Keislaman

Rekonstruksi Makna Wahyu: Paradigma Baru dalam Ulumul Quran

2 Mins read

Konsep wahyu dalam kajian Ulumul Quran merupakan fondasi yang menjelaskan bagaimana Al-Quran dipahami sebagai kalam Ilahi yang turun kepada Nabi Muhammad SAW untuk menjadi petunjuk bagi manusia. Secara tradisional, ulama mendefinisikan wahyu sebagai komunikasi transenden yang diturunkan melalui malaikat Jibril dengan lafaz dan makna yang tetap, sehingga sifatnya absolut, final, dan tidak terikat pada perubahan sosial.

Namun, perkembangan pemikiran Islam pada era modern menunjukkan bahwa pemahaman terhadap wahyu tidak lagi dibatasi oleh kerangka normatif klasik. Para pemikir kontemporer mulai melihat wahyu sebagai fenomena yang tidak hanya bersifat ilahi, tetapi juga berinteraksi dengan konteks sejarah, budaya, dan pengalaman manusia. Hal ini bukan berarti mereduksi kesucian wahyu, melainkan memperluas pemaknaannya agar dapat merespons tantangan zaman.

​Dalam perspektif kontemporer, wahyu dipandang sebagai teks yang lahir dalam ruang sosial tertentu dan memiliki tujuan moral yang hendak dicapai. Pendekatan historis-kritis menjadi penting untuk memahami bagaimana ayat-ayat turun pada situasi tertentu di masyarakat Arab, sehingga pemahamannya tidak dilepaskan dari kondisi sosial, politik, maupun budaya saat itu.

Selain itu, pemikiran kontemporer menekankan bahwa wahyu memiliki nilai-nilai universal yang harus diaktualisasikan kembali sesuai kebutuhan masyarakat modern. Nilai-nilai tersebut tidak dibatasi pada bentuk hukum tekstual, tetapi pada pesan etis seperti keadilan, kemanusiaan, dan kesetaraan yang melampaui batas ruang dan waktu. Dengan demikian, wahyu dipahami bukan hanya sebagai kumpulan perintah, tetapi sebagai inspirasi moral yang harus dibaca ulang secara kreatif.

​Salah satu tokoh yang memberikan kontribusi besar pada pembacaan wahyu kontemporer adalah Muhammad Arkoun. Ia mengkritik apa yang disebutnya sebagai nalar Islam tertutup, yaitu tradisi keilmuan yang membatasi penafsiran wahyu hanya pada pendekatan fiqh dan teologi klasik.

Baca...  Mengenal Sekilas Apa Itu Kajian Living Qur’an

Arkoun memandang wahyu sebagai teks terbuka yang perlu dikaji melalui pendekatan linguistik, antropologis, dan historis agar makna-maknanya yang tersembunyi dapat diungkap. Bagi Arkoun, wahyu tidak pernah berhenti hidup; ia terus diperbarui melalui proses penafsiran manusia yang selalu berubah seiring perkembangan zaman. Kritik Arkoun menegaskan bahwa keterbukaan metode menjadi kunci untuk menghadirkan relevansi Al-Quran dalam konteks kontemporer.

​Selain Arkoun, Fazlur Rahman turut memberikan perspektif penting melalui teorinya yang dikenal sebagai double movement. Rahman menekankan bahwa pemahaman wahyu harus dimulai dari rekonstruksi konteks historis ketika ayat diturunkan, kemudian nilai moral yang dikandung ayat tersebut dibawa kembali ke situasi modern.

Pendekatannya bertujuan menghindari pembacaan tekstual yang kaku dan menegaskan bahwa wahyu memuat prinsip universal yang harus diterjemahkan ulang sesuai kebutuhan sosial. Dalam kerangka Ulumul Quran, pendekatan ini memperkaya metodologi penafsiran dan menegaskan bahwa hubungan antara wahyu dan realitas adalah hubungan yang dinamis.

​Pendekatan kontemporer terhadap wahyu memberikan dampak signifikan bagi perkembangan Ulumul Quran. Studi Al-Quran tidak lagi terbatas pada aspek tekstual, tetapi melibatkan disiplin ilmu sosial, sejarah, linguistik, dan hermeneutika untuk menghasilkan pemahaman yang lebih komprehensif.

Reinterpretasi terhadap ayat dengan tetap menghormati otoritas teks memberikan ruang bagi Al-Quran untuk berperan secara efektif dalam menjawab persoalan modern seperti keadilan sosial, pluralisme, hak asasi manusia, dan kesetaraan gender. Dengan demikian, konsep wahyu kontemporer mengajak umat Islam memahami Al-Quran bukan sebagai teks yang beku, melainkan sebagai sumber nilai yang hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan dinamika zaman.

​Pada akhirnya, pembacaan kontemporer terhadap wahyu bukanlah upaya merombak prinsip fundamental akidah, tetapi usaha untuk menjembatani pesan ilahi dengan realitas manusia modern. Melalui pendekatan historis, kritis, dan hermeneutik, wahyu dapat terus dipahami secara relevan sekaligus menjaga kesakralannya sebagai kalam Allah.

Baca...  Dari Fatalisme Menuju Kebebasan Manusia

Transformasi pemahaman ini memperkaya kajian Ulumul Quran dan membuka ruang dialog antara tradisi keilmuan Islam dengan perkembangan intelektual global. Dengan demikian, konsep wahyu kontemporer bukan hanya memperluas cakrawala pemahaman keagamaan, tetapi juga memperkuat fungsi Al-Quran sebagai petunjuk sepanjang masa.

2 posts

About author
Mahasiswa
Articles
Related posts
KeislamanSejarah

Imam as-Sakhawi Sejarawan Islam

4 Mins read
Kuliahalislam.Imam As-Sakhawi (as-Sakha, Cairo, 1427-Madinah, 1497). Ia merupakan ahli hadits, ulama produktif dan sejarawan Islam besar pada zamannya. Nama lengkapnya adalah Abu…
Keislaman

Silsilah Az-Zahab Dalam Ilmu Hadis

3 Mins read
Kuliahalislam.Silsilah az-Zahab (untaian emas) merupakan istilah dalam ilmu hadits ketika membicarakan sanad ( para penutur hadis) dari perawi sampai kepada Rasulullah Muhammad…
KeislamanNgaji Ihya’ Ulumuddin

Gus Ulil Ngaji Ihya’ Ulumuddin: Memilih Untuk Hidup Dalam Keadaan Kemiskinan

3 Mins read
Menentukan sikap kita terhadap dunia adalah salah satu ajaran tasawuf yang paling penting. Meskipun dunia tidak dapat diabaikan atau dihindari sepenuhnya, sebagai…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

×
KeislamanNgaji Al-Iqtishad Fi Al-I’tiqad

Gus Ulil Ngaji Al-Iqtishad fi Al-I’tiqad: Di Akhirat Akan Melihat Tuhan

Verified by MonsterInsights