Tulungagung (20/9/25) – Serikat Usaha Muhammadiyah (SUMU) Tulungagung kembali menggelar kegiatan rutin Kopdar ke-3 yang kali ini dikemas secara lebih interaktif melalui Focus Group Discussion (FGD). Pada kesempatan tersebut, para anggota SUMU diberikan pendampingan intensif untuk menyusun analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) serta Business Model Canvas (BMC) bagi usaha masing-masing.
Kegiatan ini menjadi langkah konkret dari SUMU yang sejak awal berdiri memang memiliki komitmen kuat untuk mendorong pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) agar naik kelas. Melalui pendekatan analisis bisnis yang sistematis, anggota diharapkan dapat mengenali potensi dan kendala yang ada di dalam usahanya, sekaligus merumuskan strategi yang tepat untuk berkembang lebih jauh.
Sebelum Kopdar ini, SUMU Tulungagung telah sukses menyelenggarakan seminar bertajuk UMKM Naik Kelas yang menghadirkan pembicara berkompeten, termasuk Wakil Wali Kota Surakarta, dengan dukungan penuh dari Radar Tulungagung sebagai mitra media. Seminar tersebut memberikan bekal awal berupa wawasan strategis mengenai pentingnya inovasi, pengelolaan manajemen, serta penguatan daya saing UMKM di tengah kompetisi pasar yang semakin kompleks.
FGD dalam Kopdar #3 ini menjadi tindak lanjut nyata dari seminar tersebut. Tidak hanya berhenti pada teori, para anggota SUMU benar-benar diajak untuk praktik langsung, menyusun peta bisnis dengan metode SWOT dan BMC. Dengan model kerja kelompok, peserta berkesempatan untuk saling bertukar ide, memberi masukan, dan melihat sudut pandang baru dari sesama pelaku usaha. Proses ini tidak hanya menambah pengetahuan, tetapi juga melatih anggota agar terbiasa menyusun strategi bisnis yang terukur.
Menurut para pendamping kegiatan, metode SWOT membantu pelaku usaha memahami kekuatan internal yang bisa dioptimalkan, sekaligus mengenali kelemahan yang harus segera diperbaiki. Sementara itu, BMC memberi gambaran menyeluruh mengenai model bisnis, mulai dari segmen pelanggan, proposisi nilai, hingga alur distribusi dan struktur biaya. Kombinasi kedua metode ini diyakini mampu menjadi fondasi penting bagi UMKM untuk meningkatkan daya saing.
“Harapannya agenda seperti ini bisa terus berlanjut dan berkesinambungan. Melalui wadah SUMU, para pelaku UMKM tidak hanya bisa memperluas jejaring, tetapi juga meningkatkan kapasitas diri. Dengan bersumu, semua anggota bisa mendapatkan manfaat nyata, baik berupa peningkatan ilmu maupun strategi praktis untuk mengembangkan bisnisnya,” ujar Lutfy Azizah selaku Koordinator Daerah (Korda) SUMU Tulungagung.
Lebih jauh, Lutfy menambahkan bahwa SUMU bukan sekadar komunitas, melainkan sebuah ruang belajar bersama yang terbuka. Anggota tidak hanya diajak untuk membangun bisnis masing-masing, tetapi juga saling memberi dukungan moral, berbagi pengalaman, dan tumbuh bersama. Dengan demikian, pertemuan rutin seperti Kopdar menjadi media yang efektif untuk mempererat solidaritas antar pelaku UMKM.
Kopdar #3 ini juga menunjukkan bahwa peran komunitas sangat krusial dalam ekosistem UMKM. Ketika pemerintah dan lembaga formal belum bisa menjangkau seluruh pelaku usaha, inisiatif komunitas seperti SUMU dapat menjadi mitra strategis dalam memberikan edukasi, pendampingan, sekaligus inspirasi. SUMU Tulungagung optimistis bahwa langkah-langkah kecil yang dimulai dari kegiatan ini akan memberikan dampak besar di kemudian hari.
Dengan semangat kebersamaan, SUMU Tulungagung berharap semakin banyak pelaku usaha lokal yang tergerak untuk bergabung, mengembangkan diri, dan membawa usahanya naik kelas. Ke depan, berbagai program penguatan kapasitas bisnis akan terus digulirkan secara konsisten agar UMKM tidak hanya bertahan, tetapi juga mampu bersaing di tingkat regional maupun nasional. [Media dan Publikasi Serikat Usaha Muhammadiyah/Soleh]