Esai

Puasa tapi Tambah Penyakit ?

5 Mins read
KULIAHALISLAM.COM – Beberapa tulisan tentang autofagi yang beredar, baik itu yang ada di Indonesia maupun yang berasal dari luar negeri selalu menekankan pentingnya puasa dalam pemicu autofagi. Bahkan beberapa dengan tegas menolak pemicuan bukan dengan puasa. Puasa yang disyaratkan juga minimal 16 jam. Benarkah? 

Ilustrasi Puasa tapi kok tambah penyakit ? (Sumber gambar : Klik Dokter)

Puasa memang bisa memicu mekanisme autofagi, tapi bukan satu-satunya. Mengapa puasa penting? Karena berhubungan dengan fungsi metabolisme glukosa. Mengapa glukosa? Karena menu manusia modern selalu mengandung glukosa. Lalu apakah manusia jaman dulu tidak mengkonsumsi glukosa? Iya. 

Glukosa Muncul saat Manusia Mengenal Bertani

Bukti peradaban menunjukkan bahwa manusia pada awalnya tidak mengkonsumsi glukosa. Glukosa muncul mulai muncul saat manusia mulai mengenal tehnik bertani. Mengapa manusia merubah kebiasaan dari pemburu dan pengumpul hasil hutan menjadi petani pengolah tanah masih menjadi misteri hingga saat ini. 

Kebudayaan bertani bahkan merubah kebiasaan dari bangsa pengembara menjadi penetap. Keputusan untuk menetap di suatu tempat inilah yang diakui sebagai cikal bakal berkembangnya sebuah peradaban. 

Sayang disamping kemajuan peradaban, dampak negatif dari peradaban juga mulai muncul. Kesejahteraan yang diraih menumbuhkan rasa tidak puas dan haus akan kekuasaan. Perselisihan antar bangsa sering terjadi bukan karena rasa kekurangan atau perebutan sumber daya. Tapi lebih kepada upaya menunjukkan eksistensi sebagai sebuah bangsa yang lebih unggul dari bangsa lain. 

Menurut Dawkins, hal tersebut didorong oleh gen egois yang berupaya memperlihatkan eksistensinya. Dorongan gen egois juga mendorong manusia berbudaya dan mengembangkan etika altruisme. Altruisme adalah akar budaya pengorbanan diri sendiri untuk kepentingan lain yang lebih luas dan lebih besar. 

Dalam genetika, altruisme sering dicontohkan pada perilaku belalang sembah. Pada belalang sembah, si jantan akan mengorbankan dirinya untuk menjadi santapan si betina segera setelah mereka melakukan perkawinan. Hal ini akan menyediakan cukup energi bagi si betina untuk aktivitas bertelur. 

Pemicu Autofagi bukan Hanya Puasa 

Kembali pada autofagi. Autofagi adalah regenerasi sel. Mekanisme autofagi bergantung pada keseimbangan biokimia yang ada di dalam tubuh. Hampir semua proses dalam tubuh kebanyakan berlangsung secara kimiawi dan sedikit secara mekanik. Hal ini yang membedakan dengan mesin buatan manusia. Sayangnya justru kebanyakan kita berasumsi sebalik. 

Untuk memicu terjadinya mekanisme autofagi, maka sel harus berada dalam kondisi kekurangan energi. Kondisi kekurangan energi ini memicu tindakan efisiensi dengan mencerna organel yang fungsinya berkurang akibat kurangnya asupan glukosa. Organel yang paling banyak dicerna tersebut adalah mitokondria. Mitokondria bertugas merubah glukosa menjadi energi. Kekurangan glukosa membuat keberadaan mitokondria jadi tidak efektif. 

Kondisi kekurangan glukosa pada sel bukan karena kurangnya asupan glukosa tapi karena ketiadaan insulin. Insulin yang memungkinkan glukosa masuk ke dalam sel dan dipergunakan utk metabolisme energi. Artinya, bisa saja meski sel kekurangan glukosa, tapi kadar glukosa darah justru tinggi. Inilah yang memicu tubuh mengkompensasi kelebihan glukosa dalam darah dengan mekanisme ekskresi melalui saluran urine. 

