KULIAHALISLAM.COM – Pada senin 28 Februari 2022 bertepatan dengan peringatan Isra dan Mikraj Nabi Muhammad SAW Kementerian Agama Republik Indonesia mengadakan peringatan Isra Mikraj Nabi Muhammad SAW tingkat kenegaraan tahun 1443 H/2022 M. Adapun temanya adalah “Teguhkan semangat beragama dan berbangsa.”
Adapun penceramah dan pemateri peringatan Isra dan Mikraj Nabi Muhammad SAW tingkat kenegaraan tersebut adalah Buya Dr Arrazy Hasyim. Dilansir dari Kuliahalislam.com, Buya Dr Arrazy Hasyim lahir di Payakumbuh, Sumatra Barat 21 April 1986.
Beliau menamatkan pendidikan dasar dan menengahnya di Sumatra Barat, yaitu di Payakumbuh dan Bukittinggi. Setelah lulus Madrasah Aliyah, beliau melanjutkan pendidikan tinggi di jurusan Akidah Filsafat Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Gelar magister dan doktor beliau diperoleh dari universitas yang sama.(kuliahalislam.com, 2021)
Pidato Buya Dr Arrazy Hasyim Peringatan Isra Mikraj di Kementerian Agama RI Tahun 2022
Dr Arrazy Hasyim mengawali ceramahnya dengan menyatakan : Segala puji milik Allah SWT, sungguh dahsyat Allah SWT, memperjalankan hambanya dengan cara yang tak terduga, itulah hadiahnya kepada sang kekasih baginda Nabi Muhammad SAW, disaat sang Rasul berduka cita, pamannya wafat, istrinya meninggal dan ia pun diusir ketika hendak hijrah ke kampung Thaif.
Diusirnya bukan dengan kalam-kalam verbal, tidak seperti diviralkan zaman sekarang. Dulu langsung secara fisik seperti yang kita sudah maklum baginda Rasulullah SAW diusir dengan cara dilempar dengan kororan-kotoran binatang, dengan kerikil-kerikil yang tajam, sembari sumpah serapah mereka katakan majnun (orang gila), mashur (orang yang tersihir) dan lain sebagainya.
Tapi baginda Rasulullah SAW beliau hanya diam, tiba-tiba Jibril datang menemui rasulullah SAW: Ya Muhammad maukah engkau, aku tawarkan bantuan”. Bantuan apakah yang ditawarkan Jibril ? ternyata Jibril menawarkan untuk menghancurkan penduduk Thaif.
Apa jawaban baginda Nabi Muhammad SAW: la fainnahum la ya’lamun (mereka tidak paham yang ku maksudkan). Semoga semangat ini ada pada pemimpin, ada pada ulama-ulama di negeri ini, sehingga mampu mengislahkan, memperbaiki mana yang rusak dan terpecah .
Rasulullah SAW meskipun secara umur biologis hanya 63 tahun tetapi secara keruhanian lebih tua daripada Nabi Adam, lebih tua daripada Nabi Nuh.
Nabiyyuna Nuh AS ketika beliau sudah lebih dari 900 tahun berdakwah, mendidik umat, lelah juga rasanya, akhirnya beliau mengatakan “Ya Allah, jika engkau membiarkan generasi mereka hidup maka generasi setelahnya akan lebih kufur dari kelompok ini, dari generasi ini, maka hancurkan saja ya Allah.”
Inilah ujian Nabi Nuh yang membuat beliau tidak lebih mulia dari Sayyidina Nabi Muhammad SAW. Bayangkan sudah setua itu tapi kalah dewasa, kalah salamatush shadr dengan baginda Nabi Muhammad SAW yang hanya berumur 63 tahun.
Bapak wakil Presiden dan hadirin yang kami hormati, kalau boleh saya jujur, saya ini tidak memilih bapak Presiden dan Wakil Presiden, saya memilih mencoblos yang sekarang sudah menjadi Menteri.
Ketika berita dimana-mana menyebutkan yang saya coblos mau menjadi Menteri dalam hati saya merenung dan antara kesal tetapi juga bertanya-tanya, apakah hati dia lebih bening daripada hati saya yang kata orang saya ini Ustaz dan Buya ? Apakah hati dia lebih salamah, lebih terbebas dari dendam dan kesal daripada saya yang katanya memimpin tarekat dan zikir ?
