Artikel

Mengenal Rabi’ah Al Adawiyah Wanita Pelopor Tasawuf

2 Mins read

Mengenal Rabi’ah Al Adawiyah Wanita Pelopor Tasawuf

Rabi’ah Al Adawiyah lahir di Basra, 95 H/713 Masehi di Yerusalem dan wafat 185 H/801 M. Ia seorang wanita yang zuhud dan pelopor tasawuf yang mengemukakan konsep Mahabah dalam tasawufnya. 
Nama lengkapnya adalah Ra’biah Binti Isma’il Al Adawiyah Al Qisiyyah. Ia berasal dari keluarga miskin, ditinggal mati ayahnya selagi ia masih kanak-kanak dan dirundung keperihatinan hidup pada masa remajanya.
Fakhruddin Attar (513 H/119 M – 627 H/1230 M), penyair mistik Persia dalam melukiskan keperihatinan Rabi’ah menulis bahwa ia dilahirkan di rumah, di mana tidak ada satupun yang dapat dimakan dan yang dapat dijual. 
Malam gelap gulita karena minyak untuk penerangan juga telah habis. Pada suatu hari menjelang usia remajanya ketika keluar rumah, ia ditangkap oleh penjahat dan dijual dengan harga 6 dirham.
Orang yang membeli Rabi’ah menyuruhnya mengerjakan pekerjaan yang berat, memperlakukannya dengan bengis dan kasar. Namun demikian ia tabah menghadapi penderitaan, pada siang hari melayani tuannya dan pada malam hari beribadah kepada Allah, mendambakan ridha-Nya.
Pada suatu malam tuannya melihat Rabi’ah sedang sujud dan  berdoa : “Ya Allah, Engkau tahu bahwa hasrat hatiku untuk dapat mematuhi perintah-Mu, jika aku dapat mengubah nasibku ini, niscaya aku tidak akan beristirahat sebentar pun dari Mengabdi kepada-Mu.”
Menyaksikan peristiwa ini, tuannya merasa takut pada Rabi’ah karena Rabi’ah memiliki kedekatan dengan Tuhan, tuannya pun membebaskannya.
Setelah menikmati kebebasan, Rabi’ah menjalani kehidupan Sufistik, beribadah dan berkhalwat, lebih memilih kemiskinan daripada kegemerapan duniawai. 
Ia hidupi menyendiri, tidak menikah dan enggan menerima bantuan material dari orang lain. Dengan sikap dan kesalehannya itu, namanya sebagai orang suci dan pengkhotbah makin harum.
Ia dihormati oleh orang-orang yang zuhud semasanya dan sering dikunjungi para Sufi, para Sufi yang sering berkunjung antara lain Malik bin Dinar, Sufyan Ats Sauri dan Syaqiq Al Balkhi. 
Rabi’ah memilih menempuh jalan hidup sendirian tanpa menikah, hanya mengabdi kepada Allah. Pengalaman kesufian ia peroleh bukan melalui guru, melainkan melalui pengalamannya sendiri. 
Ajarannnya dikenal melalui muridnya yang menuliskan ajaran Rabi’ah setelah Rabi’ah wafat. Terdapat beberapa keterangan mengenai tahun kematian Rabi’ah, ada yang menyebut 135 H/752 M, yang lain menyebut 185 H/801 M. 
Begitupun tempat pemakamannya, ada yang menyatakan ia dimakamkan di dekat Yerusalem dan yang lain menyatakan ia dimakamkan di Basra kota kelahirannya. Rabi’ah dipandang sebagai pelopor tasawuf mahabah (cinta mistik) yaitu penyerahan diri total kepada Allah. 
Hakikat tasawufnya adalah habbul-Ilah (mencintai Allah). Ibadah yang ia lakukan bukan terdorong oleh rasa takut akan siksa neraka atau rasa penuh harap akan pahala dan surga, melainkan semata-mata terdorong oleh rasa rindu pada Tuhan untuk menyelami keindahan-Nya yang azali (wujud abadi tanpa awal).
Mahabah sebagai martabat untuk mencapai tingkat makrifat (ilmu yang mendalam untuk mencari dan mencapai kebenaran dan hakikat) diperoleh Rabi’ah setelah melalui martabat-martabat kesufian dari tingkat ibadah dan zuhud ke tingkat rahmat dan ihsan (kebajikan) sehingga cintanya hanya kepada Allah. 
Cinta Rabi’ah kepada Allah telah memenuhi seluruh jiwa dan raganya. Ketika kepadanya ditanyakan mengenai cinta kepada Rasulullah SAW, ia menjawab: “Aku demi Allah sangat mencintai Rasul, akan tetapi cintaku kepada Al Khaliq (Maha Pencipta) telah memalingkan perhatianku dari sesama makhluk.”
Dan ketika ditanyakan kepadanya mengapa ia tidak mau menikah ? Rabi’ah menjawab: “Barangsiapa ingin memperistrikannya  maka hendaklah izin kepada Allah”. Bagi Rabi’ah dorongan mahabah kepada Allah berasal dari dirinya sendri dan juga karena hak Allah untuk dipuja dan dicintai. 
Mahabah disini bertujuann untuk melihat keindahan Allah. Puisi-puisi mahabah kepada Allah yang banyak diucapkan sufi terkenal sering dinisbatkan kepadanya, misalnya:
“Ya.. Allah, jika aku menyembah-Mu karena takut kepada Neraka, bakarlah aku di dalam nerakamu dan jika aku menyembah-Mu karena mengharapkan surga maka campakanlah dari dalam surga tetapi jika aku menyembah-Mu demi Engkau semata, janganlah engkau memperlihatkan keindahan wajah-Mu yang abadi kepadaku.”
Baca...  Wujud Refleksi Tantangan Perkaderan Internal PC IMM Bangkalan Sukses Gelar DAM Nasional
2410 posts

About author
Merupakan media berbasis online (paltform digital) yang menyebarkan topik-topik tentang wawasan agama Islam, umat Islam, dinamika dunia Islam era kontemporer. Maupun membahas tentang keluarga, tokoh-tokoh agama dan dunia, dinamika masyarakat Indonesia dan warga kemanusiaan universal.
Articles
Related posts
Artikel

Promo Toko Online: Strategi Efektif untuk Meningkatkan Penjualan

2 Mins read
Dilansir dari www.smart-shopping-mall.com, dalam era digital saat ini, belanja online telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari. Dengan semakin banyaknya toko online…
Artikel

Inilah 2 Rekomendasi Restoran Terbaik Untuk Fine Dining Di Bali

2 Mins read
Bali dikenal sebagai destinasi utama untuk makan malam mewah, menawarkan pemandangan laut yang menakjubkan, suasana intim dengan lilin, serta hidangan kelas dunia….
Artikel

Membangun Taman Masjid Dengan Kontraktor Profesional

2 Mins read
Masjid Syekh Zahid di Kediri telah menjadi ikon baru yang menarik perhatian masyarakat. Keindahan arsitektur masjid ini tidak hanya terlihat dari bangunan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights