Secara umum studi
eskatologi adalah studi yang memprediksi bagaimana dunia ini berakhir. Ya begitulah,
alih-alih membayangkan alam ini bermula, ada saja para ilmuwan atau pun filsuf
yang penasaran bagaimana semesta ini berakhir.
Tahukah Anda? Meskipun
dunia ini akan berakhir, tetap saja pikiran manusia tidak akan pernah berhenti.
Bahkan, konon katanya, meski semesta ini berhenti berkembang, akal manusia akan
terus tetap ada dan terus berkembang. Begitu pula studi eskatologi, sebuah
studi yang selalu ada, selama akal manusia masih ada.
Karena itulah,
menentukan tolok ukur perkembangan studi eskatologi menjadi sulit. Sehingga yang
bisa kita ajukan adalah coraknya, semacam gambaran umum.
Dalam esai ini, kita
akan menjelajahi berbagai konteks agama, filsafat, dan budaya sepanjang sejarah
tentang eskatologi.
- Mari kita mulai dari gagasan awal eskatologi dalam
Mitologi Kuno Mesopotamia dan Mesir. menurut Samuel Noah Kramer (Seorang ahli
Assyriologi Amerika yang secara ekstensif mempelajari mitologi dan agama
Mesopotamia kuno). Bahwa di masa itu, keyakinan eskatologis yang diajukan para
ilmuwannya masih berpusat pada cerita kehidupan
setelah mati dan penghakiman jiwa. Ketika ditanya eskatologis berarti bicara
reinkarnasi, surga neraka dan semacamnya. Keyakinan ini lah yang mempengaruhi
tradisi agama dan filsafat hingga sekarang. - Beda lagi dengan agama Yahudi yang tidak hanya
bicara soal kehidupan setelah mati. Menurut rabbi Yahudi, eskatologi adalah
tema yang sangat penting; penting di kehidupan keseharian mereka. Dalam agenda keagamaan mereka menyiapkan
segalanya untuk menyambut sang penyelamat. Karena itulah, sampai saat ini mereka
masih menunggu seorang utusan yang akan memberikan mereka kejayaan. Demikianlah,
konsep Mesias sangat istimewa dalam Yudaisme (Jewish Messianic Expectations).
Ketika ditanya eskatologi, penganut Yahudi
sering bercerita tentang harapan akan zaman perdamaian di masa depan dan
penebusan akhir umat Yahudi di tanah yang dijanjikan. Didapatkan dari Daniel Boyarin, seorang sarjana studi Yahudi yang telah menulis secara luas
tentang mesianisme (Yahudi dan konsep Mesias). Ada juga Gershom
Scholem, seorang sejarawan terkenal dalam mistik Yahudi yang mengeksplorasi
gerakan mesianik dan apokaliptik Yahudi. - Menurut N.T. Wright: Seorang sarjana Perjanjian
Baru terkemuka yang telah menulis secara luas Eskatologi Kristen. Bahwa Christian
eschatology selalu berfokus pada
kedatangan kedua Yesus Kristus, penghakiman terakhir, dan takdir abadi jiwa
manusia. Kitab Wahyu dalam Perjanjian Baru adalah teks kunci dalam eskatologi
Kristen. Jika
ingin bertanya tentang keyakinan eskatologis umat kristiani, kita juga bisa
bertanya pada Jürgen Moltmann: Seorang teolog Jerman yang dikenal atas karyanya
tentang harapan dan eskatologi dalam teologi Kristen. - Kemunculan Gerakan Millenarian yang terpengaruh eskatologisme.
Sepanjang sejarah, berbagai gerakan millenarian telah muncul, biasanya ramai
bila terjadi masa ketidakstabilan sosial atau sebaliknya kegembiraan agama.
Gerakan-gerakan ini membayangkan terjadinya zaman baru atau utopia. Norman
Cohn: Seorang sejarawan Inggris telah meneliti dan menulis secara ekstensif
tentang gerakan millenarian sepanjang sejarah, termasuk karyanya yang
berpengaruh “The Pursuit of the Millennium.” - Eskatologi Sekuler Modern: Di era modern ini,
pemikiran eskatologis telah melampaui batas yang ditetapkan agama. Ketika bicara
eskatologi, Para filsuf dan pemikir sekarang membayangkan adanya ancaman-apokaliptik yang terjadi karena
kemajuan teknologi, kerusakan lingkungan, atau konflik geopolitik seperti
perang nuklir yang mengkiamatkan dunia. - Beberapa
ilmuwan eskatologi sekuler ini adalah Martin Rees: Seorang kosmolog dan
astrofisikawan Inggris yang telah mengungkapkan keprihatinan tentang risiko
eksistensial bagi umat manusia dan masa depan peradaban kita dalam bukunya
“Our Final Hour. - Ada
juga Yuval Noah Harari: Seorang sejarawan dan penulis Israel yang dikenal
melalui bukunya “Sapiens: A Brief History of Humankind,”
di mana ia membahas pengaruh teknologi dan kecerdasan buatan terhadap masa
depan umat manusia. - ada pula perkumpulan ilmuwan nuklir dunia. Mereka menggelar pers konferensi setiap tahun.Di pertemuan itu mereka memprediksi kiamat dunia. Akhir dunia ini mereka tunjukkan dengan “DoomsDay clock“.
