Penulis: Junaedi*
Indonesia adalah negara kepulauan dengan keberagaman budaya yang erat akan nilai-nilai di dalamnya di masing-masing daerah. Namun seiring perkembangan waktu dan tantangan modernisasi, perlu adaptasi untuk menyesuaikan nilai-nilai dari masing-masing budaya di setiap daerah untuk tetap memberi peran penting dalam kehidupan masyarakat.
Doc. Ma’balla acara Syukuran Peresmian Masjid Dusun Samma Desa Lembang |
Tradisi Ma’balla atau makan pake daun jati sebagai alas makanan adalah tradisi masyarakat di daerah Kaluppini Enrekang, Sulawesi Selatan. Ma’balla adalah bahasa lokal masyarakat kaluppini yang berasal dari kata dasar Balla’ yang artinya gelar atau dibuka dan Ma’balla sendiri artinya menggelar.
Jadi Ma’balla dapat diartikan kegiatan menggelar daun jati sebagai alas makanan pengganti piring. Tradisi ini merupakan ciri khas dan bagian dari nilai sosial budaya masyarakat Kaluppini yang mengambil peran penting dalam menjaga keseimbangan antara budaya modernisasi dan nilai-nilai kearifan lokal khususnya dalam menjaga kelestarian alam.
Tradisi makan dengan alas daun jati atau Ma’balla telah diwariskan turun-temurun oleh leluhur masyarakat Kaluppini. Tradisi ini tidak lepas dari keseluruhan nilai-nilai tradisi masyarakat kaluppini yang dapat ditemui di setiap acara-acara hajatan dan syukuran masyarakat Kaluppini sepanjang tahun, seperti acara pernikahan, syukuran pesta panen, syukuran masuk rumah baru, peringatan maulid nabi, tahlilan dan lain-lainnya.
Pada prinsipnya penggunaan daun jati sebagai alas makan dalam tradisi ini merupakan upaya alternatif masyarakat Kaluppini dalam menjaga lingkungan untuk menggantikan piring atau alas makan yang terbuat dari plastik atau bahan lainnya yang dapat memberi dampak buruk jangka panjang terhadap lingkungan.
Daun jati yang digunakan dalam tradisi ini dengan sangat mudah didapatkan secara gratis di area sekitar rumah penduduk karena semua penduduk secara sukarela memperbolehkan apabila daun jati di halaman rumah atau kebun mereka diambil untuk keperluan Ma’balla.
Proses persiapan Ma’balla terbilang sangat sederhana yaitu, satu hari sebelum acara anak-anak remaja di kampung akan mengambil tanggung jawab untuk mencari dan mengambil daun jati dengan ciri-ciri sebagai berikut, bersih, tidak robek, tidak terlalu muda, tidak terlalu tua, tidak terlalu lebar dan tidak terlalu kecil dan umumnya mereka sudah paham ukuran daun jati ideal untuk Ma’balla.
Selanjutnya pada hari pelaksanaan acara, segalah sesuatunya dipersiapkan sebagaimana acara pada umumnya, seperti kegiatan potong ayam, kambing atau sapi sampai matang dengan urutan tahapan yang telah ditentukan dan dalam waktu yang sama dilakukan juga proses memasak nasi, dan semua kegiatan ini akan dilakukan di satu tempat, untuk acara berskala keluarga atau kecil akan diadakan di rumah sedangkan untuk acara skala besar akan diadakan di gedung aula kampung begitupun dengan inti atau tujuan utama acara akan dilakukan bersamaan.
Pelaksanaan acara melibatkan semua lapisan masyarakat untuk berperan sehingga menjalin kebersamaan dan mempererat kekeluargaan sesama warga.
Setelah semua lauk dan nasi telah matang dan siap, proses selanjutnya adalah daun jadi akan didistribusikan ke setiap orang yang hadir di acara, masing-masing satu orang akan mengambil dua lembar daun jati yang akan digelar berlapis 2 di depan mereka duduk.
Pelaksanaan Ma’balla ini dilakukan dengan semua yang hadir duduk melantai. Selanjutnya akan ditugaskan beberapa orang yang sudah dewasa dan berpengalaman untuk membagikan nasi dan lauk di setiap daun yang sudah digelar dengan diawali dari pak Imam dan selanjutnya akan dibagikan secara merata ke semua yang hadir.
Setelah semua dipastikan mendapatkan bagian secara merata, sebelum acara inti dari ma’balla yaitu makan bersama di mulai, seluruh peserta yang hadir akan berdoa dan dipimpin oleh Imam kemudian makan bersama akan dimulai, namun sebelum imam memulai makan secara sadar seluruh peserta yang hadir tidak makan mendahului imam sekalipun makanan sudah siap saji di depan mereka.
Setelah acara makan bersama selesai masing-masing dapat membungkus makanan yang tidak habis dan di bawa pulang kerumah karena porsi yang diberikan akan lebih dari porsi satu kali makan.
Selanjutnya acara makan bersama akan ditutup dengan salam berjabat tangan kepada pemangku tokoh agama, tokoh adat dan keluarga yang punya hajatan sebagai ucapan selamat atas terselenggaranya acara dan sekaligus ucapan terima kasih atas makanan yang disuguhkan.
Upaya pelestarian tradisi Ma’balla makan pake daun jati terus dilakukan oleh masyarakat Kaluppini. Generasi muda didorong untuk mengenal dan memahami tradisi ini dengan cara melibatkan mereka sejak dini.
Setiap kegiatan Ma’balla memberikan ruang partisipasi kepada generasi muda untuk terlibat langsung. Generasi muda diharapkan menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi ini sehingga mereka akan mengangkat tradisi ini sebagai identitas mereka yang akan dibawa ketika mereka pergi melanjutkan pendidikan dan bekerja di luar kampung.
Tradisi makan pake daun jadi di Kaluppini Enrekang adalah contoh nyata bagaimana kearifan lokal dapat hidup berdampingan dengan modernisasi. Tradisi ini tak hanya menjaga kelestarian alam, tetapi juga memperkuat nilai-nilai budaya dan adat istiadat masyarakat Kaluppini.
Tradisi makan pake daun jadi menjadi pengingat bagi kita semua untuk kembali ke alam dan hidup selaras dengannya. Kita dapat belajar dari kearifan lokal masyarakat Kaluppini dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
*) Konten Kreator Sosial Budaya