Lalu bagaimana puasa memberikan manfaat pada autofagi? Yang terpenting pada puasa adalah penghentian asupan glukosa. Dengan tidak adanya asupan glukosa, maka pankreas tidak akan melepaskan insulin. Jadi asupan sumber makanan lain yang tidak memicu pelepasan insulin boleh diberikan. Begitu juga puasa tidak akan memberikan manfaat optimal jika pada saat berbuka kita mengkonsumsi makanan tinggi glukosa atau jenis lain yang memicu pelepasan insulin. 

Pelepasan insulin akan membuat glukosa kembali masuk ke dalam sel hingga mekanisme autofagi segera dihentikan. Mengapa? Karena mitokondria akan kembali dibutuhkan untuk merubah glukosa menjadi energi. Celakanya, jika proses autofagi masih berlangsung, dan glukosa sudah masuk ke dalam sel, maka glukosa akan dirubah mjd cadangan energi, baik itu lemak atau glikogen. Hal itu yang jadi alasan mengapa pada beberapa orang justru berat badannya bertambah setelah berpuasa. 

Jadi, kembali saya tekankan bijak dalam berpuasa. Jika cara puasa anda keliru, bukan kesehatan yang diperoleh malah muncul penyakit lain akibat timbunan glukosa. 

Peradaban Mengkonsumsi Glukosa

Di atas disebutkan bahwa konsumsi glukosa bukan kebudayaan asli manusia. Pada awalnya manusia tidak pernah mengkonsumsi glukosa. Buah hutan yang manis, madu, nira dan cairan alam memberikan rasa manis bukan karena kandungan glukosa, melainkan fosfor. 

Konsumsi glukosa menandai sebuah peradaban baru manusia. Jika pada budaya berburu manusia akan mengkonsumsi makanan saat mereka lapar dan tidak pernah menyimpan cadangan makanan karena berlimpahnya sumber daya alam. Maka hasil berlebih yang diperoleh manusia dari budaya bertani membuat kebiasaan baru menyimpan cadangan makanan. 

Hal ini juga menjadi suatu hal yang mengherankan. Karena sebelumnya manusia justru tidak pernah menyimpan cadangan makanan namun dari temuan arkeologi tidak pernah ditemukan bukti adanya bencana kelaparan yang diderita manusia pemburu. Mereka lebih punya kemampuan untuk menahan lapar, bahkan hingga berhari-hari. 

Sebaliknya, pada budaya pertanian kekeringan adalah hal yang paling ditakutkan. Cerita tentang kondisi paceklik atau kekurangan pangan justru sering terjadi. Kemampuan manusia menahan lapar berkurang. Bahkan kelaparan dapat mengakibatkan kematian. Mengapa? 

Pada manusia pemburu yang bebas konsumsi glukosa, mekanisme autofagi terjadi secara alami. Sedangkan pada manusia petani kemampuan mekanisme autofagi berkurang bahkan hilang seiring dengan semakin tinggi dan luasnya sumber makanan berglukosa tinggi. 

Kemampuan mekanisme autofagi yang rendah juga ternyata berpengaruh terhadap perilaku agresif bangsa-bangsa. Usia dan kualitas kesehatan yang menurun memunculkan rasa tidak aman dalam diri manusia. Manusia saling berebut sumber daya alam untuk mempertahankan hidupnya. Anggapan semakin banyak cadangan sumber daya alam akan menjamin rasa aman dan cukup. 

Selalu terbalik. Pada saat sel kelebihan energi, pikiran manusia justru merasa serba kekurangan. Merasa terancam. Overthinking justru terjadi pada saat otak kelebihan glukosa. Neurotransmitter tereksitasi tidak beraturan karena berlimpahnya energi. Akibatnya muncul pikiran saling curiga, serakah, tidak pernah puas dan pada akhirnya menimbulkan perselisihan dengan sesama. 

