Tokoh

Suci Atau Tetap Manusia? Cara Al Qurthubi Menjelaskan ‘Ismah Para Nabi

2 Mins read

Dalam tradisi Islam, para nabi dikenal sebagai sosok ma‘shum terjaga dari dosa. Namun, menurut Al Qurthubi dalam tafsir klasiknya Al-Jāmi‘ li Aḥkām al-Qur’ān, kemaksuman itu tidak membuat para nabi kehilangan sisi manusiawi. Mereka tetap bisa merasa lapar, marah, sedih, atau melakukan kekeliruan kecil dalam urusan duniawi.

Apa Itu ‘Ismah? Secara sederhana, ‘ismah adalah perlindungan Allah agar para nabi tidak jatuh dalam dosa besar atau tindakan yang merusak misi kerasulan. Al Qurthubi menegaskan bahwa dalam menyampaikan wahyu, nabi tidak mungkin salah atau menyembunyikan ajaran.

Kemudian dalam akhlak, mereka dijaga dari perilaku tercela yang bisa menghilangkan wibawa mereka sebagai teladan. Tapi untuk hal-hal duniawi? Mereka tetap manusia biasa. Kalau ada kekeliruan kecil, Allah langsung meluruskan melalui wahyu.

Rujukan Utama: QS. Al-Ahzab : 33

Ayat ini sering dijadikan pijakan pembahasan Ahlul Bait:

“Sesungguhnya Allah hendak menghilangkan dosa dari kalian, wahai Ahlul Bait, dan menyucikan kalian sesuci-sucinya.”

Saat menafsirkan ayat ini, Al Qurthubi mengulas detail bahasa seperti kata qarna, yang dalam qira’ah berbeda bermakna “tinggallah” atau “tenanglah”. Dari sini terlihat bahwa Al-Qur’an kaya makna dan harus dibaca dengan konteks sosial-budaya masa itu.

Disini Al Qurthubi juga  menjelaskan bahwa ayat ini awalnya ditujukan kepada istri-istri Nabi. Beliau membahas konsep tabarruj (berhias berlebihan) dan bagaimana perilaku perempuan jahiliyah berbeda dengan tuntunan Islam. Pesannya bukan untuk mengekang, melainkan menjaga martabat dan kehormatan.

Kemudian di ayat ini juga menyinggung kasus Aisyah dalam Perang Jamal sering diangkat sebagai “konflik” dengan ayat tersebut. Al Qurthubi dan Ibnu al-‘Arabi menegaskan bahwa langkah Aisyah adalah ijtihad yaitu sebuah upaya tulus mencari maslahat umat. Ijtihad seperti ini tetap dinilai oleh Allah, walaupun hasilnya tidak sempurna.

Baca...  Ironisnya Perilaku Manusia Kini

Siapa Ahlul Bait? Al Qurthubi memaparkan dua pendapat besar yang pertama yakni Ahlul Bait adalah istri-istri Nabi, kemudian Ahlul Bait mencakup keluarga Nabi secara luas: Ali, Fatimah, Hasan, dan Husain. Keduanya memiliki dasar kuat dalam riwayat dan bahasa.

Menurut Al Qurthubi, nabi adalah sosok yang suci dalam risalah, tapi manusia dalam kehidupan. Mereka terlindungi dari dosa besar, namun tetap mengalami dinamika emosional dan keseharian. Pemahaman ‘ismah yang proporsional seperti ini membuat kita melihat para nabi sebagai teladan ilahi yang tetap dekat dan relevan bagi manusia.

Jika dianalisis dari sisi keilmuan, penafsiran Al Qurthubi tergolong valid dan moderat. Ia menggunakan pendekatan bahasa dan konteks sejarah (tafsir bil-ma’tsūr), menimbang riwayat sahih dan struktur linguistik dengan cermat. Dalam hal teologi, ia berada di tengah: menolak pandangan ekstrem yang menafikan kemanusiaan nabi, tetapi juga tidak membuka ruang bagi kesalahan yang mencederai risalah.

Bagi Al Qurthubi, ‘ismah adalah penjagaan agar kebenaran wahyu tetap utuh, bukan jaminan bahwa nabi menjadi makhluk tanpa emosi atau pilihan.

Dengan cara pandang ini, Al Qurthubi menghadirkan figur nabi yang tidak terlampau jauh dari manusia biasa. Nabi bukan dewa yang tak tersentuh, tetapi manusia yang dimuliakan karena ketaatannya yang sempurna.

Mereka menjadi teladan bukan karena tak pernah salah, melainkan karena selalu dibimbing Allah untuk kembali ke jalan benar. Inilah wajah kenabian yang hidup, hangat, dan tetap relevan suci dalam risalah, namun manusia dalam keseharian.

Referensi:

Tafsir Al-Qurthubi, Al-Jāmi‘ li Aḥkām al-Qur’ān, edisi digital dan cetak.

Qs. Al-Ahzab : 33 serta penjelasan para mufassir.

“Al-Qurthubi Bicara tentang Ma’shum Para Nabi: Tafsir dan Makna ‘Ismah”, sumber digital tafsir dan makalah islami, 2020–2025.
“Tafsir Al-Qurthubi: Penjelasan tentang Qs. Al-Ahzab : 33”, database tafsir online, analisis linguistik dan sejarah.

Related posts
KeislamanTokoh

Gerakan dan Pemikiran Ibnu Qudamah

6 Mins read
Kuliahalislam.Ibnu Qudamah merupakan seorang ulama kaum Muslimin. Nama aslinya ialah Muhammad bin Abdullah bin Ahmad bin Muhammad bin Qudamah bin Miqdam bin…
KeislamanTokoh

Mengenal Al-Biruni Ilmuwan Muslim

2 Mins read
Kuliahalislam.Abul Rayhan al-Biruni (Khawarizmi, Turkmenistan, Zulhijah 362/September 973 M-Ghazna, 3 Rajab 448/13 Desember 1048 M). Ia adalah sarjana muslim terkemuka pada masanya,…
KeislamanTokoh

Gerakan Dakwah Sunan Maulana Malik Ibrahim

3 Mins read
Kuliahalislam.Maulana Malik Ibrahim (wafat di Gresik 12 Rabiul Awal 822/08 April 1419 M). Dia merupakan salah seorang dari Wali Songo yang diyakini…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

×
Keislaman

Menerobos Pakem Khawarij: Al-Itfisy dan Takwil atas Ayat Antropomorfisme

Verified by MonsterInsights