Pendapat Dr. Zaki Mubarak
Pendapat Dr. Umar Faruq
Pendapat Yusuf Al Qardhawi
Pendapat Dr. Majid Irsan Al Kilani
Pendapat Dr. Adian Husaini (Peneliti INSISTS)
Dr. Adian Husaini memberikan uraian tentang hal ini dalam artikelnya yang berjudul Al Ghazali, Perang Salib dan Kebangkitan Islam yang dimuat di INSISTS.id, lebih lengkapnya pernyataan beliau dapat dilihat di INSISTS.id namun dari uraiannya itu ia berkesimpulan bahwa Imam Al Ghazali bukan tidak peduli dengan Perang Salib.
Tetapi, kondisi moral dan keilmuan umat Islam yang sangat parah menyebabkan, seruan jihad tidak mendapatkan banyak sambutan. Karena itu, para ulama seperti Al Ghazali berusaha menyembuhkan penyakit umat secara mendasar.
Caranya, dengan mengajarkan keilmuan yang benar. Ilmu yang benar-benar akan mengantarkan pemiliknya kepada keyakinan, kecintaan pada ibadah, zuhud, dan jihad.
Ilmu yang rusak akan menghasilkan ilmuwan dan manusia yang rusak, yang cinta dunia dan pasti enggan berjihad di jalan Allah. Itulah mengapa Kitab Ihya’ Ulumuddin diawali pembahasannya dengan bab tentang ilmu (Kitabul Ilmi).
Langkah Al Ghazali ini perlu direnungkan dengan serius. Ketika umat Islam mengalami krisis dalam berbagai bidang kehidupan, Al Ghazali melakukan upaya penyembuhan secara mendasar. Sebab, sumber dari segala sumber kebaikan dan kerusakan adalah “hati/aqal”.
Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya di dalam tubuh terdapat mudghah. Jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuhnya. Dan jika dia rusak, maka rusaklah seluruh tubuhnya. Itulah al-qalb.” (HR Muslim).
Hati manusia harus dengan ilmu dan pendidikan yang benar. Karena itu, menyebarnya paham yang merusak iman harus dihadapi dengan serius. Abu Harits al-Hasbi al-Atsari dalam kata pengantarnya untuk buku Ibnul Qayyim al-Jauziyah yang berjudul Al-Ilmu menjelaskan, bahwa Allah telah menurunkan “Kitab” dan “Besi” sebagai sarana untuk tegaknya agama Allah.
“Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan keseimbangan (Keadilan) agar manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami menciptakankan besi yang memiliki kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia (supaya mereka mempergukan besi) dan mengetahui Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)-Nya dan rasul-rasul-Nya Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Mahakuat lagi Mahaperkasa.” (QS Al-Hadid: 25).
Di masa hidupnya, Al Ghazali telah melakukan berbagai usaha yang sungguh-sungguh untuk mengajarkan ilmu yang benar. Lebih dari itu, Al Ghazali juga memberikan keteladanan hidup. Meskipun ia berilmu tinggi dan mendapatkan peluang besar untuk hidup mewah dengan ilmunya, tetapi ia justru memilih tinggal di kampungnya, di Such.
Di sanalah Al Ghazali membangun satu pesantren, membina para santrinya dengan ilmu dan keteladanan hidup yang tinggi. Dari upaya para ulama seperti Al Ghazali inilah kemudian lahir satu generasi yang hebat, yaitu generasi Shalahuddin Al Ayyubi. Bukan seorang Shalahuddin, satu generasi Shalahuddin, yang pada 1187 berhasil memimpin hanya Kota Suci Yerusalem dari cengkraman Pasukan Salib.