Ibnu Jubayr adalah seorang penjelajah muslim asal Andalusia (Spanyol). Beliau memulai penjelajahan pada awal bulan Dzulqaidah tahun 578 H dan tiba daratan Mesir, tepatnya di Alexandria pada hari Sabtu, 29 Dzulqaidah atau bertepatan pada 26 Maret.
Di Mesir ini banyak sekali cerita perjalanan yang beliau tuliskan di memoar rihlahnya. Dan berikut adalah deretan dari pengalaman dan peristiwa yang diceritakan selama melakukan penjelajahan di Mesir bagian Alexandria dan Kairo.
Pengalaman masa di Alexandria
Dalam perjalanannya di Alexandria, beliau melihat kesewenang-wenangan awak kapal yang mengaku suruhan Sultan Sholahuddin yang kala ini menjadi Sultan Ayyubiyah yang bertanggungjawab atas wilayah Syam & Mesir.
Awak kapal yang sebenarnya hanya diutus untuk mengawasi barang-barang para pendatang yang baru berlabuh ditanyakan tentang jumlah barang atau hartanya dan diminta untuk membayar zakat tanpa menyelidiki masa haul dari hartanya.
Para awak kapal yang mengaku utusan Sholahuddin ini meminta para pelancong yang datang untuk menyetorkan barang-barangnya. Semua barang diperiksa baik yang ukuran kecil maupun yang besar untuk mencari apa yang mereka inginkan kemudian menuntut agar para pelancong bersumpah untuk meyakinkan bahwa barang yang para pelancong bawa hanya dari harta yang mereka periksa. Ibnu Jubayr memohon kepada Allah kesabaran atas kedzaliman yang dilakukan oleh para awak kapal mencoreng nama baik Sholahuddin.
Selama perjalanannya di Alexandria, beliau melihat peradaban yang maju. Beliau melihat pasar-pasar yang bagus dan menara Alexandria yang tingginya 150 hasta berfungi sebagai mercusuar. Dengan naik di menara itu pengamat dapat melihat jarak hingga 70 mil. Hal yang unik adalah ada semacam masjid di puncak menara itu.
Ibnu Jubayr beserta rombongannya sempat melaksanakan salat disana pada hari Kamis, 5 Dzulhijjah. Keunggulan ilmu pengetahuan di Alexandria pada masa itu adalah menjadi pusat pendidikan kedokteran dan ilmu agama.
Lalu dari segi fasilitas umum Sultan Sholahuddin Al-Ayyubi membangun fasilitas umum berupa pemandian dan rumah sakit. Di rumah sakit terdapat para dokter dan perawat terbaik yang bertanggungjawab dengan pemeriksaan kesehatan dan perawatan yang disesuaikan dengan keadaan masing-masing pasien.
Dari sisi kebutuhan pangan Sultan menetapkan pembagian dua potong roti untuk setiap musafir dan orang-orang yang membutuhkan. Beliau biasa mengirim seribu atau lebih tergantung sesuai kebutuhan orang-orang terkait. Biaya dari pembagian roti itu berasal dari wakaf Sultan Sholahuddin sendiri.
Dari sisi kepengurusan keagamaan, di Alexandria merupakan tempat dengan masjid terbanyak pada masanya daripada negeri-negeri muslim yang lain. Terdapat sekitar 8.000 hingga 12.000 masjid perkiraan beliau. Diantara masjid tersebut ada madrasah.
Masing-masing masjid memiliki imam yang mendapatkan tunjangan dari Sultan. Perbulan dari tunjangan itu adalah 5 Dinar Mesir yang nilainya setara dengan 10 Dinar di negeri Islam yang lain pada umumnya. Terkadang ada yang mendapatkan lebih atau kurang dari itu.
Pada hari Ahad tanggal 8 Dzulhijjah atau bertepatan dengan 3 April kabilah Ibnu Jubayr meninggalkan Alexandria dan melanjutkan ke kota Damanhur. Damanhur adalah sebuah berdinding yang membentang dari Alexandria ke bagian tengah Mesir.
Pada hari Selasa, tepat pada Hari Raya Idul Adha 578 H kabilah Ibnu Jubayr telah sampai di Thandatah (sekarang bernama Kota Tanta) sebuah desa besar yang ramai. Pada hari itu Ibnu Jubayr melihat lahan pertanian yang tertata rapi bersambung dengan desa-desa, hingga pada Rabu 11 Dzulhijjah mereka semakin dekat dengan Kairo yang menjadi ibukota Ayyubiyah pada masa itu.
Mendatangi tempat-tempat penting di Kairo
Setelah sampai di Mesir kabilah Ibnu Jubayr berkunjung ke tempat-tempat penting berupa monumen dan pemakaman yang dijaga karena keberkahannya. Diantaranya adalah Makam Kepala Husayn bin Ali yang disimpan di dalam peti dan dikuburkan di dalam tanah. Diatas tanah tepat makam itu ada semacam mausoleum yang dilapisi dengan berbagai jenis brokat dan dikelilingi oleh lilin-lilin putih.
Selain Makam Husayn bin Ali, Ibnu Jubayr juga berziarah ke makam para Ahlul Bait (keluarga Rasulullah) seperti Ali bin Husayn, Qasim bin Muhammad bin Ja’far Ash-Shiddiq, makam Yahya bin Al-Qasim dan makam Ali bin Abdullah bin Al-Qasim.
Lalu dari golongan Syarifah (Ahlulbait perempuan) diantaranya adalah makam Sayyidah Ummu Kultsum binti Al-Qasim bin Muhammad bin Ja’far Ash-Shiddiq dan makam Sayyidah Ummu Abdullah binti Al-Qasim.
Setelah mendatangi berbagai makam dan monumen, kabilah Ibnu Jubayr juga berkunjung ke Benteng Kairo, rumah sakit khusus gangguan jiwa, Masjid Ibnu Thulun, hingga Taman Nil. Ibnu Jubayr juga menuliskan kebijakan Sultan Sholahuddin Al-Ayyubi yang menghapus beban pajak dan menggantikan nya dengan Zakat, Wakaf, dan Jizyah.
Sultan juga mempermudahkan akses bagi jamaah haji dengan menghapus pajak bernama Mirah Makkah dan Madinah, dan digantikan dengan sistem yang lebih baik bagi jamaah. Meskipun kadangkala ada ketidakadilan di beberapa oknum, namun semua itu berarti mereka terlepas dari pengawasan Sultan.
Andai saja Sultan mengetahui beberapa oknum pejabat yang curang dan kotor beliau akan segera menghukum mereka dan melakukan pembaharuan terhadap suatu sistem menjadi lebih baik bagi masyarakat.
Pada hari Ahad tanggal 6 Muharram, kabilah Ibnu Jubayr telah berlayar di sungai Nil dan meninggalkan Mesir. Dan begitulah berbagai macam pengalaman riwayat dari Rihlah Ibnu Jubayr selama di Kairo menuju Qus. Semoga dapat mengambil banyak manfaat dan hikmah dari sejarah perjalanan beliau.
Daftar Pustaka
Ibnu Jubayr, Rihlah Ibnu Jubayr, PT Pustaka Alvabet.

