Lalat sebagai anti biotik walaupun juga menimbulkan beberapa penyakit (Sumber Gambar : Marimembaca.com) |
KULIAHALISLAM.COM – Dr. Muhammad Taufiq Shidqi, seorang ahli farmasi dalam bukunya berjudul “Sunanul Ka’inat” menyebutkan, sudah jelas kebiasaan lalat itu senang berkerumun pada tempat yang kotor dan najis, kemudian dari tempat itu dia berpindah dan hinggap di atas makanan manusia.
Dengan jalan demikian, ia memindahkan bibit penyakit kepada manusia. Jika lalat hinggap di mata orang sehat maka orang itu akan menderita penyakit mata.
Berdasarkan hasil penyelidikan bahwa penyakit demam yang ditimbulkan oleh lalat disebut “Papatasi” yang dapat menimbulkan demam selama tujuh hari, lalat yang menjadi penyebabnya dikenal dengan nama “phlebtomus papatasi”.
Para sarjana kedokteran Inggris, telah menetapkan bahwa di antara penyebab utama terjangkitnya penyakit kolera di kalangan pasukan sewaktu pecah perang tahun 1899-1902 adalah lalat.
Hadis Tentang tidak Najisnya Makanan yang Dihinggapi Lalat
Nabi Muhammad SAW bersabda : “Apabila lalat jatuh ke dalam minuman seseorang dari kamu, maka hendaklah ia celupkan atau benamkan lalat itu lalu dia keluarkan lagi, karena pada salah satu dari dua sayapnya terdapat penyakit dan pada sayapnya yang lain terdapat obat”, (H.R Al Bukhari dan Abu Daud).
Dan Abu Daud menambahkan kalimat : Sesungguhnya obat yang terdapat pada sayapnya yang sebelah itu dapat menyucikan atau menawar penyakit yang ada di sayap yang satu. Dalam riwayat Ibnus Sukni, tertulis “Hendaklah ia memperhatikannya”, sebagai pengganti kalimat “ hendaklah ia celupkan”.
Dalam hadis itu terkandung pengertian perlahan-lahan sewaktu mengeluarkannya sehabis dicelupkan itu. Bahwa salah satu sayapnya terdapat penyakit dan pada sayapnya yang lain terdapat obat, adalah menjadi alasan bagi perintah mencelup lalat itu.
Hadis tersebut sebagai dalil yang jelas menunjukan boleh membunuh lalat untuk mencegah bahaya atau penyakit, hendaknya dibuang tidak boleh dimakan.
Dan menunjukan bahwa bila lalat itu mati di dalam zat yang cair, maka tidak menjadikannya najis sebab Nabi Muhammad SAW memerintahkan untuk mencelupkannya karena sebagaimana diketahui bahwa dicelup itu lalat akan mati.
Seandainya lalat itu menajiskan makanan maka sungguh Nabi SW akan menyuruh membuang makanan yang dijatuhi lalat itu, tetapi kenyataannya beliau hanya menyuruh memeliharanya dengan baik.
Hukum lalat ini sama dengan hukum binatang serangga-serangga lainnya yang tidak mempunyai darah mengalir, setiap binatang yang tidak mempunyai darah yang mengalir maka hukumnya tidak menajiskan makanan.
Kebenaran Hadis Tersebut dalam Kitab Subulus Salam
Muhammad bin Ismail Al-Amir Ash-Shan’ani, Dalam Kitab Subulus Salam jilid 4 Bab thoharah (bersuci), menyatakan Hadis ini sulit diterima meskipun sanadnya shahih. Terteranya Hadis ini di dalm kitab Al-Bukhari bukanlah menjadi dalil qath’iy (pasti kebenarnnya) bahwa Nabi SAW benar-benar pernah bersabda begitu, di samping itu Hadis itu bertentangan dengan ilmu pengetahuan dan tidak mungkin dita’wilkan.
Hanya saja menurut As. Shon’aniy, bahwa Hadis itu tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Para sarjana kedokteran modern telah mengakui hal itu terutama ulama-ulama Salaf dan ulama-ulama mutakhirin bahwa pada salah satu sayapnya terdapat penyakit dan sebelah sayapnya lagi terdapat obat.
Lalat Sebagai Anti Biotik dalam Hadis dan Ilmu Kedokteran Modern
Pada saat ini banyak penelitian ilmiah terhadap lalat. Bulan Mei tahun 2016, dua pelajar Lamongan meraih dua mendali emas di ajaran International Young Inventors Project Olympic yang digelar di Georgia, karena temuan mereka berupa obat penyakit diare dari bakteri yang terdapat pada tubuh lalat.
Menurut temuan mereka, dalam tubuh lalat ternyata terdapat dua sistem pertahanan yakni bakteri aktomisentes yang dapat menimbulkan dua anti biotik yaitu aktimosetin dan aktimositin yang bermanfaat sebagai obat diare. Dan banyak penelitian ilmiah yang membuktikan Hadis Nabi Muhammad SAW tersebut.
Tri Ramadhani, SKM dalam tulisannya “Anti Biotik Lalat” yang dimuat di media.neliti.com memaparkan bahwa hasil penelitian yang dilakukan oleh Universitas Colorado di Amerika menunjukan bahwa lalat tidak hanya berperan sebagai karier patogen (penyebab penyakit) saja tetapi juga membawa mikrobiotika yang dapat bermanfaat.
Mikrobiotika di dalam tubuh lalat ini berupa sel berbentuk longitudinal yang hidup sebagai parasit di daerah abdomen (perut) mereka. Untuk melengkapi siklus hidup mereka, sel ini berpindah ke tubulus-tubulus respiratori dari lalat. Jika lalat dicelupkan dalam cairan, maka sel-sel tadi akan ke luar dari tubulus ke cairan tersebut.
Selanjutnya, Tri Ramadhani menyatakan bahwa ada sejumlah penelitian antibotika lalat diantaranya adalah penelitian yang dilakukan Dr. Nabih Da’ish mengemukakan air yang tidak terdapat lalat mengandung paling banyak bakteri, semakin banyak air yang diselam lalat semakin sedikit kandungan bakteri.
Dr. Muhammad Taufiq Shidqy mengemukakan, sudah banyak dokter yang menjelaskan bahwa sengatan kalajengking dan semut itu bila bekas sengatannya itu digosok dengan lalat, maka nyata sekali khasiatnya dan hilang rasa gatalnya karena ada zat sebagai obat yang ada pada lalat itu. Dengan demikian sangat jelas Hadis Nabi SAW tersebut terbukti kebenarannya pada abad ini.