Ternyata distitulah jawabannya , Nabi Muhammad SAW berdoa : “Allahuma inni as aluka salamah shadr (Ya Allah aku memohon pada-Mu terbebasnya kebencian-kebencian dan dendam kekesalan dari dalam dada)”.
Ditambah lagi semua kitab-kitab ahlu sunnah yang menjadi panutan mayoritas umat Islam di Indonesia, disitu ada kalimat kewajiban mendoakan para pemimpin, meskipun dia dikabarkan dia zalim, meskipun dikabarkan tidak disukai maka wajib mendoakannya.
Ditambah lagi Imam sya’rani mengatakan dalam kitab Bahrrul Maurud : Ma raaitu ahadan minas suffiyah ankara alal umara illal qalilan : Aku tidak melihat ulama-ulama ahli qalbu, ahli ma’rifat yang biasa kita kenal dengan Sufi, bertarekat, kecuali sedikit sekali mereka ingkar kepada ulama dan umara, justru mereka mendaoakannya dari dalam hatinya, dalam khalwatnya, dalam kesendiriannya.
Karena yang dipikirkan kemasalahatan umah bukan emosi berpolitik semata. Semoga pemimpin-pemimpin dinegeri ini diberi salamatush shadr, terimakasih sudah merawat negeri ini. Semoga Allah membersamai pemimpin-pemimpin kita, ulama-ulama kita amin ya Rabbal alamin.
Bapak Wakil Presiden dan hadirin yang kami hormati. Kisah Isra Mikraj sudah banyak diceritakan tapi karena memori manusia pendek, apa salahnya kita mengulang sedikit.
Namun kami mengambil, menarik jauh-jauh ke masa sebelum masa sayyidina Adam dicipta sudah ada klan yang disebut klan api (banul jan).
Kelompok banul jan ini sebagaimana disebutkan dalam al-bidayah wa nihayah Imam Ibnu Katsir adalah kelompok yang merusak di muka bumi. Akhirnya Allah mengkiamatkan, kiamat pertama untuk mereka dengan menurunkan meteor menghabisi mereka. Bangsa api dihabisi dengan batu api.
Jadi, cerita ini bukanlah dongengan Darwin, cuman sayangnya Darwin agak cocoklogi. Tapi saat itu terjadi, Allah berkalam kepada Sayyidina Jibril: Ya Jibril, putranya Raja Jan, ambilah dia, didiklah dia, ajak dia Mikraj ke langit-langit-Ku.
Sampai Allah kemudian izinkan dia mempelajari semua zikir-zikir Malaikat-Malaikat di langit, alam malakut, alam jabarut bahkan sampai kepada alam surga.
Maka tiada makhluk apapun di langit bahkan di surga yang dzikirnya lebih banyak daripada anak yang bernama Ahyas yang kemudian diberikan nama Malaikat Azazil.
Dia bukanlah Malaikat tetapi sepangkat, sederajat dengan Malaikat. Azazil ini pun bersuluk, berkhalwat, pelatihan kerohanian 18.000 tahun sebagaimana disebutkan Imam Ath-Thabari.
Tapi ujian mulai diberikan, sebanyak apa pemberian sebanyak itu ujian. Sekarang ahli zikir diuji, sekarang yang suka bertakbir diuji, sekarang yang suka bertahmid diuji.
Azazil namanya disuruh dia sujud kepada orang yang dicipkaan dari tanah yang diinjak-injak. Selama ini Azazil alias Ahyas yang kemudian bernama Iblis.
Dia menginjak-nginjak tanah harus sujud kepada Adam yang tercipta dari tanah.
Inilah ujian pertama bagi Azazil. Apa kata dia ? Apakah aku sujud, apakah pantas bagiku sujud kepada orang, makhluk yang engkau cipta dari tanah sedangkan aku tercipta dari api ?
Azazil mulai rasis, Azazil mulai mempermasalahkan suku. Saya suku api, saya lebih mulia daripada suku tanah.
