KeislamanSejarah

Sejarah Perang Khandaq Di Masa Nabi

6 Mins read

Kuliahalialam.com-Perang Khandaq (Parit) merupakan peperangan antara pasukan Islam dan pasukan sekutu yang terdiri dari kafir Quraisy, Gatafan, dan Yahudi. Pada bulan Syawal tahun 627 Masehi. Pasukan Islam berkekuatan sekitar 3.000 orang di bawah komando Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam dan pasukan sekutu berkekuatan sekitar 10.000 orang di bawah komando Abu Sufyan. Peperangan ini terjadi karena adanya hasutan beberapa orang Yahudi dari Bani Nadir dan Bani Wa’il yang tidak puas terhadap keputusan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam atas penempatan mereka di luar Madinah. Mereka yang berasal dari Bani Nadir adalah Abdullah bin Sallam bin Abi Huqaiq, sedangkan dari Bani Wa’il adalah Huwazah bin Qais dan Abu Ammar.

Perang Khandaq disebut juga dengan Perang Ahzab ( perang gabungan). Kata Ahzab adalah jamak dari Hizb yaitu gabungan atau kelompok maupun partai. Dinamakan Perang Ahzab karena seluruh kabilah Arab dan Yahudi tidak senang kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam yang bersatu dengan kaum muslimin untuk menyerang dan menghancurkan mereka.

Untuk memenuhi hasrad membalas dendam terhadap Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam dan para pengikutnya, orang Yahudi mengatur strategi. Mula-mula mereka mengadakan hubungan diplomasi dengan kabilah Quraisy. mereka mengajukan tawaran bergabung untuk bersama-sama memerangi Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam.

Semula pihak Quraisy ragu-ragu untuk menerima tawaran tersebut karena adanya Bani quraizah (orang Yahudi yang tinggal dalam lingkungan Madinah), salah satu kelompok dari pihak yang menawarkan, bermukim di Madinah dan terikat perjanjian dengan nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam untuk hidup berdampingan dan bersama-sama mempertahankan Madinah.

Untuk menghilangkan keraguan ini, orang-orang Quraisy meminta pendapat pihak Yahudi tentang agama mereka. Pihak Yahudi meyakinkan bahwa agama orang Quraisy lebih baik dari agama  Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam. Mereka juga menanyakan sikap orang-orang Bani Quraizah.

Pihak Yahudi menjamin bahwa Bani Quraizah tinggal di Madinah sekedar mengelabui Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam. Jawaban-jawaban yang diberikan pihak Yahudi cukup meyakinkan pihak Quraisy dan mendorong semangat pihak Quraisy untuk memerangi Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam dan pengikutnya.

Mereka bernafsu hendak membalas dendam atas kekalahan-kekalahan yang diderita oleh pihak Quraisy pada Perang Badr dan juga peperangan sesudahnya. Pihak Quraisy juga bermaksud memerangi Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam Karena nabi Muhammad SAW dianggap telah memporak-porandakan sistem masyarakat dan sistem agama Quraisy.

Setelah berhasil mempengaruhi pihak Quraisy, orang-orang Yahudi kemudian mencari simpati dari kabilah lain serta mengajak mereka untuk membalas dendam terhadap Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam dan kaum muslimin.

Orang Yahudi juga memberitahukan kepada kabilah Gatafan tentang kesepakatan mereka dengan orang-orang Quraisy untuk bersama-sama memerangi kaum muslimin.

Kabilah Gatafan menyambut ajakan orang-orang Yahudi dan bergabung memerangi kaum muslimin dengan harapan mereka akan memperoleh harta rampasan dan hasil dari perkebunan dan pertanian Khaibar, seperti yang dijanjikan orang-orang Yahudi bila mereka dapat memenangkan peperangan ini.

Usaha Huyayy bin Akhtab membuahkan hasil sehingga menghimpun suatu kekuatan yang mencapai 10.000 orang. Pasukan ini dipimpin oleh Abu Sufyan. Berita keberangkatan mereka terdengar oleh Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam dan kaum muslimin.

Kaum muslimin menunggu perintah, bertahan di dalam Madinah atau keluar menyongsong pasukan sekutu. Kekuatan kaum muslimin hanya ada pada keyakinan mempertahankan aqidah, menjaga kehormatan dan wibawa di hadapan orang-orang Quraisy dan kabilah-kabilah lainnya serta orang-orang Yahudi. Jumlah kedua pasukan tidak seimbang. Bagi kaum muslimin, menyongsong pasukan sekutu adalah tindakan yang terlalu besar risikonya.

Sedangkan untuk bertahan pun tidak cukup untuk membendung kekuatan pasukan sekutu. Untuk menghadapi keadaan yang demikian maka dibutuhkan strategi yang sangat jitu. Salah seorang sahabat nabi yaitu Salman Al Farisi punya banyak pengalaman dan mengetahui seluk-beluk peperangan yang belum pernah dikenal di daerah Arab. Ia kemudian mengusulkan supaya membuat pertahanan dengan sistem pertahanan Khandaq (parit). Ia menyarankan agar kaum muslimin menggali pahit di perbatasan kota Madinah.

