Sering kita
berfikir : Apa iya Islam seketat itu atau barat yang terlalu bebas? Ya enggak
gitu juga keles. Jangan dipikir segampang itu.
Baik antara Islam dan Barat punya sisi ketat masing-masing loh… Kemudian
kita bertanya: Apa sih bedanya islam dengan Barat ketika berbicara soal
kebebasan? Bagaimana cara Islam dan Barat menyeimbangkan antara hak dan
kewajiban? Biar gampang , penulis akan
berikan contoh kehidupan nyata. Contoh yang menjelaskan perbedaan antara pandangan
Islam dan konsep Barat tentang hak, tanggung jawab, dan kebebasan.
1. Perbedaan Cara Islam dan Barat memberikan Hak kita
Hak yang paling
utama misalnya adalah pendidikan. Mari kita lihat bagaimana Islam dan barat
mendidik kita. Dalam masyarakat Islam, hak atas pendidikan diberikan untuk
menemukan ilmu kebenaran. Tentu saja kebenaran tersebut untuk memperkuat
keyakinan kepada sang pencipta. Keyakinan pada Allah ini berujung pada pemanfaatan
ilmu tersebut untuk kebaikan masyarakat. Di banyak negara Muslim, pendidikan
diintegrasikan dengan nilai-nilai agama yang mengajarkan keadilan sosial dan
tanggung jawab keagamaan.
Misalnya, di
Universitas Al-Azhar di Mesir, pendidikan agama Islam adalah utama. Namun
keutamaan itu juga terpadu dengan ilmu lain; misal saat ini, mulai dipadukan
dengan studi ilmu sekuler. Studi sekuler sengaja dipelajari oleh orang Islam,
agar kita mampu berdakwah dengan mereka yang sekuler. Sebab, dakwah adalah karakter dan tanggung jawab sosial kita
sebagai muslim. Demikianlah Islam mengajarkan bahwa akhirnya ilmu harus
terimplementasi dalam dakwah. Tidak boleh disimpan untuk kepentingan pribadi.
Bukankah sejak lahir kita didoakan oleh ortu kita agar menjadi anak yang
bermanfaat bagi agama, negara? Tentu saja semua itu menjadi amal jariyah orang
tuanya.
Sedangkan Di Barat,
semacam Amerika Serikat misalnya, hak atas pendidikan dilihat sebagai hak
perorangan untuk sejahtera. Pendidikan adalah hak semua orang untuk
meningkatkan prospek ekonominya. Jangan sampai melarat dan miskin sehingga
menjadi beban sosial di masyarakat. Sehingga Sistem pendidikannya sering kali
lebih berfokus pada pengembangan keterampilan
dan pencapaian pribadi. Menurut
Barat, menjadi orang yang mapan adalah
bagian dari tanggung jawab sosial. Yap intinya pendidikan dianggap sebagai alat
untuk kemajuan pribadi sebagai bentuk kontribusi sosial.
2.
Perbedaan cara Islam dan
Barat menentukan Tanggung Jawab Sosial
Dalam Islam ada
kewajiban memberi, yaitu zakat, salah satu dari lima Rukun Islam. setiap Muslim
yang mampu secara finansial diwajibkan untuk merelakan sebagian dari
kekayaannya kepada yang membutuhkan. Artinya, agama langsung memberikan
perintah untuk ikut tanggung jawab sosial. Pahala bagi mereka yang melaksanakan
dan dosa bagi yang pelit. Mereka yang yakin dengan agama Islam memang diajarkan
untuk memberi. Tentu saja bukan dasar keterpaksaan tetapi keyakinan. Jika kita
merasa terpaksa berzakat maka dipertanyakan keyakinan Islamnya.
Lalu bagaimana
dengan Barat? Tanggung jawab sosial
sering kali diwujudkan melalui program filantropi atau kegiatan sukarelawan.
Meskipun sangat dihargai, aksi sosial ini merupakan pilihan individu dan tidak
diwajibkan oleh hukum atau agama. Misalnya, banyak orang Amerika memilih untuk
berdonasi ke amal atau menghabiskan waktu sebagai sukarelawan. mereka sadar
bahwa kesusahan adalah bagian dari gangguan kenyamanan juga. Apalah artinya
hidup enak tetapi banyak kesedihan di sekitar kita. Lagi pula, ketimpangan
sosial yang tinggi akan mengakibatkan kejahatan juga. Pada akhirnya, orang-orang
Amerika biasanya bersepakat untuk membuat program gotong oyong untuk membantu
orang lain.
3. Perbedaan jelas Kebebasan
Islam dan Barat
Kita telah
melihat bahwa pengaturan hak dan kewajiban dalam islam itu didasarkan kepada
keyakinan pada Allah. maka pada akhirnya, apa yang islam yakini sebagai Kebebasan
adalah bila taat pada Allah. kita justru
tidak bebas bila membangkang dari perintah Allah. itulah sebabnya para ulama yang diyakini
kemudian mengajarkan hukum Syariah.
hukum yang juga mengatur aspek lain dari kehidupan sehari-hari, menunjukkan
keseimbangan antara kebebasan dan ketaatan kepada norma agama. Hanya dengan
meyakini syariat, umat Islam akan bebas dari belenggu kepedihan, kesusahan,
hingga kejahatan.
Sedangkan Kebebasan menurut Barat, terutama di Amerika
Serikat, sangat berfokus pada kebebasan perorangan dari intervensi pemerintah,
seperti yang terlihat dalam hak-hak seperti kebebasan berbicara dan kebebasan
berkumpul. Saking bebasnya, kita bisa melihat bahwa ada keputusan Mahkamah
Agung yang menguatkan hak individu untuk mengekspresikan diri tanpa bisa
diganggu pemerintah. Adapun pemerintahnya, hanya bisa campur tangan bila ada
kesepakatan di antara orang-orang Amerika. Mereka menunjuk perwakilan mereka di
parlemen untuk bersuara. Suara parlemen akan menetapkan hukum. Inilah kebebasan
versi Ameirka. Kebebasan ini disebut Liberty. Kebebasan berdasarkan kesepakatan
bersama.
Demikianlah contoh-contoh
di atas menunjukkan bagaimana konsep hak, tanggung jawab, dan kebebasan
diimplementasikan secara berbeda dalam masyarakat Islam dan Barat,
masing-masing punya cara pandangnya sendiri tentang kebebesan. Sehingga cara
penerapannya pun berbeda. Hasil penerapannya pun tidak sebebas yang kita
sangka. Bagaimana pun, semua orang kan merasa bebas bila saling bisa mengikuti
keputusan bersama. Nah, manakah yang kita pilih? Keputusan bersama karena kita
sama-sama taat pada Allah atau taat pada keputusan bersama karena kita punya
kepentingan yang sama? menurut penulis, kepentingan yang sama tidak mungkin
dicapai bila hanya didasarkan pada material. Kepentingan yang sama hanya
mungkin dicapai bila didasarkan pada yang ideal. Akhirnya kita harus memilih,
antara yang material atau yang ideal.
Oleh: Julhelmi
Erlanda (Mahasiswa Doktoral Pendidikan Kader Ulama & Universitas PTIQ
Jakarta)