Artikel

Raja Ali Haji Sastrawaan Malayu Yang Memelihara Nilai Keislaman

5 Mins read

Sumber Gambar TebuIreng Online

KULIAHALISLAM.COM – Raja Ali Haji lahir di Pulau Penyengat, Riau tahun
1809 M dan wafat tahun 1870 M. Ia merupakan ulama dan sastrawan Melayu
terkemuka abad ke-19 M. Ayahnya bernama Raja Ahmad I (lahir tahun 1773) sedangkan
kekeknya bernama Haji (wafat tahun 1784).

 Kakeknya
merupakan Ulama dan pahlawan Bugis terkenal yang pernah menjabat sebagai Yamtuan
Muda
(Yang dipertuan muda, Perdana Menteri) keempat Kesultanan Johor-Riau.
Raja Ali Haji berasal dari keturunan Bugis yang menempati Pulau Penyengat,
tidak jauh dari Tanjung Pinang di Pulau Bintan. Mereka amat bangga dengan asal
usul dan hubungan kekerabatan mereka.

Walaupun demikian, mereka tetap merasa sebagai bagian
integral dari masyarakat Melayu- Riau. Kehadiran etnik Bugis di kawasan ini
terjadi pada pertengahan abad ke-18 Masehi ketika terjadi perebutan kekuasaan
antara para pewaris Kesultanan Johor setelah Sultan Mahmud Syah II mati
terbunuh tahun 1699 Masehi.

Putra Sultan Mahmud Syah II dan menantu Sultan Abdul
Jalil Riayat Syah II dukungan masyarakat Minangkabau berhasil menurunkan Sultan
Abdul Jalil Riayat Syah IV (memerintah 1699-1718 M) dari tahtanya pada tahun
1718 dan menyatakan dirinya sebagai pewaris yang sah Kesultanan Johor.

Dia bergabung melawan Raja Sulaiman yang merupakan
Putra Sultan Abdul Jalil Riayat Syah IV dari dinasti baru dibantu oleh orang
Bugis. Aliansi Bugis dan Melayu ini membantu Raja Sulaiman menaiki Tahta hingga
berhasil menguasai Kesultanan Johor.

Sebagai imbalannya, Raja Sulaiman memberi jabatan Yam
tuan muda kepada orang Bugis. Jabatan ini tidak dapat diwarisi
secara turun-temurun. Raja haji adalah Yamtuan muda yang keempat. Semasa
hidupnya Raja Haji berhasil menjadikan Kesultanan Johor-Riau menjadi pusat
perdagangan dan budaya yang penting. Ia wafat dalam pertempuran melawan
kolonial Belanda pada tahun 1784 M.

Raja Haji meninggalkan dua putra yang terkenal dalam
sejarah yaitu Raja Ahmad dan Raja Ja’far. Raja Ahmad adalah Ayah Raja Ali Haji
dan Raja Ja’far adalah Yang tuan muda yang memerintah pada tahun 1806 sampai
1831 Masehi. Raja Ahmad adalah Pangeran pertama dari Riau yang naik haji. Pada
tahun 1823, Ia memimpin misi perdagangan dan penelitian ke Batavia (sekarang
Jakarta).

Baca...  Pancasila Tanpa Agama Mati

Ia menaruh minat besar pada sejarah. Salah satu karya
tulisnya berjudul “Syair Perang Johor” yang menguraikan tentang perang
antara Kesultanan Johor dan kesultanan Aceh pada abad ke-17 Masehi. Ia juga
dipandang sebagai orang pertama yang menyusun sebuah epos yang melukiskan
sejarah orang Bugis di daerah Melayu dan hubungannya dengan raja-raja Melayu.

Kesadaran historis dan bakat menulis yang besar pada
diri Raja Ahmad menitis kepada putranya yang bernama Raja Ali Haji. Sejak muda
Raja Ali Haji sering menyertai ayahnya dalam berbagai ekspedisi termasuk misi
ke Batavia perjalanan dagang dan menunaikan ibadah haji ke Mekah.

Karena sejak kecil sering menyertai ayahnya, Raja Ali
Haji tumbuh menjadi seorang pemuda yang memiliki wawasan serta pengalaman yang
sangat luas. Sebelum usia 20 tahun, Raja Ali Haji telah diserahi tugas
kenegaraan yang penting. Kemudian pada usia 32 tahun, Raja Ali Haji bersama
saudara sepupunya yaitu Raja Ali bin Raja Jafar dipercayai memerintah wilayah
Lingga, mewakili Sultan Mahmud Muzaffar Syah (memerintah 1841-1857 M) yang
ketika itu masih belia.

