Oleh: Sofia Habibaturrahmania*
KULIAHALISLAM.COM – Sebagai perempuan pasti kita mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan berbangsa dan bertanah air. Dimana baik tidaknya suatu bangsa, tergantung wanita didalamnya. Maka Allah menciptakan perempuan dengan segala kelebihan dan keistimewaannya. Seperti yang disebutkan didalam salah satu maqolah ulama yang berbunyi;
النساء عماد البلاد اذا صلحت صلح البلاد وإذا فسدت فسد البلاد
An-nisa ‘imadul bilad idza sholuhat sholuhal bilad waizda fasadat fasadal bilad.
”Wanita adalah tiang negara, apabila wanita itu baik maka akan baik pula negaranya. Dan apabila wanita itu rusak maka akan rusak pula negaranya.”
Maqolah tersebut mengangkat harkat para wanita, ada sejarah yang mencatat bahwasannya pada banyak peradaban dunia, wanita dianggap makhluk pelengkap setengah manusia dan manusia kelas ke dua yang hak dan kewajibannya bahkan keberadaannya didunia ini ditentukan oleh laki-laki.
Pada peradaban Romawi pun menempatkan bahwa wanita sepenuhnya berada dibawah kekuasaan ayah dan suaminya. Kekuasaan ini sangat mutlak, termasuk kewenangan untuk mengusir, menganiaya, menjual, bahkan membunuh wanita.
Pada peradapan Hindu pra abad ke-7 Masehi, sering menjadikan wanita sebagai sesajen para dewa, dan bahkan pada peradaban Arab jahiliyah pun menghalalkan pembunuhan terhadap bayi karena terlahir sebagai wanita.
Lantas bagaimanakah pandangan Islam mengenai wanita? Sehingga mampu mengangkat harkat dan martabat para wanita. Seperti yang tertuang dalam firman Allah Surah At-Taubah ayat 71 sebagai berikut;
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيم
“Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan sebagian mereka adalah menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang makruf mencegah dari yang mungkar, mendirikan sholat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan diberi rahmat oleh Allah, sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. At Taubah:71).
Dijelaskan oleh Ibnu Katsir, dalam tafsir Ibnu Katsir terbitan Insan Kamil Jilid 5 halaman 193 menjelaskan maksud dari ayat tersebut adalah setelah menyebutkan sifat-sifat buruk yang dimiliki oleh orang munafik, Allah melanjutkan dengan menyebut sifat-sifat baik yang dimiliki oleh orang-orang yang beriman. Kemudian maksud dari kata;
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ
“ Yakni orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan saling menolong dan menopang seperti yang disebutkan didalam hadis sahih:
إِنَّ المُؤْمِنَ لِلْمُؤْمِنِ كَالبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا
“Orang beriman terhadap orang beriman yang lain yaitu ibarat bangunan, sebagian menguatkan sebagian yang lain”. Rasulullah SAW mengatakan hal tersebut sambil merapatkan antara jari-jari beliau.
Dari ayat tadi dapat kita simpulkan bahwasannya pandangan Allah SWT terhadap manusia bukan dilihat dari segi jenis kelaminnya, melainkan dari segi keimanan dan ketakwaan manusia.
Banyak muncul wanita-wanita hebat, seperti Sayyidatina Nafisah istri baginda Nabi yang pandai hukum tata negara, Robi’ah al-Adawiyah waliyullah wanita yang pengalaman tasawufnya pada tingkat mahabbah dan makrifat, ada pula Sayyidatina Aisyah yang hafal banyak hadis dan masih banyak lagi.
Bahkan di negara kita ini, terdapat pejuang-pejuang wanita yang patut kita contoh dan kita banggakan seperti Cut Nyak Dien dan RA. Kartini.
Jika kita ketahui, ada sebuah keistimewaan perempuan yang tertuang dalam kutipan percakapan Allah dengan Malaikat-Nya, ketika Allah menciptakan perempuan malaikat datang dan bertanya;
“Mengapa engkau begitu lama menciptakan perempuan Yaa Allah?, Allah menjawab; “sudahkan engkau melihat dengan teliti setiap apa yang telah aku ciptakan untuk perempuan, lihatlah dua tangan yang mampu menjaga banyak anak pada saat bersamaan, punya pelukan hangat yang dapat mengobati sakit hati dan kerisauan, dan semua itu hanya dilakukan dengan 2 tangan”.
Percakapan tersebut membuktikan bahwasannya Allah memang menciptakan perempuan dengan cara yang sangat luar biasa, sehingga perempuan patut dihargai karena ketangguhannya, dihormati bahkan disayangi.
Namun disisi lain, pada saat ini masih banyak kasus kekerasan pada wanita yang terjadi dinegara ini. Terbukti menurut Tunggal Prawestri yakni Konsultan Isu Gender mengatakan bahwa kekerasan berbasis gender telah meningkat sampai dengan 63% sedangkan kasus kekerasan berbasis gender online (KBGO) naik hampir 300%.
Terdapat sebuah kisah Sayyidatina Aisyah yang difitnah oleh kaum munafik, dari kisah tersebut kemudian turun ayat yang berbunyi;
إِنَّ الَّذِينَ يَرْمُونَ الْمُحْصَنَاتِ الْغَافِلاتِ الْمُؤْمِنَاتِ لُعِنُوا فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيم
“Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik yang lengah lagi beriman (berbuat zina), mereka kena laknat di dunia dan di akhirat dan bagi mereka azab yang besar.”
Ayat itu menjelaskan untuk istri-istri Nabi yang telah dituduh oleh kaum munafik, dari kisah tersebut mengutip bahwasannya wanita tidak sepantasnya difitnah khususnya untuk wanita yang baik dan bahkan tidak memiliki pikiran untuk berbuat zina. Maka, muliakan wanita selayaknya intan permata.
*) Mahasiswa Prodi Ilmu Alqur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Editor: Adis Setiawan