Dengan demikian, gerakan pasukan musuh akan terhambat oleh parit tersebut. Usul tersebut disetujui oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Mereka pun segera membuat pahit yang sangat besar dan dalam di sekitar kota Madinah. Penggalian parit ini dipimpin langsung oleh Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam.

Berkat kerja keras kaum muslimin dan turun tangan Nabi Muhammad SAW pembuatan parit tersebut dapat diselesaikan dalam waktu 6 hari. Di samping pembuatan parit, pertahanan di dalam kota juga diperkuat.

Tak kala pasukan sekutu sampai di Madinah mereka terheran-heran karena mereka belum mengenal sistem pertahanan tersebut. Pasukan sekutu membagi kekuatan mereka menjadi tiga kekuatan besar. Satu kekuatan di bawah pimpinan Ibnu A’war as-salami akan menyerang dari arah atas lembah.

Satu kekuatan lagi di bawah pimpinan Uyainah bin Hisn akan menyerang dari arah samping. Dan satu kekuatan lagi dipimpin oleh Abu Sufyan akan menghadapi kaum muslimin di bagian parit.

Di dalam kubu pasukan Islam, orang-orang yang kuat iman dan tabah serta setia kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam tetap bertahan bersama Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam yang hampir satu bulan di kepung pasukan sekutu. Namun belum ada kontak perang antara kedua pasukan itu kecuali saling melempar panah dan perang tanding. Beberapa Kesatria orang-orang kafir Quraisy menyeberangi parit dan menantang perang tanding diantaranya adalah Ikrimah bin Abu Jahal dan Dirar bin Khattab. Mereka disambut oleh kaum muslimin yang dipimpin oleh Ali bin Abi Thalib.

Ali Bin Abi Thalib menyudahi perang tanding dengan membunuh Amr bin Abdul Wudd dan kesatria kafir Quraisy lainnya. Dalam keadaan yang gawat seperti ini, kesulitan kaum muslimin masih bertambah lagi karena Bani Quraizah atas dorongan Huyayy bin Akhtab membelok dan membatalkan perjanjiannya dengan kaum muslimin secara sepihak dan bergabung dengan pasukan sekutu.

Dengan berpihaknya Bani Quraizah pada pasukan sekutu, suplai logistik bagi kaum muslimin akan terhambat dan hal ini memudahkan sekutu memasuki kota Madinah. Keadaan ini tentu mengagetkan kaum muslim dan membuat mereka terguncang hebat. Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam berusaha menenangkan dan membangkitkan semangat kaum muslimin dan mengatakan bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan menolong mereka sehingga mereka akan memperoleh kemenangan.

Dengan demikian, kegelisahan dan kecemasan umat Islam berkurang. Menurut riwayat Abdullah bin Auf, Rasulullah Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam berdoa kepada Allah : ” ya Allah, Tuhan yang menurunkan wahyu yang maha cepat menuntut perhitungan, kalahkanlah pasukan Ahzab, kalahkanlah mereka dan menangkanlah kami atas mereka”, (H.R Bukhari dan Muslim).

Sementara pasukan sekutu mengobarkan api permusuhan terhadap kaum muslimin, seseorang dari kabilah Gatafan bernama Nu’man bin Mu’az datang menghadap Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam dan menyatakan bahwa dia telah masuk Islam tanpa diketahui oleh kawan-kawannya dan meminta agar diberi tugas. Maka Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam mengutusnya untuk menemui pihak-pihak yang tergabung dalam pasukan sekutu dengan tugas menurunkan semangat mereka.

Nu’man berangkat dan menemui Bani Quraizhah. Kepada Bani Quraizah, Nu’man menyarankan agama meminta jaminan pihak Quraisy dan pihak Gatafan bahwa mereka tidak akan tinggal sendirian menghadapi kaum muslimin. Bentuk jaminannya, yakni mereka diminta untuk menyerahkan beberapa orang pemimpin sebagai bukti. Kemudian Nu’man juga datang kepada pihak Quraisy dan pihak Gafatan.

Kepada kedua kabilah ini, Nu’man mengatakan bahwa sesungguhnya Bani Quraizah merasa menyesal atas perbuatan melanggar perjanjian. Kemudian, Bani Quraizah dengan alasan jaminan tersebut bermaksud hendak meminta pada pihak Quraisy dan pihak Gatafan menyerahkan para pemimpin mereka sebagai sandera.

Untuk selanjutnya Bani Quraizah akan menyerahkan sandera tersebut kepada kaum muslimin sebagai upaya untuk memperbaiki kembali hubungan Bani Quraizah dengan kaum muslimin. Selanjutnya Abu Sufyan mengutus Ikrimah Bin Abu Jahal beserta beberapa orang Quraisy dan Gatafan pada malam
sabtu tanggal 5 syawal dengan pesan bahwa besok sabtu harus memulai penyerangan terhadap kaum muslimin.