Sejak usia muda Raja Ali Haji telah dikenal sebagai
ulama yang sering diminta fatwanya oleh para kerabat kerajaan. Ia juga aktif
membimbing guru-guru agama di Riau. Ketika Saudara sepupunya yaitu Raja Ali bin
Raja Ja’far dikukuhkan sebagai Yam tuan muda pada tahun 1845 Raja Ali Haji
diangkat menjadi penasihat keagamaan negara.

Dalam bidang intelektual, kontribusi Raja Ali Haji
terbukti dari sejumlah karyanya yang menyangkut masalah agama, sastra, politik,
sejarah, filsafat dan hukum. Raja Ali Haji memang bukan satu-satunya
intelektual pada masanya tetapi di kalangan teman-temannya Ia memiliki prestisi
yang tinggi. Khususnya di bidang karya sastra, karyanya yang berjudul Hikayat
Abdul Muluk
” dipandang sebagai karya sastrawan Riau yang pertama kali
diterbitkan yaitu pada tahun 1846.

Ciri khas karya-karya Raja Ali Haji ialah di samping
berakar pada tradisi kesusastraan Islam dan Melayu juga terletak pada
kesungguhannya untuk menyajikan sejarah pada masa lalu, sejalan dengan tuntunan
kondisi masanya.

Raja Ali Haji memiliki karya tulis yang pertama di
bidang kenegaraan berjudul “ Intizam Waza’if (Peraturan Sistematis Tentang
Tugas-Tugas Raja). Buku ini ditulis dalam rangka memperingati wafatnya Yamtuan
Muda
Raja Ali bin Raja Ja’far pada tahun 1857 yang isinya ditujukan khusus
kepada para pejabat Kesultanan Riau.

Baca...  Budaya Moderasi Cerminan IMM Jawa Tengah Berkebudayaan

Pada tahun 1859 lahir karyany yang berjudul “Samarat
al-Muhimmah Difayah li al-Umara wa al-Kubara wa li Ahl al-Mahkamah
(Pahala
dari Tugas-Tugas Keagamaan Bagi Para Pemimpin, Pembesar, dan Para Hakim)”.

Dalam bukunya ini, Raja Ali Haji dengan tegas
mengatakan bahwa seorang raja yang melalaikan tugas-tugasnya dan mendurhakai
Tuhannya tidak dapat diterima lagi sebagai penguasa lagi sedangkan jabatannya
akan diberikan kepada orang lain yang lebih tepat.

Di beberapa tempat dalam buku ini yang menyebut kitab Ihya
Ulum ad-Din
sehingga terkesan ia sangat mengagumi Imam Al- Ghazali. Pengaruh
Imam Al Ghazali dalam buku ini terlihat dari pendapat Raja Ali Haji mengenai
konsep ideal seorang raja. Menurut Raja Ali Haji, Raja yang baik pantang
terhadap hal-hal ke duniawian dan kemungkaran seperti judi dan sabung ayam.

Raja yang baik mencurahkan perhatiannya kepada
pembangunan masjid, asrama dan sarana-sarana umum bagi kesejahteraan
masyarakatnya. Sebaliknya raja yang jelek adalah raja yang memiliki sikap
congkak, dengki, serakah, tidak memperhatikan soal-soal administrasi, penipu,
memiliki rasa humor, bersikap menghambat serta tidak memperhatikan para ulama
dan tidak memperhatikan sarana pendidikan.

Karya tulis raja Ali Haji yang dipandang monumental
setelah Samarat al-Muhimmah adalah kitab Tuhfah an-Nafis (Hadiah
yang Berharga) diselesaikan pada tahun pada tahun 1860 M. Kalian Ali Haji ini
tampak pertama kali ditulis oleh Raja Ahmad kemudian dilengkapi dan disunting
oleh Raja Ali Haji.

Buku ini menjelaskan tentang sejarah Kerajaan
Johor-Riau sejak cikal bakalnya di Palembang sampai dengan berdirinya di
Singapura. Pemikiran politik Raja Ali Haji banyak mengacu pada pemikiran ulama
zaman klasik seperti Imam Al-Ghazali, Ibnu Taimiyah dan Abu al Hasan Ali bin
Muhammad Habib al-Mawardi.

Isi  penting
buku ini menjelaskan bahwa di bawah pemerintahan raja yang baik negara menjadi
sejahtera. Sebelum Tuhfah an-Nafis muncul karyanya berjudul Silsilah
Melayu dan Bugis
(1859 M). Buku ini menjelaskan pengalaman lima orang Bugis
bersaudara yang merupakan leluhur Pangeran Penyengat abad ke-19 Masehi.

