Penulis: Zaki Arif*
Alquran, sebagai kitab suci bagi umat Islam, memiliki keunikan dalam keasliannya yang terjaga sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Pengumpulan Alquran menjadi salah satu aspek penting dalam mempertahankan kebenaran dan integritasnya. Artikel ini mengeksplorasi peran pengumpulan Alquran dalam menjaga keaslian teks suci ini dan bagaimana hal itu mempengaruhi pemahaman umat Muslim terhadap ajaran agama.
Alquran, sebagai wahyu terakhir yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW, menjadi pedoman utama bagi umat Islam dalam beribadah, berakhlak, dan mengatur kehidupan mereka. Kehadiran Alquran dalam bentuk yang autentik dan tak terubah menjadi fokus utama bagi umat Muslim. Pengumpulan Alquran yang dilakukan sejak zaman Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin memiliki peran krusial dalam memastikan bahwa teks suci ini tetap utuh dan tidak terdistorsi.
Peran Pengumpulan Alquran
Pengumpulan Alquran dilakukan secara cermat dan terarah di masa Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin. Para sahabat Nabi, yang memiliki hafalan yang kuat atas Alquran, bekerja sama untuk menulis dan merekam setiap ayat dengan akurasi yang tinggi. Setelah wafatnya Nabi Muhammad, pengumpulan Alquran dilanjutkan oleh para khalifah yang bertujuan untuk memastikan bahwa tidak ada yang berubah atau terhilang dari teks suci ini.
Mempertahankan Kebenaran
Pengumpulan Alquran bukan hanya tentang menghimpun teks-teks yang tersebar, tetapi juga tentang memastikan bahwa kebenaran yang terkandung di dalamnya tidak terpengaruh oleh perubahan zaman atau pemahaman yang salah. Dengan menjaga keaslian Alquran, umat Islam dapat mempertahankan ajaran agama yang murni dan autentik, serta menghindari penafsiran yang salah atau ekstremis.
Dampak Pengumpulan Alquran
Pengumpulan Alquran tidak hanya memiliki dampak historis, tetapi juga relevan dalam konteks modern. Dengan tersedianya Alquran dalam format yang terstandarisasi, umat Muslim dapat memahami dan mempraktikkan ajaran agama dengan lebih konsisten. Hal ini juga memungkinkan adanya penelitian dan kajian yang lebih mendalam terhadap teks suci ini, baik dari segi linguistik maupun konteks budaya dan sejarah.
Secara historis, Alquran telah menempuh perjalanan panjang sejak diturunkannya kepada Nabi Muhammad SAW, melintasi berbagai zaman dan peradaban. Di tengah gempuran zaman yang penuh dengan tantangan, menjaga keaslian Alquran menjadi tugas yang tidak hanya sakral tapi juga fundamental bagi umat Islam di seluruh dunia.
Artikel ini telah mencoba menguraikan peran penting pengumpulan Alquran yang dilakukan oleh para sahabat Nabi, khususnya di era Khalifah Abu Bakar dan Utsman bin Affan, dalam mempertahankan kebenaran dan keaslian kitab suci ini.
Pengumpulan Alquran bukan sekadar proses menghimpun ayat-ayat yang tersebar, melainkan merupakan upaya gigih untuk memastikan bahwa setiap kata yang terkandung di dalamnya adalah murni wahyu yang telah diturunkan, tanpa ada penambahan atau pengurangan.
Langkah-langkah ketat yang diambil oleh para sahabat dalam proses pengumpulan dan penulisan Alquran, serta pembakuan mushaf di era Khalifah Utsman, adalah bukti nyata dari upaya menjaga keaslian Alquran. Ini tidak hanya menunjukkan kecermatan dan keseriusan mereka dalam menjalankan amanah ini, tapi juga menegaskan keandalan metode yang digunakan dalam pengumpulan Alquran.
Di samping itu, peran para hafiz dan qari dalam melestarikan Alquran melalui hafalan dan tradisi lisan, juga tidak bisa dianggap remeh. Melalui kedua metode ini, Alquran tidak hanya terjaga keasliannya tetapi juga terus hidup dan berkembang dalam hati dan praktik kehidupan umat Islam sehari-hari.
Oleh karena itu, menjaga keaslian Alquran adalah tanggung jawab yang berkelanjutan, yang tidak hanya terbatas pada aspek tekstual, namun juga melibatkan pemahaman dan praktik yang benar sesuai dengan ajaran yang terkandung di dalamnya.
Ini memerlukan kerja sama antara ulama, pendidik, dan seluruh umat Islam untuk terus mempelajari, mengamalkan, dan menyebarkan pesan-pesan Alquran dengan cara yang autentik dan relevan dengan zaman.
Sebagai penutup, perjuangan menjaga keaslian Alquran merupakan manifestasi dari komitmen umat Islam terhadap kebenaran abadi. Melalui upaya kolektif yang didasarkan pada prinsip-prinsip ilmiah dan ketakwaan, kita dapat memastikan bahwa Alquran tetap menjadi sumber petunjuk yang murni dan tidak terkontaminasi oleh perubahan zaman atau pengaruh eksternal.
Ini adalah warisan yang akan terus kita amanahkan kepada generasi mendatang, sebagai bukti cinta dan dedikasi kita terhadap kitab yang menjadi pedoman hidup ini.
*) Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya.
Editor: Adis Setiawan