KULIAHALISLAM.COM – Al-Ghazali mengawali dalam bukunya Minhajul Abidin dengan sebuah seruan “Wahai orang-orang yang ingin terbebas dari segala mara bahaya dan yang ingin beribadah dengan benar, semoga Allah melimpahkan taufik-Nya kepada kita. Untuk itu, kita harus membekali diri dengan ilmu. Sebab, beribadah tanpa bekal ilmu adalah sia-sia, karena ilmu adalah pangkal dari segala perbuatan.”
Perlu diketahui, ilmu dan ibadah adalah dua mata rantai yang saling berkait. Karena, pada dasarnya segala yang kita lihat, kita dengar, dan kita pelajari adalah untuk ilmu dan ibadah. Dan untuk ilmu dan ibadah itulah Alquran diturunkan. Juga Rasul dan Nabi-Nabi, diurus Allah hanya untuk ilmu dan beribadah. Bahkan, Allah menciptakan langit, bumi dan segenap isinya hanya untuk ilmu dan ibadah.
Renungkanlah firman Allah di bawah ini:
Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu (ath-Thalaq : 12).
Dengan merenungkan keberadaan langit dan bumi, diharapkan kita akan memperoleh ilmu darinya. Dengan menyimak ayat di atas, kiranya sudah cukup menjadi bukti bahwa ilmu itu mulia.
Lebih-lebih ilmu tauhid. Sebab, dengannya kita dapat mengenal Allah dan sifat-sifat-Nya.
Juga renungkanlah firman Allah di bawah ini: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (adz-Dzariyat: 56).
Hal itu menunjukkan betapa mulianya ibadah. Ayat di atas cukup menjadi bukti kemuliaannya, dan bahwasanya kita. harus senantiasa menjalankan ibadah. Sungguh besar arti ilmu dan ibadah bagi kehidupan di dunia dan akhirat. Maka, wajiblah bagi kita hanya mengejar ilmu dan menjalankan ibadah, sedangkan memikirkan yang lainnya adalah bathil. Sebab, dalam ilmu dan ibadah sudah tercakup segala urusan dunia dan akhirat.
Membangun negara, menciptakan kemakmuran, jika semuanya dilaksanakan karena Allah, itu pun termasuk ibadah. Jadi, dengan ilmu dan ibadah dapat tercipta kebahagiaan dunia, akhirat dan kemajuan dunia yang sehat, bukan kemajuan yang menyesatkan.
Adapun yang dimaksud dengan Ma’rifat adalah, orang harus mengenal empat perkara:
- Mengenal dirinya.
- Mengenal Tuhannya.
- Mengenal dunia.
- Mengenal akhirat.
Mengenal dirinya, maksudnya merasa bahwa dirinya adalah hamba Allah yang lemah dan membutuhkan. Arti mengenal Tuhannya ialah, mengetahui dengan sebenar-benarnya dan yakin, bahwa hanya Allah yang berhak disembah, Yang Agung dan Yang Berkuasa.
Selanjutnya, ia merasa bahwa dunia ini hanyalah padang pengembara menuju tempat kembali, yakni akhirat, dan ia jauh dari nafsu binatang. Sebagai seorang Muslim, ia harus mengenal Tuhannya, tetapi perasaan Itu tidak akan pernah ada jika ia tidak mengenal dirinya. Oleh sebab itu, hendaknya mencari petunjuk guna sampai ketujuan dengan membaca buku Mahabbah.
Oleh : Naufal Abdul Afif (Alumni Pondok Modern Darul Arqam Patean Kendal)