Oleh: Toatin Nur Aliyah*
Al-Quran adalah sumber utama bagi umat Islam sebagai petunjuk di segala aspek kehidupan. Allah SWT menurunkan Al-Quran kepada Nabi Muhammad sebagai tuntutan dan petunjuk agar umatnya bisa mencapai kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.
Adakalanya Al-Quran menyampaikan tuntutan tersebut secara langsung berupa perintah dan larangan, namun ada juga yang disampaikan melalui kisah-kisah agar menarik pembaca dan pendengar.
Kisah-kisah atau qashas dalam Al-Quran merupakan sebuah upaya agar muncul rasa ingin tahu terhadap pesan pesan yang terselip dalam sebuah ayat. Dengan adanya rasa ingin tahu maka akan mempermudah menanamkan sebuah kesan peristiwa ke dalam hati pembaca.
Ditambah dengan adanya nasihat dan tutur kata yang di sampaikan secara menarik dan bervariasi sehingga orang tersebut ikut merasakan suasana cerita yang disajikan ayat demi ayat. Orangpun akan merasa senang mendengarkannya, memperhatikan dengan rasa ingin tahu akan pelajaran yang terkandung di dalamnya.
Kisah-kisah dalam Al-Quran memiliki kelebihan dan keistimewaan yang tidak dimiliki oleh kisah manapun di dunia ini. Al-Quran bukanlah kitab kisah apalagi sekadar dongeng dan kumpulan sebuah cerita belaka.
Namun Al-Quran mecoba memahami akan manusia yang lebih menyenangi kisah-kisah, agar manusia dapat mengambil ibrah dengan mudah.
Berikut keistimewaan Al-Quran dibanding kisah yang lain:
- Keshahihan cerita yang ada di dalamnya, hal ini sangat membedakan dengan kisah lainya yang sudah bercampur dengan dongeng dan hanya fantasi belaka.
- Menjadi solusi bagi masalah-masalah yang dihadapi karena sesuai dengan fitrah manusia.
- Mendidik jiwa manusia kepada kebaikan.
- Kisah-kisah dalam Al-Quran mengandung nilai-nilai agama.
- Qashas dapat berdialog dan mejawab logika-logika manusia secara ilmiah karena kisah tersebut melibatkan akal manusia untuk selalu berfikir.
Jadi tidak diragukan lagi bahwa kisah yang baik dan cermat akan digemari dan mudah untuk masuk ke jiwa manusia karena adanya perasaaan semangat mengikuti alur cerita tanpa adanya rasa bosan dan kesal.
Berbeda dengan pelajaran yang disampaikan dengan metode talqin atau ceramah, apalagi untuk kalangan generasi muda butuh usaha lebih untuk mendapat perhatian mereka. Karena pada umumnya anak-anak suka mendengarkan cerita, ini sudah menjadi fitrah yang seharusnya di manfaatkan oleh para pendidik dalam lapangan pendidikan.
Dalam kisah-kisah Al-Quran terdapat lahan yang dapat membantu kesuksesan para pendidik dalam melaksanakan tugasnya, mereka dapat membekali peserta didik berupa peri hidup Nabi, berita umat terdahulu, dan sunnatullah dalam kehidupan masyarakat zaman Rasul.
Para pendidik hendaknya dapat menyuguhkan kisah-kisah Quran dengan uslub bahasa yang sesuai dengan tingkat nalar pelajar. Bahkan ketika sebuah kisah disampaikan dengan cara yang tepat dan suasana yang pas maka tidak hanya otak saja yang bekerja, namun juga kalbu dan perasaan tengah berimajinasi mengikuti nila-nilai alur yang dipaparkan.
Metode cerita dalam dunia pendidikan, harus memperhatikan situasi kapan metode ini cocok digunakan, tentunya juga dengan memperhatikan tujuan pembeklajaran tersebut. Hal tersbut agar metode cerita yang digunakan tepa sasaran dan menjadikan materi pembelajran tersampaikan dengan baik.
Situasi penggunaan metode cerita dalam pendidikan diantaranya:
1. Mendidik keteladanan
Pendidik harus jeli melihat materi yang akan disampaikan pada peserta didik. Apabila materi yang akan disampaikan berkaitan dengan akhlak dan moral, maka metode ini sangat tepat digunakan.
Sebab dengan menceritakan sebuah kisah peserta didik akan lebih terikat dan mengikuti ide sembari membandingkan dirinya di kehidun sehari-hari. Maka keteladanan inilah yang dapat di ambil dan di terapakan dalam manjalani aktivitasnya di dalam kehidupannya.
2. Menarik perhatian dan merangsang otak
Kisah-kisah yang mengandung hikmah sangat efektif untuk menarik perhatian dan merangsang otak. Dengan mendengarkan cerita, peserta didik akan merasa senang sekaligus nilai-nilai Islam tanpa adanya paksaan.
Hal ini juga telah dicontohkan Rasulullah, beliau sering bercerita tentang kaum terdahulu kepada sahabat agar merka mengambil hikmah dan pelajaran darinya.
3. Menanamkan nilai akhlak dan emosional
Metode bercerita dapat mengungkapkan peristiwa yang mengandung nilai-nilai moral, rohani, sosial, baik cerita bersifat kebaikan maupun kezaliman. Atau cerita yang berketimpangan dengan jasmani-rohani, material- spiritual yang dapat melumpuhkan semangat manusia.
Dengan mendengarkan suatu kisah, kepekaan jiwa dan perasaan peserta didik dapat tergugah, dan secara otomatis mendorong anak untuk berbuat kebaikan dan dapat membentuk akhlak mulia sebagaimana yang dicontohkan dalam kisah para nabi dalam menghadapi sebuah masalah.
4. Anak usia pra-sekolah
Menurut Muhammad Quthb dengan bercerita, anak akan mempunyai daya tarik yang menyentuh perasaan dan mempunyai pengaruh terhadap jiwa anak.
5. Peserta didik yang mempunyai kecerdasan verbal-linguistik
Peserta didik yang memiliki kecerdasan ini cenderung memiliki kemampuan retoris bahasa atau kemampuan untuk meyakinkan orang lain dari serangkaian tindakan, potensi dalam mengingat bahasa.
Oleh karena itu kecerdasan linguistik ini ada pada pengolahan kata. Maka dengan mendengarkan cerita peserta didik akan mengenal beberapa kata baru serta mengambil hikmah dari isi cerita.
Bedasarkan pemaparan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa di dalam Al-Quran banyak sekali kisah-kisah yang terjadi pada masa lalu yang mempunyai manfaat untuk bisa di ambil di masa sekarang.
Terutamanya, kita dapat mengambil hikmah dari kisah-kisah yang pernah terjadi agar tidak terulang kembali dan menuju kehidupan yang lebih baik.
Kisah-kisah dalam Al-Quran juga dapat digunakan untuk bahan materi pembelajaran peserta didik agar lebih mudah mengambil pelajaran di dalamnya.
Selain itu metode penyampaian juga sangat penting. Jika disampaikan dengan baik maka peserta didik akan lebih tertarik dan mudah mengambil materi yang disampaikan.
*) Mahasiswi Universitas Islam Sunan Ampel Surabaya
Editor: Adis Setiawan