KULIAHALISLAM.COM – Perempuan dan kewajiban menuntut ilmu, sudah tidak asing lagi bagi kita tentang hadis menuntut ilmu itu adalah kewajiban bagi setiap muslim dan muslimat. Dengan kata lain, menuntut ilmu bukan hanya kewajiban laki-laki saja, namun keduanya mempunyai hak dan kesempatan yang sama.
Perempuan dan kewajiban menuntut ilmu Betta Rizqa Maulidiya penulis adalah Musyrifah Pondok Mahasiswi Unimus |
Seorang perempuan dengan segala yang dimilikinya, pasti akan berusaha menjadi pendamping yang hebat bagi suaminya, yang dapat menguatkan hatinya untuk teguh memenuhi kewajiban dengan sebaik-baiknya. Dengan bekal ilmu pula, perempuan dapat mendidik anak-anaknya menjadi pribadi baik dan berkualitas, yang berjiwa Islami.
Tidak ada diskriminasi dalam Islam kaitannya hak dan kesempatan dalam belajar, karena pendidikan merupakan pilar penting untuk membangun peradaban Madani. Dan hal itu sangat memerlukan keberadaan kaum perempuan di dalamnya.
Selain itu Islam adalah agama yang sangat memuliakan perempuan, kehadiran perempuan menjadi sangat urgen karena ia adalah madrasatul ‘ula bagi anak-anaknya kelak.
Terlepas dari peran kewajiban menuntut ilmu diatas, Ustaz Abdullah Taslim, MA pernah menyampaikan bahwa “Kedudukan ilmu pada keimanan itu seperti kedudukan ruh pada tubuh manusia. Ilmu adalah termasuk rukun yang sangat penting untuk membenarkan iman. Sedang iman itu sendiri ialah puncak dari agama ini.”
Maka dari itu perlu menjadi perhatian perempuan muslimah untuk senantiasa menjadikan prioritas utama kaitannya dengan kewajiban menuntut ilmu. Tidak terbatas dimanapun dan lewat jalan apapun kita menuntut ilmu, karena ada banyak sekali jalan ilmu yang bisa ditempuh.
Bangku sekolah atau kuliah tidaklah satu-satunya jalan seseorang untuk mencari ilmu. Dimulai dari mendatangi majlis ilmu, membaca buku, atau hanya sekadar melalui dengan mencari artikel di internet dengan tetap mengambil dari sumber-sumber terpercaya, yang sesuai Alqur’an dan Hadis juga termasuk jalan mencari ilmu.
Selain itu, perempuan hendaknya juga belajar dari pengalaman, perjalanan hidup, dan kejadian-kejadian yang pernah di alami kaitannya dengan belajar hikmah hidup yang semua itu sudah Allah atur sedemikian rupa untuk kita ambil hikmahnya. Sesederhana itu.
Selain yang disebutkan tadi, perempuan muslimah dapat belajar dari sumber lain seperti Sirah Nabawiyah atau Sirah Para Shahabat dan Shahabiyah.
Seperti cerita salah satu shahabiyah dalam buku ‘Jejak Manusia Pilihan’ oleh M. Badrut Tamam yang menceritakan tentang seorang shahabiyah yang dikenal sebagai wanita yang cerdas dan tangguh yaitu Asy-Syifa Binti Abdullah.
Beliau masuk Islam sebelum hijrahnya Rasululllah SAW dan termasuk muhajirin angkatan pertama dan termasuk perempuan yang berbaiat kepada Rasulullah SAW yang disebutkan dalam firman Allah SWT dalam Surah Al-Mumtahanah ayat 12.
Asy-Syifa dikenal sebagai guru dalam membaca dan menulis sebelum datangnya Islam sehingga tatkala beliau masuk Islam tetap memberikan pengajaran kepada perempuan-perempuan muslimah dengan mengharapkan ganjaran dan pahala dari Allah. Sungguh mulia apa yang beliau usahakan dan ajarkan dengan ilmu yang dimilikinya.
Semoga Allah SWT merahmati Asy-Syifa Binti Abdullah, beliau yang telah mendahului umatnya dengan segala macam kebaikan dengan ilmu dan din yang telah dikaruniakan kepada beliau agar beliau menjadi uswah (panutan yang baik) bagi setiap perempuan muslimah, sehingga beliau tidak kikir untuk mencurahkan segala yang dimilikinya, baik ilmu ataupun yang lainnya demi membela akidahnya dan mengharap ridha Allah swt.
Mengamalkan ilmu yang dipelajari juga merupakan hal yang mulia, sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
“Tidak akan beranjak kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat hingga ia ditanya tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang tentang ilmunya, apa yang telah diamalkan, tentang hartanya darimana ia peroleh dan kemana ia habiskan, tentang tubuhnya, capek dan letihnya untuk apa ia gunakan”. (HR. Tirmidzi).
Sungguh mulia jika umur ini dihabiskan untuk berbuat kebaikan dan banyak berbuat manfaat yang akan menghantarkan kita menuju ridho Ilahi.
Oleh : Betta Rizqa Maulidiya (Penulis adalah Musyrifah Pondok Mahasiswi Unimus)