Desa Bolo merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Ujungpangkah, Kabupaten Gresik. Desa yang menyimpan cerita unik tentang keberadaan sembilan sumur. Sumur ini dikenal oleh masyarakat setempat dengan nama sumur tiban.
Sumur-sumur tiban ini dipercaya muncul secara tiba-tiba tanpa campur tangan manusia, sehingga menambah keunikan dan daya tarik mistisnya. Sumur-sumur tersebut tersebar di berbagai lokasi desa dengan nama dan kisah yang melekat erat dalam tradisi masyarakat setempat.
Kesembilan sumur tiban yang ada di Desa Bolo tersebar diberbagai lokasi-lokasi seperti makam desa di sebelah selatan desa Bolo, area sawah penduduk di sebelah timur, dan beberapa mushola seperti Mushola Ihyaul Islam serta Mushola Assasuttaqwa.
Selain itu, ada sumur di dekat rumah Ibu Ranti, di sebelah utara makam desa, dan di tanah milik Bapak Elga yang disebut Sumur Bandang. Sumur lainnya berada di tanah tegalan milik Bapak Raibi yang terletak di perbatasan antara Desa Wadeng dan Desa Bolo.
Salah satu sumur paling ikonik adalah Sumur Ombo, yang terletak di tengah desa. nama umur ombo diberikan karena bentuk sumurnya yang lebih besar dibandingkan sumur lainnya dan memiliki struktur kotak yang khas.
Menurut cerita penduduk yang berkembang, sumur ombo ditemukan pada masa kejayaan Kerajaan Majapahit sebelum Islam disebarluaskan di wilayah tersebut. Awal mula kisahnya dari seorang penggembala yang sedang menggiring hewan ternaknya di semak belukar tidak sengaja menemukan sebuah lubang besar.
Rasa penasaranya membuat dia melemparkan batu ke dalam lubang itu dan suara “jeburan” air pun terdengar. Dari sinilah lubang tersebut dikenal sebagai sebutan Sumur Ombo, yang kemudian dimanfaatkan oleh penduduk sekitar sebagai sumber kehidupan utama bagi masyarakat.
Sumur Ombo menjadi sumber kehidupan utama bagi masyarakat Desa Bolo kala itu. Air dari sumur ini biasanya digunakan untuk berbagai kebutuhan sehari-hari mulai dari memasak, mandi, minum, hingga kebutuhan hewan ternak.
Bahkan pada tahun 1950-an, air dari Sumur Ombo memiliki peran penting dalam tradisi masyarakat. Ketika ada acara penting seperti pernikahan, khitanan, atau sedekah bumi, penduduk setempat sering kali memberikan sesajen di sekitar sumur sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur mereka dengan harapan mendapatkan berkah. Selain sebagai sumber kehidupan, air dari Sumur Ombo diyakini
Air Sumur Ombo, yang dikenal dengan sebutan “Air Perawan,” diyakini oleh masyarakat Desa Bolo memiliki khasiat khusus yang mampu menyembuhkan berbagai penyakit, termasuk gangguan jiwa, tuberkulosis (TBC), dan penyakit kelamin.
Air ini dianggap istimewa karena kepercayaan akan energi spiritual yang terkandung di dalamnya. Namun, pengambilan air ini tidak dapat dilakukan sembarangan. Ada syarat tertentu yang harus dipenuhi, yaitu pengambilan harus dilakukan pada tengah malam, sekitar pukul 00.00 atau lebih, di mana suasana benar-benar sepi.
Pengambilan air juga harus dilakukan secara rahasia, tanpa sepengetahuan orang lain. Setelah itu, air digunakan sebagai media penyembuhan dengan cara mengguyurkannya pada orang yang sakit, sembari disertai doa-doa untuk mendapatkan kesembuhan. Proses ini mencerminkan perpaduan antara kepercayaan tradisional dan keyakinan spiritual masyarakat setempat.
Keberadaan sembilan sumur tiban di Desa Bolo, khususnya Sumur Ombo juga mencerminkan kekayaan tradisi lokal yang menghubungkan masyarakat dengan alam, sejarah, dan kepercayaan leluhur. Hingga kini, sumur-sumur ini masih menjadi bagian dari cerita rakyat yang diwariskan secara turun-temurun.
Hal ini menandakan pentingnya nilai sejarah dan spiritual dalam kehidupan masyarakat Desa Bolo. Sebagai peninggalan budaya, Sumur Tiban menjadi saksi bisu dari perjalanan sejarah desa dan kehidupan warganya, mencerminkan hubungan yang erat antara manusia, alam, dan tradisi spiritual.
Keberadaan Sumur Ombo dan sumur lainnya yang ada di desa Bolo tidak hanya mencerminkan tradisi lokal tetapi juga mencerminkan pengaruh agama dan kepercayaan penduduk setempat. Di mulai dari masa kerajaan Majapahit masyarakat telah memiliki sistem kepercayaan yang kuat dimana sebagian besar masyarakat memilih kepercayaan animisme dan dinamisme.
Tradisi ini kemudian beralkulturasi dengan ajaran Islam, membawa perubahan dalam cara masyarakat memahami dan memanfaatkan sumur sumur ini. Penggunaan air dari sumur-sumur tiban seperti Sumur ombo tidak hanya berfokus pada kepercayaan mistis, tetapi juga diperbarui dalam ritual keagamaan khusunya agama mayoritas yang dianut oleh warga desa Bolo yakni Islam.
Air sumur memiliki nilai yang tidak hanya praktis, tetapi juga spiritual dalam kehidupan masyarakat, terutama di lingkungan mushola dan tempat ibadah. Air ini sering digunakan untuk bersuci sebelum melaksanakan shalat, sebagai bagian dari ritual yang mempertegas pentingnya kesucian dalam beribadah.
Selain itu, sumur menjadi saksi dari berbagai aktivitas keagamaan lainnya, seperti doa-doa yang dipanjatkan dan pembacaan ayat-ayat suci di sekitarnya. Tradisi ini semakin terasa khidmat ketika air sumur dimanfaatkan untuk keperluan khusus, seperti penyembuhan, di mana masyarakat mempercayai keberkahannya sebagai salah satu bentuk rahmat dari Tuhan.
Dalam perjalanannya, tradisi yang berkaitan dengan keberadaan sumur tiban, terutama Sumur Ombo, mengalami transformasi budaya yang signifikan. Awalnya, masyarakat Desa Bolo mempraktikkan tradisi pra-Islam berupa pemberian sesajen di sekitar sumur pada acara-acara tertentu, seperti sedekah bumi atau ritual khusus.
Tradisi ini mencerminkan kepercayaan animisme dan dinamisme yang kuat sebelum Islam masuk. Namun, seiring waktu, kebiasaan ini perlahan tergantikan oleh praktik yang lebih sesuai dengan ajaran Islam. Saat ini, doa-doa bersama yang dipimpin oleh tokoh agama menjadi pengganti utama tradisi lama tersebut.
Pergeseran ini mencerminkan adaptasi masyarakat dalam memadukan keyakinan lama dengan nilai-nilai baru yang lebih relevan, tanpa menghilangkan makna spiritual dan sakralitas praktik tersebut.
Proses ini menunjukkan bagaimana tradisi lokal dapat berkembang, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, sambil tetap mempertahankan esensi budaya yang diwariskan secara turun-temurun.