Pendahaluan
Ketika Pesantren Al-Khoziny runtuh, banyak orang yang terkejut. Bukan hanya merusak bangunan, tetapi juga menimbulkan ancaman bagi santri, orang tua mereka, dan masyarakat sekitar.
Untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi dalam keadaan yang sedih dan membingungkan itu, masyarakat berusaha mencari penjelasan dari segi sosial, teknis, dan keagamaan. Dalam proses mencari penjelasan tersebut, pengasuh pesantren mengatakan bahwa tragedi ini adalah takdir Tuhan dan harus diterima dengan lapang dada.
Pernyataan tersebut kemudian menimbulkan perdebatan menarik di masyarakat, terutama tentang bagaimana ajaran Islam melihat hubungan antara musibah, takdir, dan kesalahan manusia. Pandangan Jabariyah adalah salah satu perspektif keagamaan yang paling sering dibahas.
Mereka berpendapat bahwa kehendak mutlak Allah SWT mengatur segala sesuatu, tanpa terpengaruh oleh kehendak manusia. Banyak orang yang berpendapat bahwa runtuhnya Pesantren Al-Khoziny adalah keputusan Ilahi yang tidak dapat dihindari dan memiliki hikmah di baliknya, meskipun hikmah itu mungkin belum terlihat pada saat musibah terjadi. Pertanyaannya kemudian, apakah ada pemahaman Jabariyah dalam tragedi ini?.
Memahami Konsep Takdir dalam Perspektif Jabariyah
Salah satu aliran teologi Islam yang dikenal sebagai Jabariyah menekankan bahwa manusia tidak memiliki kendali penuh atas apa yang mereka lakukan, karena kehendak Allah sudah menentukan segala sesuatu, termasuk tindakan manusia. “Jabariyah” berasal dari kata Arab “jabara” yang artinya memaksa atau mengharuskan, yang secara istilah menggambarkan bahwa takdir Allah memaksa manusia untuk melakukan apa yang Dia inginkan.
Pemikiran Jabariyah berpendapat bahwa manusia tidak memiliki kehendak bebas (atau sangat terbatas), karena segala tindakan telah ditulis dan ditetapkan oleh Allah. Aliran ini menganggap takdir sebagai ketentuan dari Allah yang mencakup ganjaran dan hukuman bagi manusia karena manusia melakukan apa yang telah ditetapkan oleh Nya.
Contoh gampangnya bisa berupa sikap pasrah total, manusia lebih banyak menerima dan menjalani, kurangnya inisiatif usaha karena dikira semua sudah ditetapkan. Sebagaimana dicatat dalam penelitian Azka Zain Muhaimin Al Anwari dkk. (2024), pandangan Jabariyah “mengajarkan penyerahan total kepada takdir, namun pada saat yang sama dapat menghambat lahirnya inovasi dan reformasi.
Dalam konteks ekonomi, keyakinan bahwa kemiskinan sepenuhnya merupakan takdir Tuhan dapat membuat sebagian umat Islam “enggan mengambil langkah proaktif untuk memperbaiki keadaan. (JICN, Vol. 1 No. 6, 2024).
Namun, banyak integrasi yang ditemukan dalam praktik keagamaan modern di Indonesia yang menyatakan bahwa, meskipun takdir mutlak, manusia masih diberi akal untuk berusaha (ikhtiar). Karena itu, pendekatan Jabariyah bertentangan dengan Qadariyah, yang menekankan kebebasan manusia.
Runtuhnya Pondok Pesantren Al-Khoziny: Refleksi atas Kehendak Tuhan
Untuk mempertimbangkan konsep takdir dari sudut pandang Jabariyah, peristiwa yang terjadi di Pondok Pesantren Al-Khoziny di Buduran, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, pada akhir September 2025, menjadi konteks yang sangat tepat. Bangunan mushala tiga lantai pesantren ambruk pada Senin, 29 September 2025, saat ratusan santri melakukan salat Ashar berjemaah.
Investigasi awal menunjukkan bahwa penyebab utama kesalahan konstruksi, dalam pandangan sekuler, adalah struktur bangunan yang lemah, penambahan lantai tanpa izin, atau fondasi yang tidak memadai. Bangunan runtuh, menyebabkan banyak korban tewas dan luka berat. Dari perspektif keagamaan, pengasuh pesantren mendorong orang untuk bersabar dan menyerahkan semua tanggung jawab atas peristiwa ini kepada Allah.
Menurut pandangan jabariyah, kejadian tersebut merupakan bagian dari ketetapan Ilahi, yang mencakup jam, tempat, dan kondisi kejadian. Dari perspektif Jabariyah, manusia tetap terbatas, manusia tidak secara mutlak menguasai nasib, karena Allah yang menentukan. Namun, disisi lain juga ada unsur kesalahan manusia (konstruksi, pembangunan, dan pengawasan) yang tampaknya berperan sebagai penyebab.
Musibah ini mengingatkan bahwa manusia bukan penguasa total atas alam dan keadaan, ada kekuatan yang lebih besar Allah yang mengatur alam, termasuk runtuhnya sebuah bangunan. Dari sisi spiritual, kondisi ini mengajak para santri, pengurus, dan masyarakat untuk merenung: “Mengapa harus terjadi?, Apa hikmah di balik musibah ini?, Bagaimana seharusnya kita merespon?”
