Ketika Àllah bersumpah, pelajaran hidup dari aqsam Al-Qur’an. Ketika Allah ber-firman dalam kitab-Nya, yang dimulai dengan “Demi…” pernahkah kalian merasa penasaran dan mulai ingin tahu, mengapa Allah bersumpah?
Nah!.. menariknya disini Adalah, sumpah sumpah Allah tersebut ternyata bukan hanya sekedar gaya Bahasa, tapi juga semacam highlight dari Allah SWT. Kepada kita semua agar kita bisa melihat sesuatu yang sangat penting. Disaat Allah bersumpah dengan waktu, matahari, fajar, atau berbagai fenomena alam lainnya, sebenarnya terdapat pesan hidup yang ingin disampaikan.
Secara sederhana, Aqsam adalah kalimat sumpah dalam Al-Qur’an, dalam bahasa Arab istilah ini berasal dari kata al-qasam atau al-yamin mempunyai arti sumpah. Menurut beberapa ulama seperti Al-Zarkasyi, dan Ibnu Qayyim, qasam adalah kalimat yang digunakan Allah untuk menguatkan suatu informasi dalam wahyu, dan juga untuk memastikan bahwa pesan yang di bawa sangat penting untuk diperhatikan.
Yang menarik adalah sumpah-sumpah Allah dalam Al-Qur’an berbeda dengan sumpah-sumpah manusia seperti, ketika manusia hanya diperbolehkan bersumpah dengan nama Allah maka, Allah sebagai pencipta segala sesuatu boleh bersumpah dengan segala sesuatu yang dikehendakiNya, seperti matahari, bulan, bintang, dan lain sebagainya.
Kemudian, sebenarnya mengapa Allah bersumpah dalam Al-Qur’an? Seperti yang telah diketahui, para ulama seperti Al-Zarkasyi menjelaskan bahwa inti dari qasam adalah bertujuan untuk menguatkan suatu kebenaran atau juga bisa disebut qasam adalah sebuah cara penegasan dari Allah agar manusia dapat memahami bahwa informasi setelah sumpah itu sangatlah penting.
Sangat jauh berbeda dengan manusia yang bersumpah karena ingin diyakini, sumpah Allah dalam Al-Qur’an justru hadir untuk menarik perhatian hati dan akal manusia. Para ulama juga menjelaskan bahwa penggunaan makhluk sebagai objek dari sumpah bertujuan agar manusia memperhatikan ciptaan-Nya sebagai bentuk pengagungan kepada Sang pencipta.
Contoh-contoh aqsam dalam Al-Qur’an tersebar dalam beberapa surah. Dalam Al-Qur’an Allah menggunakan banyak objek sumpah, mulai dari Zat-Nya sendiri seperti pada sejumlah ayat surah Al-Hijr : 92 atau Al-Dzariyat : 23 hingga makhluk ciptaan-Nya seperti waktu dhuha pada surah Ad-dhuha, matahari pada surah Asy-syam, waktu fajar pada surah Al-Fajr, bintang pada surah An-Najm dan Al waqi’ah, buah tin dan buah zaitun pada surah At-Tin.
Semua sumpah-sumpah tersebut bukan sekadar memilih objek secara acak saja, akan tetapi menunjukkan bahwa setiap ciptaan yang dipilih mempunyai nilai pesan, simbol, dan pelajaran hidup yang ingin Allah tekankan kepada manusia.
Setelah mengetahui contoh-contoh sumpah dalam Al-Qur’an kita dapat menemukan bahwa aqsam sebenarnya memiliki pola-pola tertentu. Para ulama membagi pola-pola tersebut dalam beberapa unsur.
Umumnya, aqsam memiliki 4 unsur yaitu muqsim (pemberi sumpah ), fi’il qasam (kata bantu qasam seperti wa, ta atau ba) muqsam bih (objek yang dijadikan sumpah) dan muqsam alaihi (pesan penting yang ditegaskan oleh sumpah tersebut).
Menariknya, tidak semua qasam tersebut muncul dalam bentuk lengkap. Ada sumpah yang dinamai qasam dzahir yang mana seluruh unsur sumpah ditampakkan dengan jelas seperti “ Wal-Ashr” atau Wash-Shamsi wa dhuha-ha”.
Dan ada juga qasam mudhmar, yaitu sumpah yang tidak disebut secara eksplisit. Biasanya sumpah ini bisa dikenali dari penekanan kalimat yang mengikuti, seperti kehadiran lam taukid (huruf lam yang menunjukkan penegasan), atau juga bisa dari struktur ayat yang mengindikasi adanya jawab qasam.
Pola-pola ini menunjukkan bahwa aqsam bukan hanya rangkaian kata-kata indah, tetapi memiliki kaidah linguistik dan retorika yang sangat kuat.
Jika diperhatikan, setiap sumpah Allah dalam Al-Qur’an selalu diikuti dengan pesan besar yang menyentuh kehidupan manusia. Oleh karena itu, aqsam bukan hanya penegasan bahasa, tetapi juga sumber pelajaran hidup yang sangat relevan.
Yang mana ketika Allah bersumpah dengan waktu misalnya, “Demi Masa” pesan yang ingin dipertegas Adalah bahwa waktu adalah sebuah modal yang tidak dapat diganti dan manusia akan berada didalam sebuah kerugian jika mereka menyia-nyiakan waktu tersebut.
Contoh selanjutnya seperti sumpah Allah dengan matahari, fajar, dan malam yang mengajarkan kita sebut ritme kehidupan, bahwa setelah terang ada gelap dan setelah gelap Allah datangkan cahaya.
Banyak sumpah Allah yang juga mengajak kita untuk merenungi ciptaan-Nya. Saat Allah bersumpah dengan bintang, langit dan lainnya, itu adalah suatu undangan untuk manusia agar melihat bahwa alam sekitar bukan hanya pemandangan, tetapi juga sebagai tanda-tanda kebesaran-Nya dengan kata lain, dibalik sumpah-sumpah Allah itu, Al-Qur’an sebenarnya sedang berbicara langsung kepada hati manusia agar kita berhenti sejenak dan memperhatikan hidup serta mengambil pelajaran yang akan membuat kita menjadi lebih baik.
Ditengah teknologi, hiruk-pikuk media sosial dan tekanan hidup yang modern, aqsam menjadi semacam kompas spiritual yang menarik kita kembali ke nilai dasar yaitu menghargai waktu, menjaga moralitas sadar akan tanggung jawab, dan selalu merenungi makna dibalik setiap peristiwa.
Pada akhirnya, aqsam dalam Al-Qur’an mengajarkan kita bahwa sumpah Allah bukan sekadar bentuk penegasan, tetapi juga undangan untuk melihat kehidupan dengan lebih dalam.
Setiap objek sumpah baik waktu, matahari, malam, ataupun makhluk lainnya adalah tanda yang menuntun kita menuju makna dan kesadaran. Melalui sumpah-sumpah-Nya, Allah mengarahkan kita untuk berhenti sejenak, berpikir, dan mengambil pelajaran yang mungkin selama ini kita abaikan.
Ketika kita membaca ayat-ayat aqsam, sebenarnya Al-Qur’an sedang bertanya kepada hati kita: “apa pelajaran yang bisa kamu ambil dari hidupmu hari ini?” Dan jawaban atas pertanyaan itu adalah langkah awal menuju kehidupan yang lebih bijak, lebih tenang, dan lebih dekat kepada-Nya.

