Syekh Yusuf Al-Makasari lahir di Moncong Loe, Gowa,
Sulawesi Selatan pada tanggal 3 Juli 1628 M/8Syawal 1036 H dan wafat di
Capetown, Afrika Selatan 23 Mei 1699 M. Syekh Yusuf Al-Makasari adalah Ulama,
Mufti, pendiri Tarekat dan penulis. Syekh Yusuf lahir 21 tahun setelah Islam
diterima sebagai agama resmi di Kerajaan Goa tahun 1605 M. Nama aslinya adalah
Muhammad Yusuf dan dikenal dengan gelar Asy-Syaikh
al-Hajj Yusuf Abu Mahasin Hidayatullah Taj al-Khalawati al-Makassari al-Bantani.
Di kota kelahirannya sendiri, ia lebih dikenal dengan Tuanta Salamaka (Tuan kita yang selamat
dan mendapat berkah). Menurut Naksah Kuno Lontara Makasar, ibunya bernama I
Tubiana Daeng Kunjung yang merupakan putri kepala desa Mancong Lae. Dari garis
keturunan ibunya,ia masih saudara Raja Goa yaitu Karaeng Bisei (1674-1677 M)
dan Sultan Abdul Jalil (1677-1709 M). Ayahnya adalah seorang petani dari desa
Ko’mara.
Sejak kecil, Syekh Yusuf sudah menampakan tanda-tanda
kecintannya kepada ilmu pengetahuan keislaman, dalam waktu relatif singkat ia
telah hafal Al-Qur’an 30 Juz. Kemudian ia belajar ilmu nahu-saraf, ilmu mantik,
gaya bahasa (bayan dan ma’ani) serta balagah (kefasihan). Ia mempelajari
kitab-kitab Tasawuf, Fiqih, dan Hadis. Tasawuf lebih menarik perhatiannya
karena Islam pada awal masuknya ke Sulawesi Selatan bercorak mistik di samping
bercorak fiqih dengan orientasi Madzhab.
Syekh Yusuf Al-Makasari lebih banyak menghabiskan
waktunya untuk mempelajari tasawuf. Syekh Yusuf menunaikan ibadah Haji pada 22
September 1645 dengan menumpang Kapal Portugis. Dalam pelayarannya, ia sempat
singgah di Banten dan berkenalan dengan Putra Mahkota Kesultanan Banten.
Kemudian, ia melanjutkan perjalalanan ke Aceh dan bertemu dengan Syekh Nuruddin
ar-Rainiri.
Melalui Syekh Nuruddin ar-Rainiri, ia mempelajari
Tarekat Kadiriah dan berhasil memperoleh ijazah. Selanutnya, ia melakukan
perjalanan ke Yaman. Di Yaman, ia menemui Syekh Abdullah Muhammad Abdul Baqi’
dan menerima Tarekat Nasyabandiah di Zubaid (Yaman), ia juga menerima ijazah Tarekat as-Sa’adat al Ba’lawiyah dari
Sayyid Ali. Dari Yaman,Syekh Yusuf berangkat ke Mekkah untuk menunaikan ibadah
Haji. Selanjutnya ia pergi ke Madinah.
Di Madinah, Syekh Yusuf mendapat ijazah Tarekat
Sayyatariah dari Syekh Burhanuddin al-Millah bin Syekh Ibrahim bin Husein bin
Syihabuddin al-Kurdi al Madani.. Selanjutnya ia pergi ke Syam (Suriah) dari
berguru padaSyekh Abu al-Barakah Ayyub bin Ahmad al-Khalawati al-Qurais, Imam Masjid Syekh al-Akbar
Muhyiddin bin Arabi dan Ulama inilah yang memberinya gelar Syekh Yusuf
Tajal-Khalawati Hadiyatullah.
Syekh Yusuf mempunyai peranan cukup besar dalam
melakukan Islamisasi di Sulawesi Selatan yang telah dirintis sebelumnya oleh
tiga Ulama dari Minangkabau yaitu Abdul Makmur Khatib Tunggal bergelar Datok ri
Bandang, Sulaiman Khatib Sulung bergelar Datok ri Patimang,dan Abdul Jawad
Khatib Bungsu bergelar Datok ri Tiro. Di samping itu Syekh Yusuf berjasa
menyebarluaskan Islam di Banten, Sri Lanka dan Afrika Selatan.
Aktivitas di bidang keagamaan sejalan dengan
keinginannya dan cita-cita Sultan Agung Tirtayasa untuk menjadikan Banten
sebagai suatu kerajaan Islam yang besar dan kubu pertahanan Islam di Nusantara
dan melawan Kolonial Hindia Belanda. Oleh karena itu, Syekh Yusuf diangkat
sebagai Panglima Perang Sultan Ageng Tirtayasa. Ketika Sultan ditangkap
Kolonial Belanda, Syekh Yusug bersama para Pangeran Purbaya dan Pangeran Kidul
masuk ke hutan untuk bergerliya.
Syekh Yusuf dengan tentaranya menuju ke arah Cirebon
kemudian di daerah Sukapura, ia membuat benteng pertahanan. Tetapi dengan tipu
muslihat Belanda, Syekh Yusuf akhirnya ditangkap bersama istrinya. Ia dibawa ke
Batavia (Jakarta) kemudian dipenjara di penjara Benteng. Pada tanggal 12
September 1648, ia dibuang ke Sri Lanka kemudian pada 7 Juli 1693 dipindahkan
ke Tanjung Harapan disertai 49 orang pengikutnya. Disinilah ia wafat dan
dimakamkan.
Atas permintaan Sultan Abdul Jalil kepada pemerintah
Kolonial Belanda, pada tahun 1703, kerangka Syekh Yusuf dipindahkan ke Lakiung,
Goa, Sulawesi Selatan. Kuburannya dikenal masyarakat Sulawesi Selatan dengan
nama Kobbang (Kubah).Ajaran pokok
Tarekat Syekh Yusuf berkisar pada usaha manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah yang
mengacu pada peningkatan kualitas ahlak yang mulia serta penekanan amal shaleh
dan zikir.
Ibadah shalat dan zikir merupakan amalan yang dapat
membawa salik (hamba) sampai keujung suluknya. Dengan demikian, kedudukan zikir
dalam Tarekat Syekh Yusuf menempati posisi yang sangat penting, setiap
pengikutnya wajib mengamalkan zikir baik secara perorangan maupun kelompok.
Karya tulis Syekh Al-Makassari hampir seluruhnya di bidang tasawuf dan tarekat
antara lain Zubdat al-Asrar fi Tahqiq Ba’d Masyarib al-Akhyar, Taj al-Asrar fi
tahqiq Masyrab al-‘Arifin min Ahl al-Istibsar, Matlib as-Salikin, Fath
Kayfiyyat az-Zikr dan Safinat an-Najat. Karya tulisnya ada 20 buah yang masih
berbentuk Manukrip di Museum Pusat Jakarta.
Sumber :Ensiklopedia Islam,