Respon dan Hikmah: Mengambil Pelajaran dari Kepasrahan Musibah
Melihat musibah lewat perspektif Jabariyah, bukan berarti manusia pasrah total walaupun aliran itu menekankan determinisme tetapi dapat pula diterjemahkan secara positif sebagai dorongan untuk mengambil hikmah dan memperkuat iman. Berikut beberapa poin respon dan hikmah:
Sikap Kepasrahan dan Tawakal
Musibah dalam kerangka Jabariyah menuntut manusia untuk memiliki sikap berserah diri (tawakal) kepada Allah, menerima bahwa apa yang terjadi adalah bagian dari rencana Nya, meskipun pemahaman manusia mungkin belum lengkap. Ini sesuai dengan sikap pengasuh pesantren Al-Khoziny, yang mendorong kesabaran.
Tawakal tidak berarti meninggalkan pekerjaan atau mengabaikan tanggung jawab. Sebaliknya, tawakal berarti meletakkan hasil dan nasib usaha di tangan Allah setelah usaha dilakukan.
Hikmah Spiritual
Beberapa hikmah spiritual yang bisa digali:
- Musibah ini dapat menjadi cara untuk membersihkan jiwa (tazkiyah) melalui kesabaran, berdoa, dan percaya pada Allah.
- Musibah ini memberikan pengingat bahwa Allah memiliki segala sesuatu, meskipun manusia dapat berusaha, Allah yang menentukan.
- Memperkuat solidaritas, Saat bencana terjadi, santri, pengurus, dan masyarakat berkolaborasi untuk membantu korban, menunjukkan ukhuwah dan kepedulian yang nyata.
- Sadar bahwa dunia ini fana, sesuatu yang kokoh dapat runtuh, harta benda dan fasilitas dapat hilang, tetapi amal saleh dan iman kepada Allah yang kekal.
Menjembatani Ikhtiar dan Takdir
Banyak ulama dan kaum Muslim moderat dalam praktiknya menegaskan bahwa, meskipun aliran Jabariyah lebih menekankan takdir mutlak, manusia tetap diberi ruang untuk ikhtiar (usaha) dan kemudian berserah kepada Allah.
Dalam kasus Al-Khoziny, meskipun runtuh adalah hasil dari takdir, ikhtiar manusia harus melakukan pembenahan teknis, perbaikan sistem pengawasan, dan peningkatan standar bangunan. Dengan demikian, respon terbaik adalah ikhtiar yang disertai tawakal, dan keyakinan bahwa hasil akhirnya berada di tangan Allah.
Musibah runtuhnya Pondok Pesantren Al-Khoziny bukan hanya tragedi yang menyedihkan tetapi juga kesempatan untuk berpikir tentang kehidupan spiritual dan masyarakat. Peristiwa ini, dari sudut pandang teologi Jabariyah, menunjukkan bahwa segala sesuatu terjadi karena kehendak Allah yang mutlak, dan manusia tidak dapat sepenuhnya menentukan nasib mereka sendiri.
Tragedi ini meninggalkan ruang untuk introspeksi, pembenahan, dan penguatan iman dan solidaritas. Ikhtiar manusia masih melakukan hal-hal penting, seperti memperbaiki struktur dan meningkatkan aspek keselamatan, tetapi hasil akhir tetap berada di tangan Allah sepenuhnya.
Musibah ini semoga menjadi momentum untuk perbaikan sarana dan penguatan spiritual bagi seluruh pihak yang terlibat. Ini juga harus menjadi pengingat bahwa iman, tanggung jawab, dan keselamatan terkait satu sama lain.
Referensi
Azka Zain Muhaimin Al Anwari dkk. (2024). Pandangan Jabariyah dan Qadariyah Pengaruhnya terhadap Pemikiran Muslim Modern. Jurnal Intelek dan Cendikiawan Nusantara (JICN), Universitas Garut.
Ni’matul Maula & Mas’udi (2025). Theological Perspective of Jabariyah Through Cognitive Psychology and Decision-Making Implications. ‘Imādy: Journal of Islamic Studies and Cultural Dynamics, CIESSpublisher.
Andi Ahsan Taqwim & Indo Santalia (2024). Konsep Takdir Dalam Pemikiran Teologis Al-Jabariyah dan Alqadariyah. MAJIM Jurnal Ilmiah Multidisiplin, Yayasan Daarul Huda.
Luthfia Maesaroh (2024). Menyingkap Perdebatan Qadariyah dan Jabariyah: Antara Kehendak Bebas dan Takdir Illahi. Edu-Riligia: Jurnal Ilmu Pendidikan Islam dan Keagamaan, UINSU.
Universitas Muhammadiyah Surakarta (2025, 9 Oktober). Tragedi Pondok Pesantren Al Khoziny dari Kacamata Konstruksi.
NU Jatim (2025, 30 September). Musibah Mushala Ambruk, Berikut Pernyataan Pengasuh Pesantren Al-Khoziny. NU Online.

