Pendidikan karakter adalah fondasi penting dalam pembentukan kepribadian seseorang. Lebih dari sekadar transfer ilmu, pendidikan karakter mengajarkan nilai-nilai kehidupan seperti kejujuran, tanggung jawab, empati, dan kerja keras. Nilai-nilai ini menjadi bekal dalam menghadapi berbagai tantangan di dunia nyata.
Menurut T. Ramli, pendidikan karakter dapat diartikan sebagai suatu proses yang menekankan pada esensi dan makna moral serta akhlak. Proses ini bertujuan untuk membentuk kepribadian yang baik pada peserta didik (Wijayani, dkk, 2023:220).
Menurut Salahuddin dan Alkrienciechie, pendidikan karakter dapat dipahami sebagai pendidikan yang berfokus pada moral atau budi pekerti. Tujuannya adalah untuk mengembangkan kemampuan individu dalam berperilaku baik dalam kehidupan sehari-hari (Mufida, 2024:4).
Ki Hadjar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan seharusnya menghasilkan individu yang bermanfaat. Ini berarti bahwa pendidikan tidak hanya fokus pada aspek intelektual, tetapi juga pada pengembangan jiwa yang sehat, sehingga individu tersebut dapat memberikan kontribusi positif bagi orang lain, bangsa, dan negara (Radjilun dan Abas, 2023:733).
Dari pendapat yang disampaikan oleh T. Ramli, Salahuddin dan Alkrienciechie, serta Ki Hadjar Dewantara, dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter memiliki peran penting dalam membentuk individu yang baik dan bermanfaat. Pendidikan karakter tidak hanya berfokus pada aspek intelektual, tetapi juga pada pengembangan moral, akhlak, dan jiwa yang sehat. Tujuannya adalah untuk mengembangkan kemampuan peserta didik agar dapat berperilaku baik dalam kehidupan sehari-hari dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat, bangsa, dan negara. Dengan demikian, pendidikan karakter menjadi fondasi dalam menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga beretika dan bertanggung jawab.
Namun, seringkali pendidikan karakter dianggap sebagai pelajaran tambahan, bukan bagian inti dari proses pendidikan. Padahal, membentuk karakter sama pentingnya dengan membangun kemampuan akademis. Misalnya, seorang yang cerdas tanpa integritas bisa saja memanfaatkan kecerdasannya untuk tujuan yang merugikan. Sebaliknya, seseorang yang memiliki karakter kuat akan menggunakan kemampuan terbaiknya untuk kebaikan bersama.
Refleksi sederhana ini mengingatkan kita bahwa pendidikan karakter dimulai dari hal kecil, seperti mengajarkan anak untuk menghargai orang lain, memahami konsekuensi dari tindakannya, dan belajar dari kesalahan. Lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat harus bersinergi untuk menanamkan nilai-nilai ini sejak dini. Dengan begitu, kita dapat menciptakan generasi yang tidak hanya pintar, tetapi juga berakhlak mulia.
Karakter yang kuat adalah cahaya yang menerangi jalan kehidupan. Mari kita jaga dan kembangkan bersama.
Referensi:
Chairunissa Nur Wijayani, dkk. Hubungan Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Bagi Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Proseiding Sendika. 4(1).
Mus S. Radjilun Dan Hi. Thalib Abas. (2023). Pendidikan Karakter Ki Hadjar Dewantara dan Penguatannya diSekolah. Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan. 9(12).
Sabrina Mufida. (2024). Peran Guru Dalam Pembentukan Karakter Siswa. Jurnal Media Akademik. 2(6).