Penulis: Surtira, Mahasiswa IAIN Pontianak
Belajar membaca Alqur’an dan Hadis sangatlah penting, sebelum membahas lebih lanjut tentang pembelajaran Alqur’an dan Hadis, perlu diketahui bahwa belajar membaca Alqur’an dan Hadis adalah langkah pertama menuju pembelajaran keduanya, karena sangat penting bagi kita sebagai umat muslim.
Dengan belajar membaca Alqur’an dan Hadis, kita akan lebih mudah mendapatkan akses ke pembelajaran keduanya, baik di dalam maupun di luar pendidikan. Dimulai dengan perintah “membaca”, yang mungkin sudah Anda kenal sebelumnya. Namun, saya akan membahas sedikit kata membaca.
Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia, “membaca” adalah istilah yang berarti “membaca”, yang merupakan ucapan lisan yang diucapkan dengan cara tertentu. Menurut KBBI, kata baca berarti melihat, memperhatikan, serta memahami isi dari yang tertulis dengan melisankan atau hanya dalam hati.
Menurut Achmad Rosyadi, 2022: 21. Surat Al-Alaq juga berbicara tentang membaca sebagai materi pertama yang disebutkan. Meskipun surat itu tidak menegaskan urutan materi pendidikan, kata-kata “membaca” disebutkan pada urutan pertama, memberi kita gambaran bahwa siswa harus pertama kali mempelajari materi tersebut sebelum mengajarkan materi lain.
Hal ini sesuai dengan perkembangan daya serap mereka serta perkembangan jiwa mereka. Ini sesuai dengan apa yang Allah katakan dalam surat An-Nahl ayat 78 bahwa manusia mempunyai tiga potensi: pendengaran, penglihatan, dan perasaan. Artinya, membaca adalah suatu proses di mana pembaca melihat deskripsi tulisan dan berusaha untuk mempelajari atau mengamati apa yang direspon oleh jiwa dan daya serap mereka. (Achmad Rosyadi, 2022:21-22)
Berbicara tentang kalimat “membaca” di atas mengarah pada membaca Alqur’an, yang merupakan pedoman hidup bagi umat muslim. Oleh karena itu, kita harus mempertimbangkan Alqur’an dengan hati-hati, terutama saat membacanya. Agar kita tidak tersesat atau tidak memiliki tujuan yang jelas, sangat penting untuk memahami dan mempelajari Alqur’an.
Alqur’an berfungsi sebagai pedoman utama bagi semua makhluk hidup. Petunjuk agama, juga dikenal sebagai syari’at, mengajarkan manusia bagaimana menjalani kehidupan. Syari’at menyediakan aturan-aturan yang membolehkan, melarang, atau mewajibkan kehati-hatian dalam berbagai aktivitas. Ini mirip dengan aturan lalu lintas, di mana orang mematuhi aturan lalu lintas akan selamat dari kecelakaan.
Dengan cara yang sama, petunjuk agama atau syari’at yang disebutkan di atas mengajarkan manusia bagaimana menjalani kehidupan yang baik. Namun, hadis adalah sumber kedua ajaran Islam, setelah Alqur’an. Segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW, termasuk sabda, tindakan, persetujuan, dan sifat (fisik atau mental), baik sebelum maupun setelah kenabiannya, disebut sebagai “hadis”.(Leni Andariati, 2020: 153-154)
Dalam kasus ini, membaca Alqur’an. Membaca juga merupakan aktivitas fisik yang melibatkan menggunakan audio visual untuk mendapatkan makna dari simbol berupa huruf atau kata. Membaca dapat dilakukan dalam berbagai cara, seperti membaca dalam hati, membaca pelan, dan membaca cepat.
Perlu diingat bahwa Alqur’an adalah mukjizat yang diberikan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW sebagai sumber hukum dan pedoman bagi mereka yang menganut agama Islam . Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengetahui bahwa hadis sesuai dengan kaidah tajwid saat kita membaca Alqur’an.
Menurut (Achmad Rosyadi, 2022: 22) belajar membaca Alqur’an dan Hadist sangat penting. Oleh karena itu, ketika ada diskusi tentang materi Alqur’an dan Hadis yang ditulis dalam bahasa Arab, kita pasti sudah memahami dan memahami apa yang diajarkan dalam materi tersebut, yang pada gilirannya mengarah pada pembelajaran Aqur’an dan Hadis.
Karena kita telah belajar membaca Alqur’an dan Hadis sebelumnya, kita tidak lagi kesulitan membacanya. Pada dasarnya, belajar membaca Alqur’an dan Hadis berarti belajar membaca huruf per huruf dan pelafalan makhroj, penyebutan pada huruf Hijaiyah tersebut.
Ketika dalam penyebutannya salah makhroj atau salah baca, maka hal yang kita anggap sepele, padahal sangat besar sekali pengaruhnya karena ketika salah baca dalam penyebutannya maka akan salah juga dalam pengartiannya.
Maka dari itu pada pembelajaran Alaur’an Hadis sangat berpengaruh sekali dalam kehidupan manusia, karena semua apa-apa dalam keseharian manusia itu sudah di atur dalam Alqur’an dan Hadis, maka dari itu kunci utamanya yaitu belajar membaca Alqur’an Hadis dan juga memahami isinya, agar setiap kali melangkah dan berbuat sesuatu itu sesuai dan sinkron dengan apa yang telah di ajarkan atau di atur oleh Alqur’an dan Hadis tersebut.
Bukan hanya sekadar memudahkan dalam perihal akhirat saja, pada pembelajaran Alqur’an dan Hadis juga memudahkan kita saat kita menempuh perjalanan masa pendidikan, misalnya pada tingkat sekolah SD/MI SMP/MTS dan SMA/MA memudahkan untuk, menyelesaikan tugas sekolahnya.
Begitupula jenjang pendidikan dalam perkuliahan, memudahkan untuk menyelesaikan tugas-tugas dan menyusun skripsi, dan juga pada jenjang seorang pengajar, yaitu guru yang mengajarkan kepada peserta didik nya, agar peserta didik tersebut mempunyai potensi yang tinggi dalam memahami pada pembelajaran Alqur’an dan Hadis.
Dari penjelasan di atas dapat saya simpulkan bahwa pada belajar membaca Alqur’an dan Hadis itu sangat-sangat penting sekali. Karena sudah jelas, semua apa-apa yang ada pada dunia ini setiap melangkahnya mengarah kepada Alqur’an dan Hadis.
Jadi, ketika saat kita menempuh masa pendidikan pada pembelajaran Alqur’an dan Hadis memudahkan kita agar lulus dalam masa pendidikan tersebut. Bahkan bukan hanya sekadar ilmu saja yang dapat kita ambil dari Alqur’an dan Hadis tersebut, tetapi pahala juga yang mengiringi pada saat kita mengamalkan dan membaca Alqur’an Hadis tersebut.
Referensi :
Muthmainnah, 2018. Urgensi Baca Tulis Al-Qur’an Bagi Mahasiswa Pendidikan Islam Anak Usia Dini. Volume IV. ,(1). Hal:45-57.
Rosyadi Ahmad, 2022. Pembelajaran Al-Qur’an Hadist. NTB: Pusat pengembangan pendidikan dan penelitian Indonesia.
Andariati Leni, 2020. Hadis dan Sejarah Perkembangannya. Jurnal Ilmu Hadis,Volume 4, (2). Hal:153-154.
Editor: Adis Setiawan