Penulis: M. Hafiz Anshori*
Tsabit bin Qurrah memiliki nama lengkap Abu Al-Hasan bin Marwan Tsabit bin Qurrah Al-Harrani. Ia lahir di Harran (Turki) pada 836 M dan meninggal di Irak, Bagdad pada 901 M. Ia lahir dari keluarga terpandang, Ash-Shahihah, yang terkenal memiliki tingkat intelektual tinggi masa itu.
Sejak kecil, ia telah memperlihatkan kecerdasan yang membuatnya dijauhi kelompoknya. Perselisihan tentang beberapa masalah ini kemudian mengakibatkan Tsabit bin Qurrah tak dianggap lagi dari bagian kelompok. Bahkan, ia dilarang mendatangi majlis kelompoknya.
Dalam pandangan Khawarizmi, Tsabit bin Qurrah memiliki kemauan mental dan intelektual yang luar biasa. Akhirnya, Al-Khawarizmi mengajak Tsabit bin Qurrah ke Baghdad.
Setelah belajar di Baghdad, Tsabit bin Qurrah menjadi pengajar di sekolah Musa bin Syakir. Ia pun kerap mendapat pujian atas keilmuannya yang luar biasa. Kecerdasan Tsabit bin Qurrah terdengar oleh Dinasti Abbasiyah. Ia kemudian dipanggil oleh Khalifah Al-Mu’tadh yang kala itu memimpin Abbasiyah, guna turut serta membangun peradaban Islam.
Kontribusi besar Thabit terletak dalam matematika dan astronomi. Tsabit merupakan salah satu penerus karya al-Khawarizmi. Beberapa karyanya diterjemahkan dalam bahasa Arab dan Latin, khususnya karya tentang Kerucut Apollonius.
Dia berperan penting dalam memperluas konsep tradisional geometri menjadi aljabar geometri dan beberapa teori yang di usulkannya menyebabkan perkembangan geometri non-Euclidean, spherical trigonometri, kalkulus integral dan bilangan real.
Dia mengkritik sejumlah elemen teorema Euclid dan perbaikan penting yang diusulkan. Ia menerapkan beberapa aspek aritmatika terminologi kebesaran geometri, dan belajar dari bagian kerucut, khususnya parabola dan elips. Sejumlah perhitungannya bertujuan untuk menentukan permukaan dan volume dari berbagai jenis tubuh dan merupakan proses kalkulus integral, sebagaimana yang dikembangkan kemudian.
Buku Elements karya Euclides merupakan sebuah titik awal dalam kajian ilmu geometri. Sebagaimana yang dilakukan para ilmuwan muslim lain, Tsabit bin Qurrah pun tidak mau ketinggalan mengembangkan teori tersebut. Ia mulai mempelajari dan mendalami masalah bilangan irasional.
Dengan metode geometri, ia ternyata mampu memecahkan soal khusus persamaan pangkat tiga. Sejumlah persamaan geometri yang dikembangkan Tsabit bin Qurrah mendapat perhatian dari sejumlah ilmuwan muslim, terutama para ahli matematika.
Salah satu ilmuwan tersebut adalah Abu Ja’far al-Khazin, seorang ahli yang sanggup menyelesaikan beberapa soal perhitungan dengan menggunakan bagian dari kerucut. Para ahli matematika menganggap penyelesaian yang dibuat Tsabit bin Qurrah sangat kreatif. Tentu saja, hal tersebut disebabkan Tsabit bin Qurrah sangat menguasai semua buku karya ilmuwan asing yang pernah diterjemahkannya.
Karya orisinal Archimedes yang diterjemahkannya berupa manuskrip berbahasa Arab, yang ditemukan di Kairo. Setelah diterjemahkan, karya tersebut kemudian diterbitkan di Eropa. Pada tahun 1929, karya tersebut diterjemahkan lagi dalam bahasa Jerman.
Adapun karya Euclides yang diterjemahkannya berjudul On the Promises of Euclid, on the Propositions of Euclid dan sebuah buku tentang sejumlah Teori dan pertanyaan yang muncul jika dua buah garis lurus dipotong oleh garis ketiga. Hal tersebut merupakan salah satu bukti dari pernyataan Euclides yang terkenal di dunia ilmu pengetahuan. Selain itu, Tsabit juga pernah menerjemahkan sebuah buku geometri yang berjudul Introduction to the Book of Euclid.
Tsabit bin Qurrah juga pernah menulis sejumlah persamaan pangkat dua (kuadrat), persamaan pangkat tiga (kubik), dan beberapa pendalaman rumus untuk mengantisipasi perkembangan kalkulus integral. Selain itu, ia melakukan sejumlah kajian mengenai parabola, sebelum kemudian mengembangkannya. Dalam bukunya yang berjudul Quadrature of Parabola, ia menggunakan bentuk hitungan integral untuk mengetahui sebuah bidang dari parabola.
Selain mahir matematika, Tsabit juga ahli astronomi. Ia pernah bekerja di Pusat Penelitian Astronomi yang didirikan oleh Khalifah al-Ma’mun di Baghdad. Selama bekerja di sana, Tsabit meneliti gerakan sejumlah bintang yang disebut Hizzatul I’tidalain, yang ternyata mempengaruhi terjadinya gelombang bumi setiap 26 tahun sekali.
Sejak 5000 tahun yang lalu, para ahli perbintangan Mesir telah menemukan sebuah bintang yang bergerak mendekati Kutub Utara, yang disebut Alfa al-Tanin. Pada tahun 2100 nanti, bintang tersebut akan menjauhi Kutub Utara. Pada tahun 14000, akan muncul kembali sebuah bintang utara yang bernama an-Nasr. Bintang tersebut adalah bintang utara yang paling terang.
Tsabit juga memimpin sebuah penelitian pada masa pemerintahan Khalifah al-Rasyid. Tsabit mengukur luas bumi dengan menggunakan garis bujur dan garis lintang secara teliti.
Penemuan Tsabit tersebut memberikan inspirasi pada para pelaut, seperti Colombus, untuk melakukan pelayaran keliling dunia yang dimulai dari Laut Atlantik. Berkat penemuan tersebut, para pelaut bisa memastikan kalau mereka tidak akan tersesat dan kembali ke tempat semula, yaitu Laut Atlantik.
Ibnu Qurra juga dikenal sebagai pendiri statistika, ia memeriksa kondisi keseimbangan tubuh, balok dan tuas. Dua karya Ibnu Qurra tentang statistika, Kitāb fi Sifat al-Wazn wa-Ikhtilāfihi (Tentang Sifat-sifat Berat dan Nonequilibrium) dan Kitāb fī al-Qarastūn (Tentang Keseimbangan), dikhususkan untuk masalah-masalah praktis dan teoritis. mekanika.
Namun di Kitāb fī al-Qarastūn Thābit menyajikan teori sistematis tentang pelat baja dengan bukti geometris. Topik utama risalah ini adalah penentuan berat yang harus diterapkan pada ujung balok homogen untuk menjaga keseimbangannya.
Studi terkini membuktikan bahwa Kitāb fī al-Qarastūn yang merupakan karangan Ibnu Qurra, dilanjutkan dan dikembangkan dalam tradisi Latin Scientia de Ponderibus.
*) Mahasiswa Universitas Kahuripan Kediri
Editor: Adis Setiawan