna umum serta ciri bersama
yang menunjukan kesinonimannya,
ktiga
kata sinonim kebaikan tersebut, memiliki kesamaan makna,
yaitu makna baik dan kebaikan. Segala hal positif yang diinginkan dan diharapkan oleh siapapun dalam bentuk perilaku, sifat, benda, maupun gagasan. mengagumkan, lebih baik; terbaik; berkah; harta; keuntungan; kesejahteraan; amal baik.
menyenangkan; ramah; lezat;
gembira;
baik hati;
sehat (keadaan
baik). Perbuatan baik, kebajikan;
amal
baik, sedekah;
keuntungan,
manfaat
.

Alquran
menggunakan kata yang berbeda–beda untuk menyatakan
kebaikan
(baik)dan keburukan (buruk) dengan menggunakan istilah alhasanah-al-sayyiah
al-khair –syarrr, al-ma’ruf – al-munkar, almashlahah – almafsadah dan al-birr-al-fahisyah,
al-itsm, al-rijs serta
al-khabaits mengandung maksud dan
tujuan secara spesifik walaupun
tatap menunjukan keselarasan dengan makna etimologisnya.

Penggunaan
kata al-hasanah–al-sayyiah mengarah pada kebaikan dan
keburukan
dalam pandangan manusia, baik berdasarkan akal, tabiat,
maupun
penglihatan fisik secara umum dan belum mengarah pada yang
spesifik.
Al-khair –al-syarr
mengarah pada makna kebaikan dan
keburukan
berdimensi personal dan sosial berdasarkan komparasi.
Penggunaan al-ma’ruf
–al-munkar
untuk kebaikan dan keburukan lebih
mengarah pada kebaikan dan
keburukan yang berdemensi syari’ah,
berdasarkan hubungan
vertikal dengan Tuhan.

Penggunaan
kata almashlahah-almafsadah telah menunjukkan baik–buruk dalam bentuk
perilaku dan
mengarah pada dimensi alam, baik fisik maupun tatanan
kehidupan
masyarakat. Penggambaran Alquran atas kebaikan dan
keburukan
berdasarkan kata al-birr-al-fahisyah,-al itsm, al-rijs serta alkhabaits merupakan
koreksi Alquran sekaligus akumulasi dan integrasi
semua kebaikan atau keburukan
syara’, akal, dan kemanusian lainya
mengarah pada kebaikan hakiki dan terhindar dari keburukan hakiki pula.

Konsep
kebaikan dan keburukan dalam Alquran dengan menggunakan
keragaman
kata mengarahkan konsep utuh yang meliputi labelisasi,
spesifikasi,
kriteria, serta contoh-contoh serta jelas dan tegas. Alquran
secara
tegas mengoreksi sekaligus mengarahkan pandangan baik–buruk
pada
intregasi dimensi akal dan transenden menuju pertanggung –jawaban
pada
diri sendiri, sesama, alam, dan Tuhannya.

2366 posts

About author
Merupakan media berbasis online (paltform digital) yang menyebarkan topik-topik tentang wawasan agama Islam, umat Islam, dinamika dunia Islam era kontemporer. Maupun membahas tentang keluarga, tokoh-tokoh agama dan dunia, dinamika masyarakat Indonesia dan warga kemanusiaan universal.
Articles
Related posts
Esai

Menggali Ajaran Alqur'an Tentang Bullying: Larangan dan Hikmah Dibaliknya

1 Mins read
Bullying, suatu perbuatan tercela yang dapat menjatuhkan martabat dan psikis seseorang – yang berupa tindakan fisik, verbal, atau psikologis – perilaku tersebut…
Esai

Dinamika Perkembangan Islamic Studies

2 Mins read
Dinamika perkembangan Islamic studies. Pada tulisan singkat ini, penulis hendak menelisik tentang sejarah Islamic studies, menguraikan sejarah awal perkembangan studi Islam yang…
Esai

Persepsi Warga Dalam Pemilukada 2024

4 Mins read
KULIAHALISLAM.COM – Pemilihan Umum Kepala Daerah di Indonesia 2024 (Pemilukada) digelar secara serentak untuk daerah-daerah yang masa jabatan kepala daerahnya berakhir pada…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights