Madrasah di Indonesia memiliki sejarah yang lumayan panjang eksistensinya dimulai pada abad ke-20. Dalam lintasan sejarah, eksistensi madrasah tidak bisa dilepas dari semangat pembaruan pendidikan yang dipengaruhi oleh Islam serta respon terhadap kebijakan pendidikan dari pemerintah Hindia Belanda yang telah mengembangkan pendidikan dengan suatu sistem diperkolahan.
Keberadaan madrasah Diniyah dilatarbelakangi adanya keinginan dari masyarakat Islam supaya belajar secara seimbang antara ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum. Eksistensi madrasah dari masa ke masa semakin diakui oleh pemerintah dan masyarakat. Sebelum lahirnya UU. Sisdiknas No 20 tahun 2023, madrasah Diniyah dikenal sebagai madrasah.
Madrasah memiliki karakteristik khusus ditinjau dari berbagai aspek. Madrasah ini selalu mengikuti pada perkembangan zaman, dan sehingga memunculkan model-model madrasah dengan berbagai segala khasnya. Sampai pemerintah mulai memperhatikan perkembangan di madrasah dengan memberikan pengakuan dan fasilitas. Jenjang pendidikan ini dimulai dari madrasah yaitu dasar, menengah serta atas yaitu madrasah ibtidaiyah madrasah atas nawiyah dan madrasah Aliyah.
Salah satu program utama pemerintah dalam sebuah rangka meningkatkan mutu proses dan output dalam pendidikan adalah pengembangan pendidikan karakter. Sebenarnya pendidikan karakter bukan hanya hal baru dalam sistem pendidikan Indonesia tetapi pada saat ini, tidaknya dalam pendidikan sudah ada mata pelajaran yang akan diberikan untuk membina akhlak dan budi pekerti peserta didik.
Namun hal ini pembinaan karakter peserta didik melalui jalur pendidikan formal tersebut belum membuahkan hasil memuaskan. Sehingga pengembangkan terasa sangatlah perlu dilibatkan jalur pendidikan lain seperti pendidikan madrasah Diniyah. Namun selain itu, kegiatan pembinaan kesiswaan dan pengolahan madrasah Diniyah jugalah sangatlah perlu dirancang dan dilaksanakan untuk mendukung pendidikan karakter.(Abdul Wakid,2018)
Pengelompokan di madrasah diniyah tidak disasarkan pada usia, melainkan pada kemampuan pemahaman materi agama yang dipelajari. Sebab itu, persyaratan masuk diniyah tidak berpatokan pada usia menimal dan usia maksimal. Demikian juga, rektritmen tidak didasarkan pada ijazah saja atau tamatan belajar yang dimiliki.
Madrasah diniyah juga mempelajari tentang kurikulumnya, menjadikan muatan adagama sebagai desain pembelajaran, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran. Demikian juga dalam pola pendidikan ekstrakurikuler senantiasa didasarkan pada ajaran agama, sejak anak masa belajar.(Dr. Muhammad Thoh, M.Pd.I, 2021)
Sangat ironis, bahkan dapat menjadi mustahil jika anak dituntut untuk berperilaku terpuji dan memiliki karakter disiplin sedangkan kehidupan di madrasah Diniyah sangatlah banyak elemen yang tercela. Dapat kita contohi, anak akan menertawakan perintah ustad atau ustadzah ketika disuruh berdisiplin jika para ustad atau ustadzah atau karyawan tidak dapat menunjukkan perilaku disiplin.
Anak tersebut tidak akan mendengarkan ketika menyuruh berperilaku jujur jika mereka menyaksikan kecurangan yang merebak dalam kehidupan sekolah, khususnya di dalam perilaku menyontek saat proses ujian. Pernyataan Qodri A Azizy ini mengisyaratkan bahwa model pendidikan karakter masih sangat dibutuhkan pada lembaga pendidikan madrasah Diniyah yang diharapkan ke depan mampu memiliki peran real untuk mengawal moral bangsa, yang kia mengurus arus zaman, hingga memperparah dekadensi moral.
Adapun penanaman nilai-nilai karakter di Madinah diantaranya juga melalui semboyan. Adapun semboyan madrasah Diniyah, seperti;
- Berjasalah tapi jangan minta jasa, madrasah
- Berani hidup tak takut mati kau tak takut mati, jangan hidup kau mah takut hidup, mati saja,
- Menjadi prinsip untuk madrasah Diniyah dalam membangun citra pribadinya sebagai lembaga yang benar-benar berjuang untuk menjalankan pendidikan lailahaillallah dan melalui semboyan panca jiwa madrasah Diniyah, terdiri dari 5 prinsip yang harus dihayati dan dijiwai oleh santri yang terdiri dari nilai-nilai: keikhlasin, kesederhanaan, berdikarikoma ukhuwah islamiyah dan kebebasan.
Nah biasa keteladanan ustaz dan ustadzah juga bisa dilihat dari dalam kegiatan sehari-hari termasuk ketepatan masuk, pelaksanaan pembelajaran. Nah hal ini disebut sebagaimana pernyataan dalam salah satu santri, yang menyatakan: sebelum belajar biasanya ustad atau ustadzah menyuruh ketua kelas untuk bersiap seluruh peserta didik, nah kemudian kami membaca doa, mengabsen kami kemudian meninjau kebersihan kelas dan bertanya apakah ada tugas rumah, jika ada maka kami diperintahkan untuk mengumpulkannya ke depan kelas.
Kemudian kami membaca Alquran dan menulisnya jika sudah selesai diperiksa ustad, setelah itu baru kami belajar. Waktu belajar, guru memberitahu materi apa saja pelajaran yang akan dipelajari, setelah itu guru menjelaskannya, kemudian kami ditanya apakah sudah paham atau belum, jika belum paham kami diperintahkan untuk bertanya, terkadang kami juga disuruh untuk berdiskusi dan membuat kelompok, jika kami sudah paham maka kami diberi tugas. (Siti Makrupah, 2021)
Menurut Suhra (2019) sistem pendidikan yang diplikasikan di madrasah Diniyah meliputi pengetahuan agama Alquran, hadis, fiqih, bahasa Arab, aqidah, Arab Pegon dan pengembangan diri dan pembiasaan akhlakul karimah. Dalam pembelajaran di kelas sebagaimana pendidikan di pesantren dengan bandongan, sarongan dan syahwir. Internalisasi pendidikan karakter di madrasah Diniyah melalui pembelajaran kitab kuning seperti mabadi fiqih, adalah, Izzul, tanbihul, muta’allimin dan baca tulis Alquran.
Melalui pengajian kitab kuning internalisasi perilaku sangatlah mudah tercapai kepada santri. Santri dan ditransformasikan ilmu agama sekaligus adab dan perbuatan baik buruk yang harus dilakukan dan dijauhi. Santri menjadi paham betapa pentingnya dalam kehidupan berhubungan dengan Allah dan makhluk itu memiliki tata kelola serupa aturan-aturan yang mulia dan wujud dari pahamnya itu akan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.( Ahzab Marzuqi,2022)
Wahid, A. (2018). Integrasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Di Madrasah Diniyah. Tarbawi: Jurnal Pendidikan Islam, 15(1).
Thoha, M., Pd, M., Taukfikurrahmna, R., & Pd, M. (2021). Madrasah Diniyah Potret Utuh Pendidikan Karakter. Jakad Media Publishing.
Makrupah, S. (2021). Model Pendidikan Karakter di Madrasah Diniyah Takmiliyah dalam Pembentukan Karakter Santri. Edu-Religia: Jurnal Keagamaan Dan Pembelajarannya, 4(1), 1-11.
Marzuqi, A. (2022). Internalisasi Pendidikan Karakter di Madrasah Diniyah Takmiliyah. Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah, 7(1), 61-76.