KULIAHALISLAM.COM – Abdullah bin Mahfudh ibn Bayyah yang dikenal dengan Abdullah Bin Bayyah lahir pada tahun 1935 di Mauritania. Ia menjabat sebagai pengajar di Universitas Raja Abdul Aziz di Arab Saudi. Sebagai seorang pakar fikih dari berbagai mazhab, terutama mazhab Maliki, ia telah memberikan kontribusi berharga dalam dunia keilmuan Islam.
Pada awal kariernya, ia dikirim untuk memperdalam pemahaman hukum di Tunis. Setelah kembali ke Mauritania, perjalanan profesionalnya membawanya menjadi menteri pendidikan dan kemudian menteri kehakiman. Tak hanya itu, ia juga memiliki pengalaman sebagai wakil presiden di masa pemerintahan presiden pertama Mauritania, menunjukkan dedikasinya terhadap negara dan tugas-tugas pemerintahan.
Syaikh Abdullah bin Bayyah |
Kipran Syaikh Abdullah Bin Bayyah
Prestasinya dalam dunia ilmiah tergambar dari keterlibatannya dalam berbagai dewan ilmiah terkemuka, termasuk Dewan Fiqih Islam yang berbasis di Arab Saudi. Sebagai wakil presiden Persatuan Ulama Internasional, ia turut memainkan peran penting dalam menghimpun dan memajukan pemikiran keagamaan di tingkat internasional. Meski ia memilih untuk mundur dari posisi tersebut pada tahun 2013, kontribusinya tetap diakui dan dihormati.
Bin Bayyah juga dikenal sebagai anggota Dewan Penelitian dan Fatwa Eropa di Dublin, sebuah badan yang mengupayakan untuk menjelaskan hukum-hukum Islam yang relevan dengan realitas hidup muslim di Eropa. Keterlibatannya dalam merumuskan pandangan-pandangan ini menggambarkan kesanggupannya untuk menghubungkan ajaran agama dengan konteks sosial yang berkembang.
Prestasinya tidak hanya diakui secara nasional, tetapi juga internasional. Ia berhasil masuk dalam daftar 500 muslim paling berpengaruh di dunia dalam rentang waktu 2009 hingga 2013, mencerminkan dampak luas dari pemikirannya dan kerja kerasnya dalam menyebarkan nilai-nilai Islam.
Prestasi Syaikh Abdullah Bin Bayyah
Salah satu momen penting dalam perjalanan keilmuannya adalah saat ia ikut menandatangani Deklarasi Amman. Dalam deklarasi ini, ia bersama ulama-ulama lainnya ikut merumuskan landasan luas dalam mengartikan dan mendefinisikan esensi keimanan seorang muslim.
Selain keterlibatannya dalam dunia akademis, Bin Bayyah telah menerbitkan berbagai karya penting. Di antaranya adalah “Membuat Fatwa dan Fiqih Minoritas” pada tahun 2005 dan “Suatu Dialog Mengenai Hak-hak Azasi dalam Islam” pada tahun 2003. Karya-karya ini mencerminkan kedalaman pemikiran dan upayanya untuk menjembatani pemahaman agama dengan kebutuhan dan tantangan zaman.
Tak hanya itu, posisinya dalam berbagai lembaga dan organisasi memberikan bukti nyata tentang penghargaan dan rasa hormat yang ia terima dalam komunitas akademis dan agama. Keterlibatannya dalam berbagai dewan, seperti Dewan Tinggi Liga Masjid Muslim Internasional dan Dewan Tertinggi Pusat Studi Sharia, menggarisbawahi peran pentingnya dalam mengarahkan arah perkembangan dan pemikiran Islam.
Sejumlah penghargaan, termasuk Medali kehormatan Raja Abdul Aziz dan Medali Tingkat Satu Jordania, menjadi bukti konkrit pengakuan atas kontribusinya. Penerimaan penghargaan sebagai Ulama dan Pendakwah dari Raja Abdullah II dari Jordan serta penghargaan Chinguetti untuk kategori Studi-studi Keislaman menjelaskan dampak luas dari pemikiran dan dedikasinya.
Dengan segala prestasi dan perannya dalam dunia akademis, agama, dan masyarakat, Abdallah bin Mahfudh ibn Bayyah tetap menjadi sosok yang menginspirasi dan memberikan sumbangsih positif bagi perkembangan Islam dan pemikiran global.
Kunjungan Syaikh Abdullah Bin Bayyah Ke Indonesia
Pada tanggal 22 Oktober 2019, Syekh Abdullah bin Bayyah, melakukan kunjungan ke Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta. Kunjungan ini bukan hanya dalam rangka bersilaturahmi, tetapi juga untuk berdiskusi dengan kalangan akademisi UIN Jakarta dan rektor-rektor perguruan tinggi keagamaan Islam negeri di Indonesia.
Syekh Abdullah datang ke UIN Jakarta untuk mendampingi Menteri Toleransi UEA, Syekh Nahyan bin Mubarak Al Nahyan, yang dijadwalkan memberikan kuliah umum di Auditorium kampus tersebut. Saat tiba di UIN Jakarta, dia disambut oleh Rektor Amany Lubis serta para wakil rektor, dekan, dan kepala biro di Ruang Diorama. Kunjungan ini berlangsung selama sekitar dua jam sebelum Syekh Abdullah dan rombongan kembali ke tempat penginapan di Jakarta.
Syekh Abdullah mengungkapkan kehormatannya dapat bertemu dengan cendekiawan Muslim dan akademisi dari universitas Islam di hadapan rektor-rektor PTKIN. Ia mengucapkan terima kasih kepada Rektor UIN Jakarta dan para pimpinan universitas atas keramahannya. Dia berharap kunjungan ini dapat memperkuat hubungan antara Uni Emirat Arab dan Indonesia melalui kolaborasi dengan para cendekiawan dari universitas tersebut.