KULIAHALISLAM.COM – Agama Islam merupakan agama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada umat manusia melalui rasul-rasulNya, yang berisi hukum-hukum yang mengatur hubungan manusia dengan-Nya, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam semesta.
Sisi utama yang menjadi penekanan pada agama Islam adalah keharmonisan antara manusia, alam , dan Allah. Sehingga tidak jarang kita menemui pendefinisian Islam sebagai agama yang cinta damai.
Menurut Ahmad Abdullah Almasdoosi bahwa Islam adalah kaidah hidup yang diturunkan kepada manusia sejak digelarkan ke muka bumi, dan terbina dalam bentuknya yang terakhir dan sempurna dalam Alqur’an yang suci yang diwahyukan tuhan kepada Nabi Muhammad.
Dalam satu kaidah hidup yang memuat tuntuan yang jelas dan lengkap mengenai aspek hidup manusia, baik spiritual maupun material.
Dalam agama Islam, sumber hukum dalam Islam diambil dari Alqur’an dan hadis. Alqur’an merupakan sumber pertama hukum Islam yang memuat segala panduan kehidupan manusia.
Alqur’an dapat dikatakan sebagai pedoman, bukan untuk umat Islam saja, tetapi untuk manusia secara keseluruhan. Sebagai bukti nyata dapat kita lihat pada banyaknya ayat-ayat pada Alqur’an yang menjelaskan tentang manusia.
Namun, yang terjadi saat ini kita dihadapkan pada kenyataan dimana umat Islam telah banyak kehilangan nilai-nilai Keislamannya. Fenomena tersebut dapat kita lihat pada banyaknya perbedaan-perbedaan diantara kalangan umat Islam.
Perbedaan tersebut seringkali memiliki pengaruh fanatisme berlebihan yang seringkali berujung pada konflik dan perdebatan internal antara sesama umat Islam.
Tidak jarang antar sesama umat Islam saling mengkafir-kafirkan atau membid’ahkan satu sama lain. Perbedaan yang ada pada umat Islam juga mempengaruhi arti dari agama Islam yang cinta damai, dimana dalam penerapannya menunjukkan ketidaksesuaian dengan artinya.
Bagaimanapun juga Islam sebagai agama yang cinta damai harus menekankan sikap toleransi sebagai landasan dalam kehidupan manusia.
Lebih jauh seorang teolog Islam bernama syekh Muhammad Abduh sebenarnya telah membicarakan tentang problematika tersebut. Muhammad Abduh merupakan tokoh besar dalam Islam berkebangsaan Mesir yang memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan agama Islam.
Muhammad Abduh seorang pemikir pembaharu Islam yang sangat berpengaruh di dalam sejarah pemikiran agama Islam. Bagi Muhammad Abduh Islam merupakan agama yang rasional, agama yang sejalan dengan akal, bahkan agama didasarkan pada akal.
Dalam pandangannya, pemikiran rasional adalah jalan untuk memperoleh keimanan sejati. Iman tidaklah sempurna kalau tidak juga didasarkan dengan akal. Iman yang sejati harus berdasar kepada keyakinan, bukan pendapat. Dan akal yang menjadi sumber keyakinan kepada Tuhan, Rasul, dan kemahakuasaan-Nya.
Konsep pemikirannya dalam bidang teologi adalah bahwa jalan yang dipakai untuk mengetahui Tuhan bukanlah semata-mata wahyu melainkan juga akal, karena dengan kekuatan akal yang dimiliki dengan potensinya. Melalui teori pembaruan Muhammad Abduh, beliau mengemukakan empat teori. Salah satunya adalah teori purifikasi.
Teori purifikasi merupakan bentuk dari pemikiran Muhammad Abduh yang bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan fenomena banyaknya perbedaan-perbedaan diantara kalangan umat Islam. Dimana tidak jarang kita temukan antara sesama umat Islam, saling mengkafir-kafirkan atau membid’ahkan satu sama lain.