- Ditambah lagi ada yang disebut dengan Eskatologi New
Age dan Spiritual: Gerakan New Age dan tradisi spiritual ini sering
menggabungkan banyak elemen eskatologis.
Ketika menghadapi akhir dunia, pemahaman eskotologi ini menganjurkan transformasi pribadi, evolusi
spiritual, atau konsep pergeseran kesadaran global yang mengarah pada era baru.
Beberapa ilmuwan yang mewakili eskatologi ini adalah Barbara Marx Hubbard:
Seorang futuris dan penulis yang telah memperjuangkan pergeseran spiritual dan
transformasi dalam kesadaran manusia menuju era baru harmoni global. Ada
pula Eckhart Tolle: Seorang guru spiritual dan penulis yang mengeksplorasi tema
transformasi pribadi dan pencerahan dalam bukunya, seperti “The Power
of Now” dan “A New Earth.” - Bagaimana dengan eskatologi Islam? Kita akan
mendapati bahwa pemahaman eskatologi islam adalah yang paling berkembang. Perkembangan
ini terjadi karena tidak sedikit ulama yang berbicara eskatologi dengan gaya
pemikirannya masing-masing. Ulama terdahulu seperti al Ghazali dkk berbicara
tentang keyakinan akan Hari Kiamat, kebangkitan orang mati, dan penghakiman
terakhir. Ulama turats memberikan kita khazanah Al-Quran dan Hadis yang berisi
ajaran tentang tanda-tanda dan peristiwa-peristiwa yang akan mendahului akhir
zaman. Lalu
bagaimana dengan keyakinan eskatologi ulama kontemporer? Mari kita lihat ulama
yang masih hidup:
- Seyyed Hossein Nasr: Seorang filsuf dan sarjana Islam asal
Iran yang telah menulis tentang berbagai aspek eskatologi Islam, termasuk
tanda-tanda zaman akhir dan konsep Mahdi. - Reza
Aslan: Seorang sarjana agama dan penulis Iran-Amerika yang telah mengeksplorasi
eskatologi Islam dan konsep Mahdi. - Imran
Nazar Hosein dikenal karena pandangannya tentang eskatologi Islam dan peristiwa
geopolitik. Kepopuleran Hosein terjadi karena beliau berhasil mengkaitkan
beberapa eskatologi islam dengan eskatologi modern. Misal beliau berhasil
mengkonsepsikan jasad Dajjal dengan konsep AI. Kemudian, melalui penelusuran
jejak sejarah, beliau berhasil mengidentifikasi Yajuj Majuj sebagai persekutuan
bangsa Yahudi eropa dan kristen eropa. Imran
Nazar Hosein telah menulis beberapa buku yang menafsirkan Al-Quran dengan tema
eskatologis, seperti “Yerusalem ada dalam Al-Quran”, tafsir surah al
kahfi, dan “Khalifah, Hijaz, dan
Negara Bangsa Saudi-Wahhabi” yang dikatikan dengan situasi geopolitik hari ini.
Yang mengherankan,
kemampuan para ilmuwan membayangkan akhir dunia sering dianggap
halusinasi. karena bagi seorang awam, ramalan para filsuf-filsuf halu itu tidak
pernah terjadi. Akhirnya mereka menganggap dunia ini tidak akan berakhir,
satu-satunya yang menjadi akhir adalah kematian.
Tapi
tidak bagi seorang filsuf. Meskipun kematian menyapanya, walapun badannya akan
segera terbelah, meskipun semua hampir gelap, seorang filsuf tidak akan sempat memikirkan kematiannya. Yang
selalu ada dibenaknya adalah membayangkan alam selanjutnya. Dan bagaimana di
alam selanjutnya itu akan berakhir. Artinya selama ia masih berpikir, tidak ada
yang namanya kiamat/ kematian
. Sama halnya dengan fikir yang terus berkembang, maka studi
eskatologi pun akan terus terus berlanjut. Sampai kapan? Entahlah, mungkin
sampai tidak ada kosakata lagi di semesta ini. sekian.
Oleh: Julhelmi Erlanda (Mahasiswa S3 Ilmu Qur’an-Tafsir Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal & Universitas PTIQ Jakarta)