Hati-hati kadang-kadang orang beragama, sudah soleh, sudah lama membaca kitab, sudah lama berzikir seperti Azazil, 18000 tahun bersuluk di alam jabarut, alam malakut sampai ke surga sana tapi ternyata dia terjebak dan mengatakan : ia lebih baik dari zikirnya, lebih baik daripada semuanya.
Ternyata ketika kita urai dan ini jarang diurai oleh ahli tafsir, ketika Allah menawarkan, mengabarkan inni ja’ailun fil ardhi khalifah, Aku akan menciptakan, menjadikan seorang Khalifah di muka bumi.
Ternyata ada dua kelompok Malaikat yang berkomentar. Ini dipisah lafaz “wau” yang pertama mengatakan “Ya Rabb, apakah engkau menciptakan perusak dan pembunuh di muka bumi.”
Inilah Malaikat-Malaikat cahaya, lain dengan dengan Malaikat Api yang mengatakan : Kami zikirnya lebih banyak. Yang berbicara ini adalah Azazil yang saat itu bukan Malaikat-malaikat.
Bapak Wakil Prediden yang kami hormati, barangkali inilah ujian umat Islam di negeri ini. Tidak ada di negeri manapun umat Islamnya lebih banyak dari negeri ini maka negeri ini pun paling soleh, paling banyak baca Yasinnya, paling banyak baca tahlilnya, jika diuji dengan kalam-kalam yang tidak berkenan, apakah akan nanti mengatakan hal yang sama dengan Azazil dahulu kala.
Inilah pendek ceritanya, akhirnya azazil diusir dari surga dan Allah mengatakan : Apakah kamu bangsa yang sangat tinggi ? dengan begitu bergantilah Azazil dari nama mulia Azazil penjaga surga menjadi Iblis yang dijauhkan dari jalan kebenaran.
Lain ceritanya dengan Nabi Muhammad SAW, beliau sebelum diangkat kelangit, dimasukan ke surga-Nya, Allah membersihkan dadanya, jantungnya dua kali, Allah bersihkan qalbu Nabi ketika dia berumur 7 tahun, Allah bersihkan kembali ketika hendak naik pada malam itu, malam itu malam 27 Rajab, barangkali inilah saatnya kita mengambil pelajaran, inilah perbedaan abadi antara Mikraj ruhaniahnya iblis dengan Mikraj ruhaniahnya Nabiyyullah Muhammad SAW.
Azazil seperitualnya dinaikan tapi belum dibersihkan jiwanya, sedangkan Nabiyyuna Muhammad SAW sebelum dinaikan, nafsiahnya (keegoisannya) dibersihkan, maka bertambah pengalamannya, bertambah kekayaan ruhaninya, tidak bertambah sombongnya.
Maka jika hendak memajukan negeri ini, jika hendak ingin meningkatkan negeri ini, mari kita bersihkan qalbu ini dari semua kebencian, mulai malam ini, tidurlah dalam cinta, cinta Allah SWT. Bukankah Allah sering menyindir kita dengan Bismillah-Nya.
Bismillahhirrahmannirrahim, kalau orang dulu menyebut kok Allah cerewet sekali ?, kok diulang-ulang kata rahman dan kata rahim ?
Tiada lain, tiada bukan supaya kita mengambil pelajaran dari sana. Inilah yang dikatakan Nabi SAW : sesungguhnya Allah memiliki 117 akhlak atau adab, ambilah satu saja maka engkau akan masuk surga.
Maka makhluk-makhluk surgawi yang ada di muka bumi, mereka yang meniru sifat rahmaniyyah Allah, sifat rahimiyyah Allah , sedangkan makhluk tubuhnya manusia didalamnya adalah Iblis penuh kebencian , penuh kesombongan walapun berjubahkan alim ulama, walaupun dia berpakaian-pakaian orang saleh tetapi jika dihatinya ada perasaan anna khairumminhum (aku lebih suci), aku lebih baik, aku lebih berhak maka hati-hati itulah Setanya manusia.
Semoga negeri ini umaranya, ulamanya, orang-orang yang bertugas di negeri ini dan rakyatnya, Allah bersihkan dari kebencian-kebencian dan kesombongan, semoga Allah memberikan Nur Mikraj-Nya kepada kita semua.
Pidoto lebih lengkap dapat dilihat di aku Youtube : Kemenag RI.