Refleksi selama mengikuti mata kuliah pendidikan karakter, membuat ketertarikan untuk membahas topik yang erat kaitannya dengan menanamkan karakter positif pada anak: peran penting keluarga dalam pembentukan kepribadian.
Keluarga merupakan forum pendidikan yang pertama dan utama dalam sejarah hidup sang anak yang menjadi dasar penting dalam pembentukan karakter manusia itu sendiri.
Untuk menciptakan karakter yang kuat dan jiwa baik pada anak didalam keluarga, diperlukan terciptanya suasana keluarga yang harmonis dan dinamis, hal tersebut dapat tercipta jika terbangun koordinasi dan komunikasi dua arah yang kuat antara orang tua dan anak.(Hyoscyamina, n.d.)
Keluarga yang dimaksud disini adalah orang tua, dalam hal ini orang tua memiliki peran sebagi pendidik utama untuk mengajarkan nilai-nilai positif. Peran orang tua dalam membentuk karakter anak sangatlah penting dan tak dapat diabaikan.
Oleh karna itu menciptakan hubungan yang harmonis antara orang tua dan anak menjadi langkah strategis dalam membentuk generasi dengan karakter yang positif. Orang tua memiliki tanggung jawab dalam mendidik dan menjaga anaknya, sebagaimana yang tertuang dalam Q.S At-Tahrim ayat 6:
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjagaannya adalah malaikat-malikat yang kasar dan keras. Mereka tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepadannya dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.
Dari arti tersebut sudah jelas sekali bahwa Allah SWT memerintahkan orang-rang yang beriman untuk menjaga dirinya dari api neraka yang bahan bakar utamanya adalah manusia dan batu yakni dengan taat dan patuh melaksanakan perintah Allah SWT.
Mereka juga diperintahkan untuk mengajarkan kepada keluarga agar taat kapada Allah SWT untuk menyelamatkan mereka dari api neraka. Dengan konteks ini, orang tualah berkewajiban mengajarkan anak-anaknya kepada kebaikan agar selamat dari api neraka.
Abdullah (2003: 232) mengemukakan bahwa Pendidikan keluarga adalah segala usaha yang dilakukan oleh orang tua berupa pembiasaan dan improvisasi untuk membantu perkembangan pribadi anak. Pendapat yang sama dikemukakan Mansur (2005: 319).
Pendidikan keluarga adalah proses pemberian positif bagi tumbuh kembangnya anak sebagai pondasi pendidikan selanjutnya. Maka jelaslah bahwa pendidikan keluarga tidak hanya sekedar tindakan (proses) tapi praktek dan implementasinya terus dilaksanakan oleh para orang tua akan nilai-nilai pendidikan dalam keluarga. (Santika, 2018)
Pendidikan anak dimulai saat bayi masih ada dalam kandungan ibu, dengan cara memberikan makanan yang halal, komunikasi, mendengarkan ayat-ayat suci Al-Quran, musik klasik, yang dapat membantu perkembangan otak anak.
Beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk membentuk watak dan kepribadian anak yang baik: Komunikasi keluarga, komunikasi keluarga yang efektif memainkan peran penting dalam pembentukan karakter anak. Anak merasa dihargai dan dipahami melalui percakapan yang terbuka dan penuh kasih sayang.
Dengan demikian, mereka lebih mudah menerima prinsip-prinsip yang diajarkan kepada mereka. Pengalaman atau cerita sehari-hari dapat digunakan untuk berbicara tentang nilai-nilai seperti disiplin, toleransi, dan kebaikan.
Komunikasi keluarga tidak dapat disamakan dengan komunikasi antar anggota kelompok biasa. Komunikasi yang terjadi dalam suatu keluarga tidak sama dengan komunikasi keluarga yang lain.
Setiap keluarga mempunyai pola komunikasi tersendiri. Hubungan orang tua dengan anak senantiasa dipengaruhi dan ditentukan oleh sikap orang tua itu sendiri, baik sikap yang berhubungan dengan afeksi maupun dominasi, karena pada kenyataannya ada orang tua yang mendominasi, yang memanjakan, acuh tak acuh dan ada orang tua yang akrab, terbuka dan bersahabat dengan anak-anaknya.
