Penulis: Wardah Zairina*
KULIAHALISLAM.COM – Kaum sufi mengatakan bahwa kata Jadzab berarti kondisi yang ditarik langsung oleh Allah SWT. Sedangkan orangnya disebut Majdzub. Makna terminologi wali majdzub adalah orang yang ditarik langsung oleh Allah SWT sampai terbuka hijabnya (batas kesadaran).
Wali majdzub merupakan seseorang yang telah tenggelam akan rasa cinta dan rasa rindunya terhadap Allah SWT. Dalam artian kecintaan wali majdzub terhadap Allah SWT melebihi batasan. Sehingga perilakunya nampak seperti mendekati orang gila dan tidak ingat dengan urusan duniawi.
Dilihat secara dhahir, wali majdzub tidak terlihat perjalanan saliknya, namun wali majdzub menempuh jalan yang dipendekkan atau yang ditarik oleh Allah SWT secara tiba-tiba jadzab. Sehingga wali majdzub telah terlihat mencapai maqam kewalian.
Demikianlah Allah SWT yang berkehendak kepada siapapun yang dianugerahi. Sosok wali majdzub termasuk golongan yang terpilih secara tiba-tiba tanpa adanya persiapan. Seperti firman Allah SWT, “Dia (Allah) mengkhususkan rahmat-Nya kepada siapa saja yang Dia kehendaki” (QS.Ali Imron: 74)
Wali majzub termasuk wali yang tingkatannya paling kecil. Beliau memiliki sifat yang nyeleneh yang menampakkan perilaku yang lahiriah yang aneh, karena rasa cintanya terhadap Allah SWT melewati batas kesadarannya.
Akibat wali majdzub mabuk Tuhan, beliau terkadang mengucapkan perkataan yang aneh syatahah. Beberapa ucapan dari wali majdzub terdengar akan melanggar syariat dan Akidah. Maka ucapan itu tidak boleh untuk diamalkan. Walaupun ucapannya benar, namun harus ada penguat dari dalil syara’ yang jelas dan sah. (Basid, 2022)
Meskipun wali majdzub sering menampakkan perilaku yang aneh, namun beliau juga sering memunculkan karamah yang cenderung tidak masuk akal di mata orang awam. Memang tidak mudah orang awam akan percaya, baliau termasuk wali atau orang gila biasa.
Wali majdzub terus menerus terpesona dalam cintanya terhadap keindahan dan keagungan Allah SWT. Wali majdzub tidak menderita kelainan kerusakan mental seperti orang gila biasa, karena dalam dirinya masih memiliki kesadaran. Sedangkan orang gila sungguhan adalah yang memiliki kerusakan dari sarafnya.
Wali majdzub keterbatasannya hanya pada maqam majdzub, fikirannya kepada urusan Ilahiah saja. Secara dhahir beliau tidak memikirkan urusan dunia. Sebagian besar wali majdzub jika diperintah salat terkadang tidak menyambung fikirannya, karena tidak memikirkan urusan duniawi. Dari segi ibadah wali majdzub tidak dikenai taklif dari syariat sama seperti orang gila yang mereka tidak diwajibkan untuk melakukan perintah Allah SWT.
Indonesia memliki wali majdzub yang banyak karomahnya, pertama Wan Sehan atau Habib Syaikhon bin Al-Musthafa Al-Bahar yang pernah membeli mobil dengan daun yang ia simpan didalam koper. Namun sampai berada di dealer mobil koper yang berisi daun berubah menjadi uang.
Kedua Habib Ja’far bin Muhammad bin Hamid bin Umar Al-Kaff yang berpakaian nyentrik dan memiliki 7 rupa dalam waktu yang sama dengan posisi yang berbeda. Ketiga Habib Bakar bin Abu Bakar Assegaf yang pernah menaiki angkot yang awalnya sepi lalu setelah beliau menaikinya, angkot itu menjadi ramai penumpang. (Handoko, 2023)
Sikap para ulama sangat menghormati mereka sebagai wali majdzub. Jika beliau masih mempunyai istri dan anak maka dianjurkan untuk memberikan atau membantu apa yang mereka butuhkan. Di sisi lain sikap orang alim maupun orang awam tidak boleh untuk berguru dan meminta do’a kepada wali majdzub. Sikap hormat kepada wali majdzub, seorang muslim harus selalu berfikir husnudzan serta cukup menyakininya bahwa apa yang dilakukan itu atas kehendak Allah SWT.
Sebagaimana yang disampaikan Buya Yahya dalam singkat ceramahnya di channel youtube Al-Bahjah TV, Buya Yahya mengatakan, “Tidak disarankan bagi kita untuk berguru pada wali majdzub. Tidak juga meminta do’a pada-Nya. Cukup berhusnudzan saja dan pelajarilah ilmu agama dari para wali ‘alim.” Salah satu orang yang dicintai oleh Allah SWT adalah seorang wali Allah, karena wali Allah beriman dan bertakwa hanya kepada Allah SWT.
Kewajiban seorang muslim memliakan wali Allah SWT, karena barang siapa yang menyakiti, menghina dan memusuhi wali Allah maka akan mendapatkan ancaman. Sebagaimana dalam Hadis Qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori yang berbunyi,
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” إِنَّ اللَّهَ قَالَ: مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالحَرْبِ، وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ،
Artinya: Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, Barangsiapa memusuhi wali-Ku, sungguh Aku mengumumkan perang kepadanya. Tidaklah hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada hal-hal yang Aku wajibkan kepadanya. Hamba-Ku tidak henti-hentinya mendekat kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah hingga Aku mencintainya.”
Demikian gambaran mengenai wali majdzub yang terkenal dimana beliau memiliki karamah sangat menakjubkan. Meskipun mereka secara dhahir sering melakukan tindakan yang aneh, namun batiniyahnya hanya menuju kepada kecintaan Allah SWT. Maka bagi seorang muslim wajib memuliakan wali majdzub karena yakin apa yang dilakukan itu kehendak Allah SWT tanpa berguru kepada mereka.
*) Mahasiswi UIN Sunan Ampel Surabaya Semester 3 di Program Studi Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin dan Filsafat.