KULIAHALISLAM.COM – Kasus pelecehan seksual sangatlah banyak di berbagai daerah lantaran perkembangan teknologi yang sangat luar biasa. Korbannya pun juga tak tanggung-tanggung mengingat angka kematian juga sempat dipertanyakan. Mulai dari ibu-ibu, remaja, bahkan anak-anak turut andil tentang permasalahannya tersebut.
Hingga mengakarnya pelaku semakin ganas ketika bereksekusi selama pelecehaneksual.Seperti halnya kasus di jogja yang melibatkan sesama laki-laki yang tidak tahunya bahwa ia laki-laki sampai kabur ketidaksalahannya, perempuan seksi yang dicegat begal, bahkan mahasiswi kampus saja juga pernah perlakuan tidak tanggung jawab melalui dosen, tukang parkir hanya karena ia cantik, seksi dan sekalipun.
Ini menujukkan betapa resahnya kaum perempuan dan laki-laki yang sama-sama memiliki hal-hal tidak pantas. Laki-laki yang perannya juga tidak terlalu menonjolkan akibat rekam jejaknya disembunyikan. Sementara perempuan yang sangat familiar kasus tersebut dalam kehidupannya.
Semua dilakukan atas menimbulkan sebuah pertanyaan mengapa kasus pelecehan seksual sering terjadi di lingkungan sekitar kita? Apakah ada sesuatu yang membuat takut atau sifat ketraumanan? Atau malah perempuan yang menjadi korban?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut mari kita pahami dasar tentang pelecehan seksual.
Pelecehan seksual memilki makna perilaku bersifat seksual yang tidak diinginkan dan tidak dihendaki berakibat menganggu diri penerima seksual (Triwijati, Savy Amira women crisis Center).
Pelecehan seksual memilki makna perilaku bersifat seksual yang tidak diinginkan dan tidak dihendaki berakibat menganggu diri penerima seksual (Triwijati, Savy Amira women crisis Center).
Artinya seksual yang dipaksakan baik laki-laki maupun perempuan. Secara garis besar sifat memaksakan diri adalah sifat yang merusak citra manusia yang tidak mau dianjurkan melalui hati yang terdalam. Faktor kasus tersebut bisa kita lihat dari penguna media sosial. Melalui via chat whatsapp berusia 14 tahun dengan soeorang laki-laki sepuluh tahun lebih tua yang merupakan guru ngaji sekaligus anggota partai politik Minggu ( 19/06/22) (www.Suara.com)
Ada juga yang lebih gila lagi kasus Zaky Lee yang konon katannya pernah dilecehkan guru lesnya yang sama-sama laki-laki. Awalnya Zaky melakukan olahraga berupa basket kemudian guru lesnya memijatnya dan menghimbau bahwa kalau dipijetin enak di Kasur sambil rebahan sampai memegang di bawah celena dank e blowjob. Sontak membuat Zaky histeris merasa jijik (https://celebrity.okezone.com/ ).
2 kasus serius tersebut menjadi sebuah trending topik yang harusnya mulai diperhatikan kembali dalam lingkupan kehidupan kita. Sebab, condong permasalahnnya pasti akan berkepanjangan kalau hukum masih saja dibungkam.
Hal itu disadari betul oleh Annisa Choirunnisa selaku kader PMII Komsat Raden Mas Said Surakarta yang memilki 2 pandangan sebab terjadinnya pelecehan seksual. Pertama pemikiran yang harus dibendung. Kita sebagai umat Islam juga harus tahu benar bagaimana cara mengontrol pemikirannya dengan baik.
Nissa sangat menyoroti terkait persoalan pelecehan seksual di Jogja. Ia beranggapan bahwa “Pemikiran harus diseimbangi dengan hawa nafsu. Semakin memiliki hawa nafsu tinggi, maka semakin pula hasrat pemikiran berbuat berlebihan “ ujarnya Diskusi Naon di JLM UIN Raden Mas Said Selasa (13/06/22).
Kedua adalah penampilan baik dari segi bentuk badan ataupun pakaian.
Kedua adalah penampilan baik dari segi bentuk badan ataupun pakaian.
Karena Nissa sangat menekankan hal tersebut agar penampilan juga dibarengi pemikiran seseorang terhadap bagian seluruh badan. Nissa sadar akan himbauan para wanita supaya kuat terhadap pendirian tentang keadilannya. Itulah mengapa gadis asli Wonogiri mempunyai pandangan berdasarkan perjalanan intlktual serta pengalamannya.
Karena kasus pelecehan juga pernah dialaminya dengan dosen mengenai kasus intimidasi yang berimbas ketidaknyamanan Nissa.
Kedua pandangan Nissa mengenai pelecehan seksual bisa diambil hikmahnya bahwa sudah seharusnya kita umat Islam lelah atas perbuatan kebiadapan.
Kedua pandangan Nissa mengenai pelecehan seksual bisa diambil hikmahnya bahwa sudah seharusnya kita umat Islam lelah atas perbuatan kebiadapan.
Nissa telah mengajarkan kita pentingnya menjaga kepribadian wanita yang juga punya ha katas ketindasan seksual. Inilah sebuah analogi bersikap nalar kritis Nissa tentang konsep menujukkan kewibawaan wanita akan kerasnya kehidupan. Apalagi ruh Aswaja Minhajul Fikr Ta’adil sebagai ujung tombak bahwa seorang aktivis harus andil dalam perkataan maupun perbuatan.
Dan mulai menerapkan sikap Ta’adil di sekeliling teman kita, saudara kita, dan lainnya. Alhasil tidak ada yang tidak mungkin ketidakadilan dalam sekejap mata. Dan perlu kita ingat kawan-kawan Umat Islam seluruhnya, landasan selanjutnya yang harus benar-benar kita pegang adalah sikap hati nurani yang seharusnya kita tanamkan sejak lahir. Semoga pelaku sadar atas pentingnya pembelajaran pelecehan seksual di setiap daerah masing-masing. Salam kewarasan !