Mengenalkan Allah SWT sejak dini, Menurut Ery Soekresno, psikolog yang sekarang menjadi konsultan pendidikan di Yayasan IQRO, pengenalan kepada Allah SWT seharusnya sudah dimulai sejak anak masih berada di dalam kandungan.
Pada saat itu, bayi sudah dapat mendengar, karenanya saat mengandung, seorang ibu disunnahkan untuk banyak berdzikir dan menjauhi majelis ghibah, tujuannya supaya anak hanya mendengar yang baik saja.
Menjauhkan kata-kata tidak baik di hadapan anak. “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, pengelihatan dan hati agar kamu bersyukur.” (QS.16:78).
Setiap hari seorang bayi menangkap kata- kata ibu dan ayahnya. Ibu adalah orang yang paling sering dekat dengan si bayi dan yang paling sering memeluknya dalam sehari, karenanya daya hidup sang bayi menyerap suara ibunya bersamaan dengan setiap aspek keberadaan ibunya.
Biasakan anak untuk jujur, berhati-hatilah terhadap kata-kata yang kita ajarkan dan ucapkan, jangan sampai di dalamnya terdapat benih-benih kebohongan. Orang tua adalah teladan bagi anak.
Beri contoh dalam menjaga amanah, anak adalah seorang peniru maka orang tua berkewajiban memberi contoh yang baik. Ajaklah anak sholat tepat waktu, ketika umurnya tujuh tahun, saat dia melalaikan sholat pukul dia, hal ini dikarenakan untuk mengajari dia dalam menjaga amanah atau belajar tanggung jawab.
Apabila anak waktunya belajar tetapi dia masih menonton TV maka tegur dia lalu matikan televisinya, suruh si anak untuk belajar dan kita jangan menyalakan lagi TV itu. Kita temani anak untuk belajar dan menanyakan kesulitan-kesulitannya.
Mendengarkan kritikan/ teguran anak, mendengarkan serta menghargai kritikan anak bukanlah sebuah hinaan yang akan merendahkan martabat sebagai orang tua, namun merupakan anugrah bagi orang tua memiliki anak yang kritis, akan tetapi kita harus mengajarkan cara mengkritik yang santun.
Berbuat Adil, anggaplah kita sebagai hakim yang adil dalam menghadapi masalah yang dialami oleh anak- anak baik antara kakak dengan adik maupun antara anak kita dengan orang lain, lihat dulu apa permasalahannya? mana yang salah? jangan asal menyalahkan!.
Luangkan waktu untuk anak, luangkan waktu untuk bermain bersama anak, mendengarkan keluh kesahnya sehingga anak akan merasa lega dengan berkurangnya beban yang ada di hatinya.
Ajaklah anak untuk mengambil setiap ilmu dimana saja dia berada. Sediakan bacaan yang bermutu bagi anak di rumah, kondisikan agar dia mau dan senang membaca. Ajarkan bahwa mendapatkan ilmu bisa dari siapa saja, ini juga mengajarkan untuk emnghargai orang lain.
Dengan demikian keluarga adalah sekolah pertama bagi anak dalam membentuk karakter. Orang tua sebagai figur utama harus berperan aktif dengan menjadi teladan, menciptakan komunikasi yang efektif, menyediakan lingkungan positif, dan membangun kebiasaan baik.
Dengan peran keluarga yang optimal, anak tidak hanya tumbuh menjadi individu yang berkarakter baik, tetapi juga mampu memberikan kontribusi positif bagi masyarakat. Pembentukan karakter positif pada anak bukan hanya tanggung jawab keluarga, tetapi juga investasi bagi masa depan bangsa.
Referensi:
Hyoscyamina, D. E. (n.d.). PERAN KELUARGA DALAM MEMBANGUN KARAKTER ANAK.
Santika, T. (2018). PERAN KELUARGA, GURU DAN MASYARAKAT DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK USIA DINI. 6.