Baca...  Tokoh-Tokoh Sufi di Aceh

Kedua karya tersbut merupakan sumber sejarah yang
sangat penting bagi sejarah Sumatra, Kalimantan, dan Semenanjung Malaya serta
memuat deskripsi peristiwa penting selama hampir dua abad.

Karya tulis lainnya yang penting adalah dua buah buku
berjudul Bustan al-Katibin li as-Sibyan al Muta’allimin (Taman Para
Penulis dan Pencari Ilmu” dicetak tahun 1875 dan buku Kitab Pengetahuan
Bahasa
. Buku yang kedua ini tidak selesai ditulis karena ia wafat.

 Dalam kedua kitab
ini Raja Ali Haji menekankan bahwa satu-satunya jalan untuk mengatasi hawa
nafsu dan mencegah terjadinya konflik dalam masyarakat adalah taat pada hukum
Allah yang diwariskan dalam Al-Qur’an. Selain itu setiap individu harus menjaga
nama baik ilmu dan akalnya.

Pesan-pesan etik yang disampaikannya disertai dengan
lukisan peristiwa-peristiwa nyata yang terjadi dimasanya. Dengan demikian buku
itu bukan hanya berisikan ajaran akhlak tetapi juga sejarah yang berkualitas.

 Karya Raja Ali Haji lainnya adalah Gurindam Dua Belas (1847), Siti
Sianah
, Suluh Pegawai, Taman Permata, dan Sinar Gembala Mustika
Alam
. Pasal pertama dan kedua dari syair Gurindam Dua
Belas
:

Barang siapa tidak memegang agama, sekali-kali
tidak boleh dibilang nama. Barang siapa mengenal yang empat Maka itulah yang
makrifat”

Barang siapa mengenal Allah, suruh dan
tegaknya tiada ia menyalah. Barang siapa mengenal diri maka telah mengenal akan
Tuhan yang bahari

Barang siapa yang mengenal dunia, tahulah
ia barang terperdaya. Barang siapa mengenal akhirat tahulah ia dunia mudarat.

Barang siapa mengenal yang tersebut,
tahulah ia makna takut. Barang siapa meninggalkan sembahyang seperti rumah
tiada bertiang.

Barang siapa meninggalkan puasa dia adalah
mendapat dua termasya. Barang siapa meninggalkan zakat, tiada hartanya beroleh
berkat”.

 Melalui karya-karya tulisnya tampak bahwa Raja Ali
Haji lebih dari seorang sastrawan dalam arti sempit. Ia seorang Ulama dan
teolog yang memiliki komitmen dalam memelihara cita-cita serta nilai-nilai
keislaman dengan rasa tanggung jawab yang mendalam terhadap masyarakatnya.

 Untuk
melestarikan karya tulisnya pada tahun 1890, sanak saudaranya mendirikan
perkumpulan “Rusydiah Club” yang bergerak dalam pembinaan masyarakat
Islam dan penerbitan buku-buku serta karangan yang bersifat Islami.

Ensiklopedia Islam

2369 posts

About author
KULIAHALISLAM.COM merupakan media berbasis online (paltform digital) yang menyebarkan topik-topik tentang wawasan agama Islam, umat Islam, dinamika dunia Islam era kontemporer. Maupun membahas tentang keluarga, tokoh-tokoh agama dan dunia, dinamika masyarakat Indonesia dan warga kemanusiaan universal.
Articles
Related posts
Artikel

UMKM Jasa Katering Aqiqah: Solusi Praktis untuk Ibadah Aqiqah

2 Mins read
Layanan Katering Aqiqah Semakin Populer Menyambut kelahiran buah hati dengan aqiqah menjadi salah satu bentuk ibadah yang dianjurkan dalam Islam. Kini, banyak…
Artikel

Daftar HP Suport NFC 2024: Pilihan Terbaik untuk Kemudahan Transaksi Digital

2 Mins read
NFC (Near Field Communication) semakin menjadi fitur yang wajib ada di smartphone modern. Teknologi ini memungkinkan pengguna untuk melakukan berbagai aktivitas tanpa…
Artikel

Kenapa Jasa Anti Rayap Diperlukan?

2 Mins read
  Kami Pest Control Indonesia dengan Brand UniPest menawarkan layanan jasa anti rayap untuk melindungi bangunan dari serangan rayap. Rayap merupakan hama yang dapat…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights