Penulis: Ach. Ngilman Nasukha*
“Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu dan berkurbanlah.” (Q,S Al-Kautsar: 2)
Puncak nikmat bagi seorang musim di setiap tahunnya ialah bisa merayakan hari raya Idulfitri dan Iduladha, karena hari tersebut merupakan momentum bersuka cita dan bergembira bagi diri setiap muslim. Pada tanggal 10 Dzulhijjah, umat muslim merayakan Iduladha, yang mana pada hari tersebut menjadi perenungan paripurna umat muslim tentang makna pengorbanan dan cinta.
Iduladha disebut juga sebagai yaum an-nahr yaitu hari dimana umat muslim menyembelih hewan kurban, seperti kambing, sapi dan unta. Iduladha juga merupakan hari dimana umat muslim di seluruh dunia menunaikan ibadah haji di Makkah al-Mukarromah sebagai pelengkap rukun Islam ke-5. Suatu nikmat yang besar ketika kita dapat melaksanakan Iduladha tiap tahunnya dengan khidmat seraya meluapkan rasa syukur dan mengumandangkan takbir.
Bulan Dzulhijjah merupakan bulan yang juga dimuliakan oleh Allah SWT nilai-nilai yang terkandung di dalamnya merupakan sebuah manifestasi dari sebuah kisah yang menginspirasi. Sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah merupakan hari yang menjadi peluang kita untuk meraih perhatian Allah SWT. Oleh karena itu, dianjurkan bagi kita sebagai seorang muslim untuk menunaikan amalan-amalan yang saleh, seperti puasa sunnah dan menyembelih hewan kurban. Sebagaimana yang diriwayatkan Imam Bukhari dalam sebuah hadis:
“Dari Ibnu Abbas dengan kualitas hadis marfu’. ‘Tidak ada hari-hari di mana amal saleh lebih disukai Allah pada hari itu dari pada hari-hari ini (sepuluh hari Dzulhijjah).’ Kemudian para sahabat bertanya, ‘Bukan pula jihad, ya Rasulullah?’ Rasul menjawab, ‘Tidak pula jihad di jalan Allah kecuali seorang lelaki yang keluar membawa diri dan hartanya kemudian ia pulang tanpa membawa apa-apa lagi,” (HR. Bukhari).
Segala yang terkandung dalam Iduladha merupakan bentuk rahmat yang sudah Allah swt. siapkan kepada hamba-Nya, dan setiap ibadah yang Allah SWT perintahkan terdapat hikmah dan ibrah yang sebaiknya kita ketahui untuk memperkokoh iman kita terhadap-Nya.
Hikmah dan ibrah pada hari raya Iduladha dapat kita temui dalam tiga aspek, yakni spiritual, moral, dan sosial. Dalam aspek spiritual, Iduladha merupakan hari dilaksanakannya penyembelihan hewan kurban, yang mana menjadi bentuk ikhtiar kita dalam menjalin hubungan iman dan takwa kita dengan Allah SWT sebagai hamba.
Ibadah kurban yang ditunaikan pada hakikatnya bukanlah daging dan darah yang dipersembahkan kepada Allah SWT melainkan menjadi simbol ketakwaan dan keikhlasan yang tertanam pada hati seorang muslim yang menunaikan ibadah kurban.
Kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail merupakan tonggak yang menjadi sejarah ibadah kurban, karena didalamnya terdapat unsur nilai-nilai keislaman yang menjadi teladan umat Islam. Dapat dikatakan bahwasanya, setiap kita adalah Nabi Ibrahim yang mempunyai Nabi Ismail, dapat diibaratkan Nabi Ismail ini adalah berupa harta, jabatan, dan ego.
Semua hal tersebut adalah sesuatu yang kita sayangi dan kita pertahankan di dunia yang fana ini. Jadi, pada hakikatnya makna pada Iduladha ialah membunuh rasa kepemilikan kita terhadap isi dunia karena seluruh dunia dan seisinya hanya milik Allah SWT.
Dalam aspek sosial, hari raya kurban mengajarkan manusia untuk memendam sifat-sifat egois pada dirinya masing-masing. Hal itu dikarenakan manusia merupakan makhluk sosial yang diajarkan untuk saling berbagi terhadap apa yang kita miliki kepada orang lain.
Dengan menyembelih hewan kurban, selain daging kurban kita nikmati sendiri, namun kita juga dianjurkan untuk berbagi kepada orang lain terkhusus kaum fakir dan du’afa. Dengan pemberian daging kurban, maka mereka juga akan merasakan begitu bahagianya suasana Iduladha, sehingga rasa tersebut bisa dirasakan bersama. Selain itu, kegiatan positif ini juga akan menjadi pengait persaudaraan antar umat Islam, maka akan muncul bibit perdamaian dan ketenteraman umat Islam.
Dalam aspek moral, penyembelihan hewan kurban menjadi simbol di setiap diri manusia atas hilangnya sifat kebinatangan dan keburukan. Adapun esensi dari kurban ialah perwujudan sikap rela berkorban. Nabi Ismail merupakan teladan kita untuk menjadi anak yang salih kepada kedua orang tua dan sendiko dawuh terhadap perintah Allah SWT tanpa memandang beban dari pada perintah tersebut.
Akhlak Nabi Ismail ini patut kita teladani agar terbentuk moral hasanah dalam diri kita. Selain itu itu, penyembelihan hewan kurban juga menjadi tanda keridhaan kita untuk memberikan segala yang kita miliki atas nama kebaikan-Nya, hal tersebut menjadi atribut tadabbur kita terhadap seisi dunia bahwa segalanya hanya milik Allah semata
Hari raya Iduladha ini menjadi suatu momentum yang akan membawa umat Islam untuk kembali dekat dengan dzat Allah SWT dan dapat bertindak sesuai dengan apa yang dititahkan-Nya. Unsur filosofis yang terkandung dalam Iduladha sekaligus menjadi muhasabah diri kita untuk selalu sadar akan berharganya nyawa di setiap diri seseorang dan begitu layaknya seseorang untuk hidup. Maka dari itu, marilah kita mensyukuri karunia-Nya dan manfaatkan sebaik mungkin umur kita, kemampuan kita sebagai hamba yang taat kepada-Nya.
*) Mahasiswa Manajemen Bisnis Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, UIN Raden Mas Said Surakarta. Pegiat di UKM LPM Dinamika.