Penulis: Annisa Aqidatul Izzati*
Dalam sejarah Islam, Mu’awiyah bin Abi Sufyan menonjol sebagai figur yang mempengaruhi arah peradaban Islam secara signifikan. Sebagai khalifah pertama Dinasti Umayyah, Mu’awiyah tidak hanya memperluas kekuasaan politik Islam tetapi juga membangun fondasi bagi sebuah dinasti yang akan bertahan selama hampir satu abad. Kepemimpinannya membawa stabilitas setelah periode yang penuh dengan konflik dan transformasi besar dalam struktur pemerintahan dan budaya dunia Islam.
Mu’awiyah lahir di Mekkah pada sekitar tahun 602 M dalam keluarga Bani Umayyah, yang merupakan salah satu klan paling berpengaruh dalam suku Quraisy. Ayahnya, Abu Sufyan, awalnya adalah seorang penentang utama Nabi Muhammad tetapi kemudian memeluk Islam setelah penaklukan Mekkah. Mu’awiyah, yang juga memeluk Islam sebelum penaklukan Mekkah. Setelah masuk Islam Mu’awiyah segera menunjukkan kesetiaannya kepada Nabi dengan ikut serta dalam berbagai ekspedisi militer dan tugas diplomatik.
Mu’awiyah memulai perjalanan politiknya sebagai gubernur Suriah di bawah pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab. Di bawah kepemimpinannya, Suriah menjadi salah satu provinsi yang paling stabil dan makmur dalam kekhalifahan. Keberhasilannya dalam mengelolah wilayah ini memberinya reputasi sebagai administrator yang cakap dan pemimpin yang memiliki wawasan tentang masa depan.
Pada masa pemerintahan Khalifah Utsman bin Affan, Mu’awiyah semakin memperkuat posisinya. Ketika terjadi pemberontakan yang berujung pada pembunuhan Utsman, Mu’awiyah menuntut keadilan bagi kematian sepupunya tersebut. Konflik ini memuncak dalam Perang Saudara Islam pertama (Fitnah), di mana Mu’awiyah berhadapan dengan Khalifah Ali bin Abi Thalib. Setelah kematian Ali, Mu’awiyah berhasil mengonsolidasikan kekuasaannya dan mendeklarasikan dirinya sebagai Khalifah pada tahun 661 M, menandai dimulainya era Dinasti Umayyah.
Sebagai Khalifah, Mu’awiyah memperkenalkan berbagai kebijakan dan reformasi yang bertujuan memperkuat kekhalifahan dan mempromosikan stabilitas. Salah satu kebijakannya yang paling penting adalah memindahkan ibu kota kekhalifahan dari Madinah ke Damaskus. Pemindahan ini bukan hanya langkah strategis tetapi juga simbolis, menunjukkan pergeseran pusat kekuasaan dan budaya dalam dunia Islam.
Mu’awiyah juga dikenal karena pembentukan angkatan laut yang kuat, yang memungkinkan ekspansi kekhalifahan ke wilayah Mediterania dan memperkuat pertahanan terhadap serangan Bizantium. Ia mempromosikan administrasi yang efisien dengan mengadopsi beberapa praktik pemerintahan Bizantium dan Persia, serta memperkuat sistem pos dan komunikasi. Di bawah kepemimpinannya, jaringan jalan dan pos berkembang, yang mempercepat pengiriman pesan dan administrasi pemerintahan yang lebih efisien.
Mu’awiyah meninggal pada tahun 680 M, meninggalkan warisan yang kompleks. Di satu sisi, ia berhasil menciptakan stabilitas dan memperluas wilayah kekhalifahan, serta menerapkan reformasi yang berkontribusi pada kemakmuran dan kemajuan. Di sisi lain, pemerintahannya sering dikritik karena kecenderungan otoriter dan penekanan terhadap lawan politik, serta awal mula praktik pewarisan kekuasaan monarki dalam Islam yang bertentangan dengan prinsip-prinsip awal kekhalifahan yang lebih egaliter.
Sebagai pendiri Dinasti Umayyah, Mu’awiyah menetapkan pemimpin selanjutnya bagi pemerintahan dinasti dalam dunia Islam, sebuah perubahan signifikan dari tradisi sebelumnya yang lebih demokratis dan berbasis konsensus. Mu’awiyah bin Abi Sufyan menunjuk putranya, yaitu Yazid bin Mu’awiyah, sebagai penerusnya yang justru dari situlah menjadi pemicu kontroversi dan ketegangan yang akan berlanjut setelah kematiannya.
Dapat diambil kesimpulan bahwa Mu’awiyah bin Abi Sufyan merupakan sosok yang penting dalam sejarah peradaban Islam. Kepemimpinannya menandai transisi dari era Khulafaur Rasyidin ke Dinasti Umayyah, membawa perubahan signifikan dalam struktur politik, sosial, dan budaya dunia Islam. Meskipun kepemimpinannya tidak lepas dari kontroversi, kontribusinya dalam membangun dan memperkuat kekhalifahan tetap diakui sebagai fondasi penting bagi perkembangan peradaban Islam pada masa-masa selanjutnya. Dengan kebijaksanaan politiknya, kemampuan administratif, dan visi jangka panjangnya, Mu’awiyah berhasil mengukir namanya dalam sejarah sebagai arsitek utama dari Dinasti Umayyah dan pembentuk peradaban Islam yang berpengaruh hingga hari ini.
*) Mahasiswa Prodi Tasawuf dan Psikoterapi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.