Barpuasa dengan Baik akan Sehat

Para arif bijaksana di masa lalu telah melihat bahaya dari makan berlebihan pada kondisi kejiwaan. Namun sayangnya ilmu dan teknologi, khususnya dalam bidang biologi, saat itu belum semaju saat ini. Hingga para arif, tidak dapat memilah memilih jenis makanan dan pengaruhnya terhadap tubuh dan fikiran. Saat itu baru berupa asumsi berdasarkan pengalaman empiris serta analogi bentuk dan warna. 

Asumsi tersebut memang perlu diuji dalam eksperimen laboratorium. Laboratorium tercanggih adalah tubuh mereka sendiri. Namun kadang para murid yang mengikuti eksperimen para arif tersebut keliru dalam menafsirkan hasil eksperimen tersebut. 

Menyampaikan hasil temuan tersebut kepada masyarakat ternyata tidak mudah. Apalagi tingkat kecerdasan orang tidak sama. Hingga perlu disampaikan dengan cara yang paling sederhana. Yang paling bisa dipahami dengan membatasi asupan makanan. Puasa! 

Sayangnya, karena penjelasan tentang puasa belum lengkap. Akibatnya, banyak sekali yang melakukan puasa namun tidak mencapai seperti yang diharapkan para arif. Kesehatan fisik dan mental. Tak heran ada yang bersikap skeptis terhadap aktivitas puasa. 

Teori mekanisme autofagi perlu dijelaskan secara utuh tanpa dibumbui merupakan berkat dari satu ajaran spiritual tertentu. Autofagi juga bukan melulu temuan Ohsumi meskipun beliau memperoleh hadiah Nobel pada tahun 2016 karena berhasil menunjukkan peran lisosom dalam proses autofagi. 

Jurnal autofagi justru mulai diterbitkan pada tahun 2007. Hal tersebut menunjukkan minat penelitian tentang autofagi sudah ada jauh sebelum 2016, tahun dimana Ohsumi memperoleh hadiah Nobel. Pemahaman autofagi justru berproses bahkan sejak mulai ditemukan mikroskop. Lisosom sendiri ditemukan oleh Christian de Duve pada tahun 1976.

Puasa itu bermanfaat. Tapi puasa bukan satu2nya jalan untuk mengaktivasi mekanisme autofagi. Puasa juga malah berbahaya jika tidak disertai dengan pemahaman metabolisme tubuh yang benar. Puasa yang baik akan menghasilkan kesehatan yang baik untuk tubuh dan fikiran. Puasa yang tidak tepat akan merusak tubuh dan fikiran. 

Salam, semoga menjadi inspirasi hidup sehat

Baca...  Dakwah Itu Tidak Hanya Dilakukan dengan Ceramah
2366 posts

About author
Merupakan media berbasis online (paltform digital) yang menyebarkan topik-topik tentang wawasan agama Islam, umat Islam, dinamika dunia Islam era kontemporer. Maupun membahas tentang keluarga, tokoh-tokoh agama dan dunia, dinamika masyarakat Indonesia dan warga kemanusiaan universal.
Articles
Related posts
Esai

Menggali Ajaran Alqur'an Tentang Bullying: Larangan dan Hikmah Dibaliknya

1 Mins read
Bullying, suatu perbuatan tercela yang dapat menjatuhkan martabat dan psikis seseorang – yang berupa tindakan fisik, verbal, atau psikologis – perilaku tersebut…
Esai

Dinamika Perkembangan Islamic Studies

2 Mins read
Dinamika perkembangan Islamic studies. Pada tulisan singkat ini, penulis hendak menelisik tentang sejarah Islamic studies, menguraikan sejarah awal perkembangan studi Islam yang…
Esai

Persepsi Warga Dalam Pemilukada 2024

4 Mins read
KULIAHALISLAM.COM – Pemilihan Umum Kepala Daerah di Indonesia 2024 (Pemilukada) digelar secara serentak untuk daerah-daerah yang masa jabatan kepala daerahnya berakhir pada…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights