Kuliahalislam.Maulana Malik Ibrahim (wafat di Gresik 12 Rabiul Awal 822/08 April 1419 M). Dia merupakan salah seorang dari Wali Songo yang diyakini sebagai pelopor penyebaran Islam di Jawa, menempati urutan pertama dalam Wali Songo. Dia juga dikenal dengan nama Maulana Maghribi atau Syekh Maghribi, karena diduga berasal dari wilayah negeri Magribi, Afrika Utara.
Ada pula yang mengenalnya sebagai Jumadil kubro, nama yang berkaitan erat dengan nama ayahnya, yang menurut suatu sumber bernama Maulana Muhammad Kubra. Tetapi masyarakat umum di Jawa lebih mengenalnya sebagai Sunan Gresik karena tempat tinggal untuk menyiarkan Islam dan pemakamannya berada di daerah Gresik.
Tidak ada kesepakatan di kalangan para ahli sejarah tentang asal, tempat dan tahun kelahiran Maulana Malik Ibrahim. Dia diperkirakan lahir sekitar pertengahan abad ke-14 H ( 1350 M). Ada yang berpendapat bahwa dia berasal dari Arab dan nasabnya bertalian dengan golongan Syaid dari Hadramaut.
Sumber lain menyebutkan bahwa dia keturunan Imam Zainal Abidin Bina Hasan bin Ali Bin Abi Thalib dan dengan demikian mempunyai pertalian darah dengan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam karena Ali Bin Abi Thalib adalah keponakan sekaligus menantu Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam.
Pendapat lain mengatakan bahwa ia berasal dari Gujarat (India) dan semula adalah seorang pedagang, kemudian datang ke Jawa untuk menyiarkan agama Islam. Sumber lain lagi menyebutkan dia adalah seorang pedagang dari Kashan, Iran. Maulana Malik Ibrahim sudah sejak kecil belajar agama Islam karena dia dilahirkan dan dibesarkan di tengah keluarga muslim yang taat beragama.
Tapi tak ada keterangan tentang siapa saja gurunya dan di mana saja Dia belajar agama Islam sehingga menjadi seorang ulama. Setelah dewasa, dia menikah dengan seorang putri bangsawan bernama Dewi Candrawulan, putri pertama Ratu Campa yang telah menganut agama Islam dan istri Brawijaya, Raja Majapahit terakhir.
Dalam berbagai literatur, kedatangan Maulana Malik Ibrahim di tanah Jawa dicatat sebagai permulaan masuknya Islam di Jawa. Karena itu, dia dianggap sebagai orang yang mula-mula memasukkan Islam ke Jawa dan sebagai pendiri pondok pesantren pertama di Indonesia.
Tetapi keterangan nisan sebuah makam yang terdapat di Gresik yaitu makam Fatimah Binti Maimun yang wafat tahun 475 H ( 1082 M), dapat menjadi petunjuk bahwa Islam sudah masuk ke pulau Jawa oleh pedagang-pedagang Muslim sebelum kedatangan Maulana Malik Ibrahim.
Para ahli sejarah umumnya berpendapat bahwa sekitar tahun 1416, agama Islam sudah mulai dikenal masyarakat di Jawa. Bahkan menurut sumber Tiongkok, ketika utusan Tiongkok datang ke Jawa Timur tahun 1413, mereka melihat adanya beberapa kelompok masyarakat diantaranya, pertama, orang-orang Islam yang berpakaian bersih, hidupnya teratur dan makanannya enak-enak.
Kedua, orang-orang Cina yang pola hidupnya hampir sama dengan orang Islam, bahkan di antara mereka banyak yang sudah muslim. Ketiga, penduduk setempat yang masih kotor-kotor, tidak bersongkok dan tidak bersepatu. Orang-orang Islam yang disebut berita Tiongkok tersebut diduga kebanyakan muslim pendatang.
Umumnya mereka pedagang yang tingkat ekonominya lebih baik dan hidupnya lebih teratur Sebab mereka datang dari masyarakat atau bangsa yang telah mencapai peradaban tinggi.
Delapan dasawarsa kemudian, sumber Portugis memberitakan bahwa pada tahun 1458 penduduk beberapa kabupaten di pesisir Pulau Jawa bagian utara mulai dari rakyat kecil hingga Bupati telah memeluk Islam. Artinya, telah ada komunitas-komunitas Islam.
Hal ini sangat mungkin terjadi, sebab antara tahun berita Tiongkok dan Portugis telah hadir dua generasi, baik keturunan dari penduduk setempat yang beragama Islam maupun keturunan dari muslim pendatang yang biasanya kawin yang gadis-gadis tempat.
Bahwa Maulana Malik Ibrahim disebut sebagai orang yang pertama memasukkan Islam ke pulau Jawa, hal itu dilihat dari fakta bahwa usaha dakwah islam lebih intensif Setelah dia datang dan dengan pendekatannya yang arif bijaksana penduduk dapat menerima Islam dengan lebih cepat.
Pada masa itu, masyarakat Jawa pada umumnya adalah pemeluk agama Hindu dan Budha dan berada di bawah pemerintahan Kerajaan Majapahit. Masyarakat menganut struktur sosial yang berkasta yaitu kasta Sudra, kasta Waisya, kasta Ksatria dan kasta Brahmana.
Model masyarakat inilah yang menjadi objek dakwah para pedagang muslim dan Maulana Malik Ibrahim. Sekalipun dia bukan orang Jawa dia dapat mengantisipasi keadaan masyarakat yang dihadapinya dan dapat menerapkan metode dakwah yang tepat untuk menarik simpati masyarakat terhadap Islam. Karena itu dia dapat menyumbangkan banyak jasa dalam pengembangan Islam di Pulau Jawa bahkan di daerah lain di nusantara.