Tujuan lain dari teori purifikasi ini, adalah proyek dimana Muhammad Abduh berusaha untuk tetap mempertahankan citra diri Islam dan sebagai usaha untuk memurnikan nilai-nilai Keislaman yang sesuai dengan Alqur’an dan Hadis.
Menurut Muhammad Abduh tidak hanya memurnikan nilai-nilai Keislamannya saja, akan tetapi juga harus menggunakan akal dalam beragama. Pemikiran tentang purifikasi Muhammad Abduh ini mengajak kita untuk kembali kepada Alqur’an dan Hadis. Namun, kita juga harus menggunakan akal pikiran kita dan berijtihad.
Pentingnya akal menurut Muhammad Abduh adalah suatu daya yang hanya dimiliki manusia. Akal adalah tonggak kehidupan manusia dan dasar kelanjutan wujudnya. Peningkatan daya akal merupakan salah satu dasar pembinaan budi pekerti mulia yang menjadi dasar dan sumber kehidupan dan kunci kebahagiaan dalam berbangsa.
Maka kenapa agama Islam sendiri yang telah terpecah belah pada bermacam-macam haluan pendirian, dan terpecah-pecah oleh berbagai golongan mazhab. Apabila Islam itu datang untuk membina kesatuan, maka kenapa kaum muslimin di hari ini banyak menggambarkan suasana yang penuh dengan konflik ?
Dalam reformulasi atau pembaruan dari Muhammad Abduh yang bertujuan untuk memecahkan masalah atau konflik-konflik antara umat Islam, telah tertuang dalam Risalah Tauhid karya Muhammad Abduh. Pembahasan buku ini, sengaja menjauhkan diri dari membicarakan pertentangan antara mazhab-mazhab, agar terhindar dari kegaduhan.
Kemudian Muhammad Abduh melakukan riset pada pemahaman dari inti ketauhidan. Dengan cara membuka kembali pintu ijtihad selebar-lebarnya. Menurutnya, faktor yang mempengaruhi kemunduran nilai-nilai Keislaman adalah tertanamnya pandangan bahwa “pintu ijtihad telah tertutup”. Maka dari itu perlu diadakan interpretasi baru dengan dijalankannya pintu ijtihad.
Maka dari itu ijtihad ini haruslah dijalankan sesuai dengan Alqur’an dan Hadis sebagai sumber yang asli dan sesuai dengan ajaran-ajaran. Dengan begitu taklid kepada ulama tidak perlu dipertahankan, bahkan kita harus melawan. Karena taklid inilah yang membuat umat Islam berada dalam fase kemunduran dan tidak dapat berkembang.
Jika dipahami secara mendalam, pemikiran Muhammad Abduh tentang purifikasi ini dapat mendobrak kesadaran kita bahwa sebenarnya Islam merupakan agama yang cinta damai, meskipun saat ini kondisi itu digambarkan dengan berbagai macam perbedaan, tetapi tidak seharusnya kita secara terus-menerus menuai konflik antar sesama Islam hanya karena perbedaan pendapat.
Disinilah letak akal tersebut bermain, dimana akal digunakan untuk menyadarkan kita bahwa perbedaan antar umat Islam adalah masalah keyakinan saja.
Pada umumnya, fondasi yang digunakan pada berbagai aliran Islam tetap aja kembali pada Alqur’an dan hadis. Kita beragama sebenarnya harus fokus untuk beribadah kepada-Nya dan menjalankan segala perbuatan yang dikehendaki-Nya.
Dengan mengamati permasalahan karena perbedaan yang ada pada tubuh Islam pada masa kini, kita dapat menggunakan teori tentang purifikasi sebagai “kacamata” untuk menyadarkan diri kita atau mengingatkan kepada sesama tentang pentingnya toleransi pada sesama muslim.
Dengan teori purifikasi ini juga, kita dapat memupuk keimanan kita serta menyadari bahwa sesungguhnya semua yang ada dan terjadi hanya dari-Nya dan akan kembali kepada-Nya.