Utusan itu pulang membawa jawaban bahwa hari sabtu orang-Yahudi tidak bekerja apapun. Abu Sufyan marah mendengar jawaban itu apalagi Bani Quraizah juga meminta jaminan berupa beberapa orang pemimpin sebagai syarat melakukan perang bersama menghadapi kaum muslimin.

Abu Sufyan membenarkan perkataan Nu’man dan bersumpah tidak akan pernah mengirimkan pemimpin-pemimpin kepada Bani Quraizah. Kalau mereka bernafsu memerangi Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam maka disuruh berperang sendiri. Pihak Bani Quraizah pun membenarkan ucapan Nu’man, Apalagi setelah mendengar sumpah Abu Sufyan itu.

Pada saat terjadi perpecahan di antara pasukan sekutu tersebut sehingga terjadi saling tidak percaya di antara mereka, maka pada satu malam Allah mengirimkan angin topan yang bertiup kencang yang memporak-porandakan perkemahan pasukan Ahzab. Angin topan itu disertai dengan hujan deras dan bunyi petir. Melihat itu pasukan Ahzab ketakutan. Mereka khawatir jangan-jangan kaum muslimin menyerang pada saat yang sangat kritis itu.

Oleh karena itu, Abu Sufyan segera memerintahkan kaum Quraisy untuk kembali ke Mekah dan kemudian disusul oleh kabilah Gatafan dan kelompok-kelompok lainnya. Melihat kenyataan ini kaum muslimin bersyukur kepada Allah atas pertolongan yang diberikan kepada mereka.

Walaupun suku Quraisy dan Gatafan sudah pergi, persoalan Bani Quraizah belumlah selesai disini. Apabila masalah Bani Quraizah tidak diselesaikan secara tuntas, sewaktu-waktu akan muncul kembali di tengah-tengah kaum muslimin. Oleh sebab itu Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam memerintahkan supaya diadakan pengempungan terhadap Bani Quraizah.

Pengepungan tersebut berlangsung selama 25 hari. Ketika dirasa tidak akan mampu bertahan lama, pemimpin Bani Quraizah, yaitu Ka’ab bin Asad, mengemukakan masalah yang sedang dihadapi pada kaumnya. Dia mengusulkan tiga hal pada kaumnya. Pertama, menyerah dan mengikuti agama Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam. Kedua, membunuh kaum wanita dan anak-anak kemudian berperang melawan Rasulullah. Ketika, tunduk pada keputusan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam.

Orang-orang Yahudi termasuk Bani Quraizah menetapkan pilihan yang ketiga dengan pertimbangan saudara-saudara dari suku Aus diharapkan akan membantu Bani Quraizah seperti saudara dari suku Khazraj telah membantu Bani Nadir. Juga diharapkan nasib Bani Quraizah tidak akan lebih buruk dari Bani Nadir.

Untuk menangani persoalan Bani Quraizha ini, Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam mempercayakan kepada Sa’ad bin Mu’az. Sa’ad memerintahkan Bani Quraizah untuk meletakkan senjata dan keluar dari benteng. Bani Quraizah melaksanakan perintah tersebut. Kemudian Sa’ad memberi keputusan bahwa mereka yang terlibat dalam kejahatan perang dijatuhi hukuman mati. Kaum wanita dan anak-anak ditawan dan harta benda dibagikan kepada kaum muslimin. Keputusan Sa’ad bin Mu’az itu disetujui oleh Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam.

Dengan diselesaikannya pemboikatan Bani Quraizah, posisi umat Islam di Madinah semakin kokoh. Wibawa Islam semakin besar dan disegani oleh orang-orang Yahudi maupun kabilah-kabilah Arab. Keadaan ini memberi kesempatan kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam untuk memikirkan langkah-langkah persatuan dan menanamkan prinsip-prinsip perdamaian seperti terlihat dalam perjanjian Hudaibiyah.

77 posts

About author
Redaktur Kuliah Al Islam
Articles
Related posts
Keislaman

Kedudukan Akal Dalam Pemikiran Islam

5 Mins read
Kuliahalislam-Akal merupakan daya berpikir yang ada dalam diri manusia dan merupakan salah satu daya dari jiwa serta mengandung arti berpikir, memahami dan…
Sejarah

Mengenal Dinasti Mahmud Gaznawi

2 Mins read
Kuliahalislam- Mahmud Gaznawi lahir di Gazna, 02 November 971 dan wafat di Gazna 30 April 1030 Masehi. Dia adalah Sultan ke-3 Dinasti…
KeislamanTokoh

Sunan Kalijaga Mengislamkan Jawa Dengan Seni

5 Mins read
Kuliahalislam- Sunan Kalijaga merupakan seorang wali dari suku Jawa asli. Nama aslinya adalah Raden Mas Syahid (R.M Syahid), putra dari Ki Tumenggung…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights